13 October 2018

Awal Penyebaran Islam di Indonesia


Masuknya agama Islam ke Indonesia dapat diketahi dari beberapa sumber yang dapat memberitakannya. Sumber sejarah itu dapat digolongkan menjadi sumber ekstern (dari luar negeri) dan sumber intern (dari dalam negeri).

Sumber Eksternal

Berita dari Arab
Pada abad ke-7 ketika Kerajaan Sriwijaya sedang berkembang telah banyak pedagang Arab yang mengadakan hubungan dengan masyarakat Kerajaan Zabag/Sriwijaya.

Berita dari Eropa
Pada tahun 1292 Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Peureulak) penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerajaan bercorak Islam, yakni Kerajaan Samudra Pasai.

Berita dari India
Para pedagang Gujarat dari India di samping berdagang juga menyebarkan agama Islam di pesisir pantai.

Berita dari Cina
Dikatakan oleh Ma Huan (sekretaris Laksamana Cheng Ho) bahwa pada tahun 1400 telah ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Jawa.

Sumber Internal

Sumber intern yang menjadi bukti masuknya Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

1) Batu Nisan Fatimah binti Maimun (1028) yang bertuliskan Arab di Leran (Gresik).
2) Makam Sultan Malik Al Saleh (1297) di Sumatra.
3) Makam Syeh Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.

Proses Islamisasi di Indonesia


Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan terus berkembang serta prosesnya lebih demokratis dari pada agama Hindu. Itulah sebabnya pada abad ke-16 telah dapat menggeser kekuasaan Hindu (Kerajaan Majapahit). Adapun proses islamisasi di Indonesia dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut.
a. Melalui Perdagangan
Para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting sebab di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam. Mereka mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan pedagang muslim di negeri asing ) yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam berkembang pesat. Hal ini didukung oleh situasi politik saat itu, ketika para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan.

b. Melalui Perkawinan
Perkawinan putri bangsawan dengan pedagang muslim dilakukan secara Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat (perkawinan antara pihak Islam dengan pihak yang belum Islam). Perkawinan merupakan saluran islamisasi yang paling mudah. Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan. Saluran lewat perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses islamisasi. Banyak contoh yang dapat dikemukakan mengenai proses islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut.
  1. Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan Raden Patah.
  2. Perkawinan Rara Santang (putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
  3. Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri).
  4. Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Syarifudin).

c. Melalui Tasawuf
Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau unsur-unsur magis. Ajaran tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Di Aceh muncul ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri. Di Jawa di antara Wali Sanga juga ada yang mengajarkan tasawuf ialah Sunan Bonang dan Sunan Kudus.

d. Melalui Pendidikan
Lewat pendidikan terutama dalam pesantre yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, kita mengenal beberapa pesantren, di antaranya Pesantren Ampel Denta di Surabaya dan Pesantren Giri di Gresik.

e. Melalui Dakwah
Proses islamisasi di Jawa melalui dakwah dilakukan oleh kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga (songo). Wali artinya wakil atau utusan. Mereka di samping memiliki pengetahuan agama Islam juga memiliki kelebihan yang disebut karomah. Oleh karena itu, mereka diberi gelar sunan artinya yang dihormati. Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya (Jawa Timur).
  2. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) di Tuban (Jawa Timur).
  3. Sunan Drajat ( Raden Syarifuddin) atau raden Qosim di Lawongan, Jawa Timur.
  4. Sunan Giri (Raden Paku) di Gresik, Jawa Timur.
  5. Syeh Maulana Malik Ibrahim, di Gresik, Jawa Timur.
  6. Sunan Kalijaga (Raden Said) di Kadilangu, Semarang, Jawa Tengah.
  7. Sunan Kudus (Raden Jafar Shodiq) di Kudus, Jawa Tengah.
  8. Sunan Muria (Raden Umar Said) di Muria, Jawa Tengah.
  9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon, Jawa Barat.

Penyebaran agama Islam di Jawa Tengah bagian selatan dilakukan Sunan Tembayat (Bayat) yang berkedudukan di Klaten. Penyebaran agama Islam di luar Jawa, khususnya di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Datuk ri Sulaiman. Di Kalimantan Timur dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Tuan Tunggang ri Parangan. Golongan lain yang mempercepat proses islamisasi ialah mereka yang telah menunaikan ibadah haji.

Agama Islam mudah diterima dan dapat berkembang pesat di Indonesia karena faktor sebagai berikut.
  1. Syarat masuk Islam sangat mudah, yakni cukup mengucapkan kalimat syahadat.
  2. Agama Islam bersifat demokratis, tidak mengenal perbedaan sosial, tidak membedakan si kaya dan si miskin, tidak membedakan warna kulit, dan sebagainya.
  3. Agama Islam tidak mengenal kasta.
  4. Agama Islam yang masuk ke Indonesia disesusikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia, serta bertoleransi tinggi terhadap agama yang ada waktu itu, yakni Hindu dan Buddha.
  5. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan damai, tanpa paksaan, dan kekerasan.
  6. Faktor politik yang turut memperlancar penyebaran agama Islam di Indonesia ialah runtuhnya Kerajaan Majapahit (1478) atau (1526) dan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511.

Proses dan Latar Belakang Munculnya Kerajaan Islam Pertama di Indonesia


Perlak adalah nama kerajaan di wilayah Aceh Timur yang pusat pemerintahannya dekat muara Sungai Peuleula dan merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Adapun faktor-faktor yang dapat mendorong Perlak menjadi pusat kerajaan dan perdagangan, antara lain sebagai berikut.

  1. Letaknya strategis untuk perdagangan, yaitu di tepi jalur perdagangan internasional.
  2. Daerah Aceh merupakan daerah penghasil lada yang merupakan bahan ekspor ke India dan Timur Tengah.
  3. Mundurnya Kerajaan Melayu sebagai pusat perdagangan memberikan kesempatan kepada Perlak untuk berkembang.

Kapan pastinya Kerajaan Perlak muncul tidak banyak diketahui. Hanya saja sejarah telah mencatat bahwa Raja Perlak yang pertama ialah Sultan Alauddin Syaid Maulana Abdul Aziz Syah atau singkatnya Sultan Alaudin Syah (1161–1186), seorang penganut Islam aliran Syi'ah (golongan dan merupakan sebutan yang dipergunakan oleh pengikut Ali, yaitu suami putri Nabi Muhammad saw bernama Fatimah).

Pelabuhan Perlak dicatat dalam sejarah karena mendapat kunjungan musafir bernama Marco Polo. Ia singgah dalam perjalanan kembali dari Negeri Cina ke Venesia (1292). Dalam beritanya, Marco Polo menceritakan bahwa penduduk di ibu kota kerajaan telah menganut agama Islam. Sebaliknya, penduduk di luar kota masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

Dinasti Syaid Aziz memerintah kurang lebih seabad lamanya. Dalam bagian akhir abad ke-13 terjadi perebutan kekuasaan antara Dinasti Syaid Aziz keturunan Arab dan Dinasti Marah yang merupakan keturunan asli. Akibatnya kerajaan terpecah menjadi dua, yakni Perlak Baroh (selatan) di bawah Dinasti Marah dan Perlak Tunong ( utara) di bawahDinasti Syaid Azizi. Akibat perebutan kekuasaan pada akhir abad ke-13 Perlak mengalami keruntuhan sebab dikuasai oleh Samudra Pasai.

Demikianlah Materi Awal Penyebaran Islam di Indonesia, semoga bermanfaat.

12 October 2018

Pitutur Wong Jowo Kuno


  • Wong Nrimo, Uripe Dowo
  • Wong Sabar, Rejekine Jembar
  • Wong Ngalah, Uripe bakal Berkah
  • Sopo sing Jujur, uripe Makmur
  • Sopo sing Suloyo, uripe Sengsoro
  • Sopo sing Sombong, amale bakal Kobong
  • Sopo sing Telaten, bakal Panen
  • Ojo podo Nggresulo, mundak gelis Tuwo
  • Sing wis Lungo, Lalekno
  • Sing durung Teko, Entenono
  • Sing wis Ono, Syukurono
  • Iki pituture wong tuwo, ojo nganti lali, eling-elingono lan lakonono..
-----------------------------------------------------------------------------------------

SEHAT KUWI YEN:

  • Awake waras,
  • Nduwe beras,
  • Utange lunas,
  • Mangan enak,
  • Turu kepenak,
  • Ngibadah jenak,
  • Tonggo semanak,
  • Keluarga cedhak,
  • Bondo cemepak,
  • Suwargo mbukak,
  • Sedulur grapyak,
  • Ono panganan ora Cluthak,
  • Ketemu konco grapyak,
  • Ora seneng nggetak-nggetak,
  • Gaweane ora mung macak,
  • Opo maneh mung mencak-mencak,
  • Karo konco yo semanak,
  • Omongane ora tau sengak,
  • Di rungokke yo kepenak .
-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip ing donyo
  • Minangkane mampir ngombe
  • Kudu nrimo, kudu sabar
  • Kudu momong karo awake dhewe ugo wong liyo
  • Syukur karo sing kuoso
  • Sifat Adigang, Adigung, Adiguno ora bakal menangke lakon
  • Ojo dumeh dadi wong biso
  • Ojo dumeh dadi wong sugih
  • Ojo dumeh dadi wong kanggo
  • Kui kabeh naming pacoban urip
  • Balung biso ajur, bondo biso enthek
  • Wong bagus ora saklawase, Wong ayu ora saksuene
  • Ora ono sing langgeng liyane Allah SWT
  • Sing jujur ojo ngapusi, sing pinter ojo keblinger
  • Nek koe kroso loro di jiwet, ojo njiwet wong liyo
  • Sing do eling ngger...leh mu dadi menungso
-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip kuwi cumo mampir ngombe
  • Ojo dipekso yen ora biso
  • Kabeh kuwi wis ono sing ngatur
  • Di oyak soyo adoh
  • Di pikir soyo bingung
  • Digelani soyo rekoso
  • Wis kersane gusti allah mawon

-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Ono awan,
  • Ono pangan,
  • Ono bengi,
  • Ono rejeki,
  • Gelem obah bakal mamah,
  • Gelem temandang bakal kesandang,
  • Gelem sedekah bakal berkah,
  • Gelem tetulung ora kepentung.
  • Ojo kuatir ora keduman,
  • Selagi isih gelem temandang.
  • Rejeki bakal mili,
  • Jodho wis ono sik ngeteri,
  • Mati wis ono jek nakdiri,
  • Intine garik le do nglakoni.


-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip iku sakdermo,
  • Yen ora biso yo ojo di pekso,
  • Di oyak sansoyo adoh,
  • Di gelani ora bali,
  • Dipikir dadi kentir,
  • Kabeh iku wis ono sing ngatur,
  • Nerimo ing pandum.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ojo mung eling butuhe urip, nganti lali gunane urip
Akehno anggonmu syukur nikmat, ben lali carane sambat

11 October 2018

Filosofi Jawa Para Leluhur



Di jaman -millineal- saat ini yang peradaban lebih condong dunia barat menjadikan pergeseran peradaban budaya. Budaya jawa di anggap kuno dan klenik. Anak-anak jaman now lebih kenal bintang film korea daripada sejarah kakek nenek moyangnya yang disangka dongeng belaka. Atribut jawa dianggap jadul dan memalukan.

Pencapaian masa depan kita berbanding lurus dengan seberapa jauh kita menarik busur ke sejarah masa silam. Apalagi di jaman yang di katakan sudah serba teknologi canggih atau jamam maju. Tapi di sisi lain hampir bisa di pastikan terjadi kemunduran nilai-nilai akhlaq dan kemrosotan martabat diri. Hilang mental ksatrian yang tersisa jiwa mental ringkih. Sedikit-dikit galau, stres dan gamon -Gagal move on-.

‎Ada baiknya kita merenung dan mundur selangkah demi pencapaian kedepan lebih baik. Diharapkan di era jaman now kita tidak hancur tergerus arus badai globalisasi yang lupa sejarah jaman old. Berikut 12 filosofi jawa dari leluhur kita yang syarat makna dan nilai-nilai spritual yang mendalam :

Urip iku Urup

Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik."

Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro

Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, Kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, Serakah dan tamak.

Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Segala sifat keras hati, Picik, Angkara murka, Hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, Kaya tanpa di dasari kebendaan.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman

Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah kolokan atau manja.

Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman

Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, Kebendaan dan kepuasan duniawi.

Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo

Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, Cantik, Indah. Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

Jangan sok kuasa, Sok besar, Sok sakti.

Alang Alang Dudu Aling Aling , Margining Kautaman.

Persoalan persoalan dlm kehidupan bukan penghambat, jalannya kesempurnaan.

Sopo Weruh Ing Panuju Sasat Sugih Pager Wesi.
Dalam kehidupan siapa yg punya Cita-cita luhur, jalannya seakan Tertuntun



Semoga ini bisa menjadi benih-benih kehidupan kidz jaman now dan berlanjut hingga generasi anak cucu kita

Kisah Anak dan Ayahnya Tentang Disiplin


Putranya tidak suka tinggal di rumah, karena ayahnya selalu ‘ngomel’: "Nak, kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan kipas angin".
“Matikan TV. Jangan biarkan menyala di ruangan di mana tidak ada siapa-siapa menontonnya..
“Simpan pena di tempatnya, itu jatuh ke bawah meja”
Putranya tidak suka ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini..
Tapi dia harus mentoleransi hal-hal ini sejak kecil, ketika dia bersama keluarganya di rumah yang sama.
Datanglah hari ini, dimana dia mendapat undangan untuk wawancara kerja...
 “Dia membatin dalam hatinya, Begitu saya mendapatkan pekerjaan itu, saya akan meninggalkan kota ini. Tidak akan ada lagi  omelan dari ayah saya..
"Begitulah pikirannya.
Ketika dia hendak pergi untuk wawancara, sang ayah menyarankan:
“Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan kepadamu tanpa ragu-ragu.
Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, sebutkan itu dengan percaya diri..." Ayahnya memberi uang yg lebih banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan untuk menghadiri wawancara...
Putranya tiba di pusat wawancara...
Dia memperhatikan bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, hal itu bisa membuat orang masuk melalui pintu menjadi tertabrak.
Dia meletakkan gerendel kembali dengan benar, menutup pintu dan memasuki kantor. Di kedua sisi jalan dia bisa melihat tanaman bunga yang indah.  Air mengalir di pipa selang dan tidak terlihat seseorang di mana pun. Airnya meluap di jalan setapak.Dia mengangkat selang dan meletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melangkah lebih jauh.Tidak ada seorang pun di area resepsionis. Namun, ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa wawancara berada di lantai pertama. Dia perlahan menaiki tangga.
Cahaya yang dinyalakan tadi malam masih menyala pukul 10 pagi. *Dia ingat peringatan ayahnya* "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu" Dan dia masih bisa mendengarnya sekarang. Dia merasa sedikit jengkel oleh pikiran itu, namun dia mencari saklar dan mematikan lampu. Di lantai atas di aula besar dia bisa melihat banyak calon duduk menunggu giliran.
Dia melihat banyaknya pelamar, hatinya bertanya-tanya apakah dia punya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan itu. Dia pun memasuki aula dengan sedikit gentar dan menginjak tikar yg bertuliskan *Selamat Datang* yang ditempatkan di dekat pintu. Diperhatikannya bahwa tikar itu terbalik... spontan saja dia meluruskan matras, walaupun dengan sedikit kesal.Dia melihat bahwa dalam beberapa baris di depan ada banyak orang yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong, tetapi sejumlah penggemar berlari di atas deretan kursi itu.Dia mendengar kipas angin, Dia mematikan kipas yang tidak diperlukan dan duduk di salah satu kursi yang kosong..
Dia melihat banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Jadi tidak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara. Ketika tiba gilirannya, Dia pergi dan berdiri di hadapan pewawancara dengan sedikit gemetar dan pesimis...
Sesampainya didepan meja, pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya, mereka langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja?"
Dia terkejut dan berpikir, "Apakah ini pertanyaan jebakan, atau sebuah sinyal bahwa saya telah diterima untuk pekerjaan itu?" Dia bingung.
Apa yang kamu pikirkan?" Tanya sang bos.
Kemudian melanjutkan kata-katanya... "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini. Karena dengan mengajukan hanya beberapa pertanyaan, kami tidak akan dapat menilai siapa pun. Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut... Kami melakukan tes tertentu berdasarkan attitude para kandidat...
Kami mengamati setiap orang melalui CCTV. Untuk mengamati apa saja yg dilakukannya, ketika melihat  gerendel di pintu, pipa selang yg mengalir air, keset selamat datang, kipas atau lampu yang tidak berguna.Anda adalah satu-satunya yang melakukan itu. Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda”.Hatinya terharu, dia ingat ayahnya... Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ayahnya ayahnya... Sekarang  menyadari bahwa omelan dan disiplin yg ditanamkan ayahnya yang telah membuat dia diterima pada pekerjaan yg diinginkannya... Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya seketika sirna.
Ayah, ma'afkan anakmu, demikian bisiknya..
Dia memutuskan akan meminta maaf kepada ayahnya, dia akan membawa ayahnya melihat tempat kerjanya.Dia pulang ke rumah dengan bahagia.Apapun yang ayah katakan kpd kita,  hanyalah untuk kebaikan kita... Semua bertujuan untuk memberi kita masa depan yang cerah!
*Batu karang tidak akan menjadi benda yang indah dan berharga, jika ia menahan rasa sakit dari pahat yang memotongnya*.
Agar kita menjadi pribadi  yang indah, maka kita perlu menerima dan mematuhi peringatan... Memahat kebiasaan baik dari perilaku buruk yg muncul dari diri kita sendiri...
Ibu mengangkat anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur..
Tetapi ayah mengangkat anak itu ke pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa diihatn anaknya..
Ayah dan ibu adalah pahlawan dan guru kehidupan... Petunjuk dan kasih sayangnya mendampingi kita sepanjang kehidupan..
Perlakukanlah mereka dengan baik..
Hal ini akan menjadi  contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi berikutnya, sebagai estafet kehidupan..


Sumber: grup Facebook.com. Sumber artikel asli saya tidak tahu.

Kisah Seorang Kyai Dan Wanita Penghibur


KH. Ali Yahya Lasem terkenal tampan, berbadan tegap dan atletis. Bila sarung, sorban, dan kopiahnya dibuka beliau mirip bule Eropa, Amerika atau Australia. Tak heran kalau banyak wanita terpesona.
Suatu hari beliau ada undangan mengisi pengajian di Jepara, saat di perjalanan mobil yang beliau tumpangi berhenti di sebuah lampu merah. Saat itu beliau duduk di samping sopir dengan melepas sorban dan kopiah yang dipakainya. Tiba-tiba seorang wanita muda, menor, dan seksi menghampirinya.Wanita penghibur itu mengira bila lelaki gagah dalam mobil adalah turis banyak duit yang sedang mencari kesenangan di Indonesia.
“Malam, Om.”
“Malam.”
“Ikut dong, Om. Boleh, ya?”
“Oh, boleh, boleh. Silakan masuk.”
Wanita muda itu bergegas masuk mobil. Pintu ditutup dan mobil mulai jalan.
“Mau ke mana, Om? Butuh aku, gak? Aku temenin sampai pagi ya, Om?”
Sambil pakai lagi kopiah dan sorban Kiyai Ali santai menjawab, “Oo, ini lho mau ngaji di Jepara. Ndak apa-apa, silakan ikut aja.”
Wanita itu kaget dan salah tingkah, “Oh, jadi Bapak ini Kiyai, ya?”
Tadi panggil om sekarang panggil pak kiyai.
Lucu, ya? Kiyai Ali tersenyum geli.
“Maaf, Kiyai, saya benar-benar tidak tahu. Sekali lagi maaf.”
Wanita itu kian tegang dan raut wajahnya pucat ketakutan.  

Tapi Kiyai Ali santai saja berkata, “Oo, ndak apa-apa. Santai saja, Mbak. Sekali-kali ikut pengajian bagus itu.”
“Ndak usah Kiyai, saya turun di sini aja.”
“Enggak bisa, pokoknya harus ikut. Tadi kan sampean bilang mau ikut, ya harus ikut.”
“Tapi saya kang gak pakai jilbab, Kiyai?”
“Gampang, nanti tak pinjem jamaah.”
“Tapi saya malu Kiyai?”
“Lho, sampean jadi wanita penghibur ndak malu, kok pengajian malah malu. Piye to?”
“Bagaimana ini, Kiyai?” Wanita itu makin salah tingkah, “Saya takut, Kiyai?” Tadi bilang malu sekarang katanya takut. Hehe..
Dengan bijak Kiyai Ali menenangkan, “Sudahlah, santai aja.”
Mobil pun terus berjalan hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan. Jepara. Suasana tempat diselenggarakannya acara pengajian sudah ramai. Para jamaah laki-laki dan perempuan memadati area tempat acara. Gegap gempita para panitia menanti kedatangan Kiyai Ali.
Begitu turun dari mobil Kiyai Ali langsung menghampiri jamaah ibu-ibu, “Maaf Bu, bisa pinjam jilbabnya. Ini lho, Bu Nyai lupa bawa jilbab.”
Bu Nyai adalah panggilan kehormatan yang biasanya disematkan pada istri kiyai. Masa iya istri kiyai lupa berjilbab. Hehe.
Dengan sedikit bingung ibu itu menjawab tergesa-gesa, “Oh, bisa Kiyai. Sebentar saya ambilkan.”
Ibu itu bergeas pergi dan tak lama sudah kembali. Jilbab yang dibawanya itu di sodorkan ke dalam mobil dan langsung dipakai oleh sang wanita. Setelah rapi wanita itu turun dari mobil dan masyaallah… Langsung diserbu rombongan ibu-ibu untuk mencium tangannya. “Ngalap berkah,” katanya.
Mendapati sambutan kehormatan seperti itu, wanita yang kini disulap jadi Bu Nyai langsung berwajah pucat. Ia dipersilakan masuk, dijamu, dan dilayani bagaikan seorang ratu. Ada haru campur malu menyelinap di hatinya.
Pengajian pun digelar dengan seksama, Kiyai Ali menjadi pembicara yang luar biasa, penyampaiannya ringan tapi dalam makna kandungannya.
Usai acara Bu Nyai Dadakan dipersilakan menikmati jamuan rupa-rupa makanan. Lalu makan berat.
Tapi sebelum makan rombongan jamaah ibu-ibu mohon didoakan keberkahan dari Bu Nyai Dadakan, sontak saja ia kaget setengah mati. Sudah lama tak berdoa, sudah lupa doa yang dulu dihafal waktu kecil ngaji di kampung. Untungnya masih ingat Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah..
Pun demikian sebelum pulang, jamaah ibu-ibu bergantian cium tangan dan diantar dengan hormat sampai masuk mobil. Selama perjalanan di mobil wanita penghibur itu menangis sedu sedan, sesenggukan dengan air mata bercucuran. Kiyai Ali dan sopir membiarkannya hingga reda.
Setelah suasana agak tenang, Kiyai Ali menasihati, “Apakah sampean tidak melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukanmu, menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu, dan rela juga mereka antri hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu, bahkan minta berkah doa darimu, padahal tahu sendiri kamu siapa?”
Kembali sang wanita menangis, merasa hina, miris, dan sedih mengingat perbuatan dosa yang selama ini dilakukannya. Tapi Allah menutup aibnya, Allah sangat menyayanginya.
“Hari ini,” lanjut Kiyai Ali, “Sampean dapat nasihat yang mungkin nasihat berharga selama hidupmu, maka segeralah taubat dan mohon ampun sama Allah. Jangan sampai nyawa merenggut sebelum taubat.”
Tangisnya kian deras. Kiyai Ali membiarkannya. Sambil terisak wanita itu berkata, “Terimakasih Kiyai atas nasihatnya, dan berkah dari kejadian ini. Mulai hari ini saya bertaubat dan berhenti dari pekerjaan bejat ini. Sekali lagi terimakasih Kiyai.”

Menyeksamai kisah ini berarti kita belajar bijaksana. Para ulama, pendahulu, dan guru kita para mubaligh 

*berdakwah dengan baik dan bijak, mengajak tanpa menginjak, menasihati tanpa menyakiti, dan menunjukkan kebenaran tanpa merendahkan derajat kemanusiaan.*

Inilah salah satu telaga yang indah dan menyejukkan, yang menjadikan banyak orang tertarik dengan Islam. Semoga jadi pelajaran bagi kita untuk menyampaikan kebenaran dengan baik..
sumber: facebook.com

Belajar Ikhlas dengan Mas Samin



Cuplis : kang, sampeyan ngasih duit ke si A ?
Samin : Iya
Cuplis : sampeyan diapusi, dia itu kaya
Samin : ngapusi aku? iku dudu urusanku. Kui urusane dekne karo Gustine
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : Lho sendalmu endi, kang ? Kok cekeran ?
Samin : ilang
Cuplis : ora mbok golek'i sopo sing nyolong ?
Samin : ora, ah? mbiyen lahir yo ora sandalan
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, sampeyan dirasani karo si kae
Samin : ben wae
Cuplis : sampeyan ora nesu
Samin : Lha saiki kowe yo ngrasani si kae, si kae yo ra nesu
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, pitikmu dipangan asune si kae
Samin : wes ben
Cuplis : kok sampeyan biasa wae ? Ora njaluk ganti ?
Samin : walah... aku malah kaget nek pitikku sing mangan asune si kae
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, tanduranmu rusak dipangan weduse pak kae
Samin : ben. Untung doyane tanduran. Yen weduse doyan papan , malah omahku sing dipangan
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, kowe ki ket mau mlaku ngalor ngidul ora jelas?
Samin : Lha yo kui. Nek jelas , mesthi aku mlakune ngalor thok opo ngidul thok
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, klambi sing mbok jemur dicolong uwong
Samin : ben. Wong salahku dewe, aku njemur klambi tak pamer-pamerke ning njobo
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, kok mlaku? Sapi sing biasa mbok tumpaki endi?
Samin : ilang...hehehe
Cuplis : kok malah ngguya ngguyu?
Samin : lha untunge dicolong pas ora tak tumpaki
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, bayarane kae luweh gede timbang kowe, lho
Samin : Ben
Cuplis : kan ora adil
Samin : adil ora kudu podo. Kowe tak pakani katul podo karo pitik yo emoh tho
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, pelem-mu dicolong si kae
Samin : Ben
Cuplis : kok ben ?
Samin : lha kowe kok iyik tho? Biasane dicolong codot wae aku yo meneng wae
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, jare wingi omahmu kelebon maling?
Samin : Iyo
Cuplis : kok iyo ? Brarti sampeyan ngerti ?
Samin : ngerti. Tp aku mumet mergo isin ra duwe barang sing iso dimaling..
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Semoga menginspirasi ....

Sumber: facebook.com