23 March 2024

Melihat Gaib Dengan Cakra Mata Ketiga

Melihat Gaib Dengan Cakra Mata Ketiga

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (cakra mata ketiga).

Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan tidak disadari). 

Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya akan keluar dari tubuhnya mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh pancernya di dalam tubuh (kesadaran/pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga.

Dengan kata lain, yang bisa melihat gaib adalah sedulur papatnya, bukan pancernya (bukan orangnya). Apa saja yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan (disambungkan) kepada pancernya melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib secara langsung dan secara sadar.

Jadi, yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang pada saat seseorang sedang melihat gaib roh sedulur papatnya itu bergerak keluar dari tubuhnya mendekati objek yang ingin dilihat dan kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh (roh pancer) melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah pada adanya ikatan kuat dan komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga. 

Sebenarnya tidak tepat menyebut kemampuan ini sebagai melihat gaib dengan cakra mata ketiga, karena yang bisa melihat gaib adalah sukmanya (sedulur papat dan pancernya), bukan cakra mata ketiganya, sehingga orang tidak bisa memiliki kemampuan ini hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya.

Orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, sebenarnya bukanlah dengan cakra mata ketiganya itu ia melihat gaib. Orang bisa melihat gaib karena sudah aktifnya saraf-saraf imajinasi di kepalanya yang itu memudahkan pikirannya (pancernya) menangkap sinyal gaib dari sedulur papatnya atau dari khodamnya atau dari roh halus lain, sehingga orang tidak bisa melihat gaib hanya dengan cara dibuka cakra mata ketiganya saja.

Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu adalah yang dengan sengaja dirangsang dalam orang bermeditasi untuk tujuan melihat gaib, atau dengan melatih kepekaan (olah rasa) atau dengan cara orangnya membiasakan diri berdiam di tempat yang gelap dan sunyi. Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu bisa juga terjadi karena ada beban energi dari adanya mahluk halus yang berdiam di dalam kepala (ketempatan mahluk halus di dalam kepala). Tetapi jika saraf-saraf imajinasinya itu belum aktif orang bisa juga mendeteksi kegaiban dengan rasa, dengan saraf-saraf kepekaan rasa di dada (bisa juga terjadi pada orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya).

Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi memang akan memfasilitasi "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi cakra-cakra tubuh yang dibuka dengan teknik pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban, misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam/prana/kundalini. Untuk bisa melihat gaib harus ada sugesti pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan dengan tujuan dan cara yang sama dengan pengolahan energi tubuh.

Bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dibandingkan orang lain yang tidak bisa, tetapi dari sisi keilmuan, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.

Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat gaib dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja. 

Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian orangnya harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Selain kualitas energi di cakra mata ketiganya, kualitas penglihatan gaibnya juga tergantung pada kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.

Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik biologis manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya. Sesudah bisa melihat gaib, biasanya orangnya sudah merasa puas, kekuatan energi cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam, sehingga secara keseluruhan seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat/mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, tidak bisa melihat/mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.

Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib juga akan menyebabkan orang menjadi tidak peka batinnya, tidak bisa mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan "rasa".

Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali tidak peka, tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sendiri sosok-sosok wujud gaibnya. Karena kurangnya kepekaan dan ketajaman batinnya seringkali juga pemahaman mereka menjadi dangkal, yang mampu mereka lihat hanya sebatas kulitnya saja, hanya luarnya saja, dan yang dimensinya rendah saja, tidak mampu menelisik lebih dalam, tidak mampu mengetahui kesejatian dari apa yang dilihatnya, malahan seringkali orang-orang itu tertipu oleh penglihatannya sendiri. Dan dari apa yang dilihatnya itu dirinya merasa benar-benar mumpuni menguasai ilmu melihat gaib, kepada orang lain yang awam mereka akan memberikan cerita-cerita dan penjelasan yang seringkali tidak sesuai dengan aslinya hakekat dan kesejatian dari kegaibannya, ceritanya dilebih-lebihkan, akan banyak bersifat dogma dan pengkultusan.

Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun orangnya sedang tidak ingin melihat gaib. Penglihatan gaibnya tidak terkendali.

Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukmanya masih rendah dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja kemampuan melihat gaibnya itu digunakannya untuk melihat sesosok gaib yang ternyata "berbahaya", atau dalam kondisi tidur dan bermimpi roh sedulur papatnya pergi sendiri keluar dari tubuhnya diluar kontrolnya. Kondisi itu suatu saat akan dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya itu ditangkap oleh roh halus lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, sering bengong melamun tak sadar diri, dsb. Apalagi jika sedulur papatnya itu disiksa oleh sosok gaib yang menangkapnya, atau dikejar-kejar, sedulur papatnya itu akan memberikan gambaran apa yang dialaminya itu kepada orangnya (pancernya) yang kemudian bisa menyebabkan orangnya selalu merasa ketakutan, merasa berhadapan, diserang atau dikejar-kejar mahluk halus, karena sedulur papatnya itu memang sedang berhadapan dengan mahluk halus, ditangkap, disiksa atau dikejar-kejar. Orangnya bisa gila.

Kasus di atas ada juga yang terjadi pada orang-orang yang sedulur papat terpisahnya ditangkap, disandera, atau disiksa oleh mahluk halus lain (baca: Sedulur Papat Yang Terpisah).

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga banyak dimiliki oleh orang-orang yang melatih melihat gaib dengan jalur ilmu gaib kebatinan, dengan mantra dan amalan melihat gaib. Tetapi isi penglihatannya banyak yang berupa ilusi, karena apa saja yang dilihatnya akan mengikuti sugesti dalam mantra/amalan gaibnya. Dan bila orang-orang itu juga berkhodam, maka penglihatan gaibnya itu akan sama dengan yang disebut oleh Penulis sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Umumnya mereka itu masih dalam tahap pemula, yang kekuatan sukmanya belum cukup tinggi, sehingga sedulur papatnya harus pergi keluar mendatangi objek yang ingin dilihat supaya penglihatannya menjadi jelas. Sedangkan bila kekuatan sukmanya sudah tinggi umumnya orang-orang itu melihat gaib secara batin. Dengan melihat secara batin itu orangnya dengan kebatinan dan kekuatan sukmanya yang tinggi bisa "bermain" di alam roh, bukan sekedar melihat gaib saja. Pada tingkatan yang sangat tinggi orang melihat gaib secara roh, tetapi sedikit sekali orang yang mampu melakukannya.

Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang bisa melihat gaib dengan mata ketiga, kecuali yang terjadi secara alami. Kebanyakan orang melakukannya dengan melihat gaib secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di televisi. Sebenarnya yang mereka lihat juga hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas. Tetapi ada yang dengan mempertunjukkan keilmuan gaibnya yang lain, menarik dan memasukkan mahluk halus ke dalam tubuh orang lain - mediumisasi, mereka tampak seolah-olah mereka benar mumpuni dalam hal melihat gaib (padahal apa dan siapa mahluk yang masuk ke dalam orang yang dijadikan medium itu seringkali mereka sendiri tidak tahu). Tetapi ada juga sebagian dari mereka yang kemampuan itu sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.

Pada masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cukup jelas, yang kebanyakan kemampuannya itu terjadi dengan sendirinya tanpa orang itu pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, terutama di dalam kepalanya. Mengenai kasus dan fenomena ketempatan mahluk halus ini silakan dibaca di: Pengaruh Gaib thd Manusia.

Pada orang-orang itu sosok gaib di dalam kepalanya itu memberikan banyak bisikan gaib, penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, karena kondisi kekuatan sukma dan kebatinan orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat/menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di dalam kepalanya itu memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya menjadi jelas. Sesudah sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada sosok halus yang di dalam kepala melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah kemudian si sosok halus di dalam kepalanya itu memberikan penglihatan gaibnya itu kepada orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir", sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Tetapi dengan ia merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia sudah "memperbudak" sedulur papatnya sendiri dan meresikokan sedulur papatnya untuk bertemu/berhadapan dengan mahluk-mahluk halus di alam gaib.

Di sisi lain ada juga orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, biasanya sosok halus di badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya, sehingga penglihatan gaibnya tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk halus di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Selain sesosok halus yang berdiam di dalam kepala/badan, ada juga orang-orang yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping. Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan gambaran gaib kepada orangnya sehingga orangnya merasa bisa melihat gaib (merasa mengerti gaib).

Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari sesosok mahluk halus di dalam kepala/badannya atau dari khodam ilmu/pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya merasa bisa melihat gaib karena orangnya menerima gambaran gaib yang mengalir di dalam kepalanya, kemampuan mereka melihat gaib itu Penulis kategorikan sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Uraian lebih lanjut tentang melihat gaib dengan bantuan khodam ini dituliskan di bagian bawah halaman ini.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Melihat Gaib Dengan Bantuan Khodam Atau Dengan Amalan Gaib

Melihat Gaib Dengan Bantuan Khodam Atau Dengan Amalan Gaib

Melihat gaib dengan bantuan khodam berarti ada suatu penglihatan gaib yang diterima oleh seseorang di dalam pikirannya dari sesosok khodam ilmu, khodam pendamping, atau sosok gaib lain yang berkenan memberikan penglihatan gaib kepadanya. Sosok gaib itu memberikan suatu gambaran gaib di dalam pikiran orangnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib.

Cara penglihatan gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dan spiritualis dalam melihat sesuatu yang gaib atau dalam meramalkan suatu kejadian, karena dengan cara ini mereka dapat melihat sesosok gaib atau suatu kejadian dengan cukup jelas di dalam pikirannya (orang Jawa sering menyebut itu sebagai kaweruh/wangsit/wahyu). Ada juga orang-orang tertentu yang diberi Dewa wahyu spiritual sehingga orang-orang itu bisa menyampaikan ramalan-ramalan atau penglihatan gaib tentang kejadian-kejadian hingga beratus-ratus tahun ke depan atau beratus-ratus tahun ke belakang.

Melihat gaib dengan cara menerima penglihatan gaib bisa juga dilakukan dengan membacakan amalan gaib. Ada banyak amalan/mantra ilmu gaib yang tujuannya khusus untuk bisa melihat gaib, untuk mendatangkan penglihatan gaib, untuk merogoh sukma, untuk bertemu sedulur papat atau untuk bertemu mahluk halus tertentu.

Seseorang yang mempunyai khodam pendamping atau yang ketempatan sesosok halus tertentu di dalam tubuhnya, ketika ia melihat gaib, yang dilihatnya adalah penglihatan gaib yang diberikan oleh sosok halus yang bersamanya itu. Kadangkala dalam kondisi tertentu atau ketika sedang berada di suatu lokasi tertentu khodamnya itu juga memberikan rasa dan penglihatan gaib tertentu kepadanya. Adanya "pemberian" dari sosok halus tersebut menjadikan orang tersebut "merasa" dapat mendeteksi dan melihat gaib.

Kadangkala sosok halus itu juga memberikan mimpi-mimpi tertentu kepadanya. Dalam hal ini jika seseorang merasa bahwa mimpinya bukanlah mimpi biasa, maka ia harus mencaritahu sendiri arti mimpinya itu, termasuk menanyakannya kepada sosok gaib yang telah memberinya mimpi itu, siapa tahu itu adalah suatu bentuk pemberitahuan kepadanya atas sesuatu yang penting.

Kelemahan utama melihat gaib dengan bantuan khodam atau dengan amalan/mantra adalah kondisi/kejadian gaib yang orang merasa melihatnya sesungguhnya bukanlah kejadian gaib dan sosok-sosok gaib yang sesungguhnya, karena sebenarnya itu adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, bukan sungguh-sungguh orangnya bisa melihat gaib. Kegaiban yang dilihat oleh si manusia yang diberikan oleh khodamnya itu mungkin saja adalah kejadian yang sebenarnya, tetapi bisa juga palsu, bukan yang sebenarnya, kadangkala bukan penampakan atau kondisi alam gaib yang sesungguhnya, karena khodamnya itu mempunyai maksud tertentu dengan gambaran gaib yang diberikannya kepada si manusia.

Kelemahan lain melihat gaib dengan bantuan khodam atau dengan amalan gaib adalah bahwa sosok-sosok gaib dan kondisi alam gaib yang dilihatnya seringkali adalah berupa pencitraan atau perlambang saja.

Maksudnya pencitraan dan perlambang itu adalah bahwa orangnya menerima suatu gambaran gaib, tetapi gambaran gaib itu bukanlah gambaran wujud/kondisi gaib yang aslinya, tetapi hanya mirip saja dengan gambaran aslinya, atau gambaran itu bukanlah gambaran aslinya tetapi dari gambaran itu nantinya orangnya akan menangkap maksud dan arti (citra) yang sama sesuai arti dan maksud dari objek yang sesungguhnya. Walaupun gambarannya ada yang mirip dengan gambaran gaib yang aslinya, tetap saja itu bukanlah yang sesungguhnya, hanya pencitraan dan perlambang saja.

Jika seseorang sudah terbiasa menggunakan bantuan khodam atau menggunakan amalan gaib, maka semua yang dilihatnya adalah berupa "pencitraan" atas sesuatu yang menjadi objeknya, sesuai dengan isi sugesti dalam amalan gaibnya, atau penglihatannya berupa "perlambang" saja yang gambarannya sesuai dengan maksud dan arti objeknya.

Kelemahan melihat gaib ini bisa terjadi pada siapa saja yang menggunakan amalan/mantra dan memiliki sesosok gaib/khodam bersamanya, baik orang-orang yang masih dalam taraf belajar, maupun para praktisi paranormal dan spiritualis kawakan yang terbiasa menggunakan amalan dan khodam untuk melihat gaib.

Ada juga seseorang yang sesosok halus leluhurnya memperhatikannya. Sosok sukma leluhur ada yang tinggal di rumah seseorang, ada juga yang tampil mendampingi orangnya. Sosok leluhur itu sering memberitahu jika ada keberadaan sesosok halus tertentu dengan cara membisikkan di pikirannya sekaligus memberikan gambaran sosok wujudnya, sehingga orangnya merasa peka rasa. Tetapi tanpa disadarinya yang dilihatnya itu hanyalah berupa gambaran perlambang atau citranya saja yang walaupun sama dengan arti kejadian dan sosok wujud gaibnya, tapi tetap saja itu bukanlah yang sesungguhnya, hanya perlambang atau citranya saja yang sama.

Kelemahan lain dalam menggunakan bantuan khodam atau amalan gaib, terutama pada orang-orang yang dirinya ketempatan mahluk halus jenis sukma/arwah, adalah banyaknya kejadian dan gambaran gaib fiktif/halusinasi yang diberikan kepada seseorang sampai orangnya merasa bisa melihat gaib, bisa merogoh sukma berjalan-jalan di alam gaib, bisa melihat atau pergi ke tempat-tempat yang jauh, tetapi sebenarnya itu hanya halusinasi saja. Tidak sungguh-sungguh sukma orang itu keluar dari raganya dan merogoh sukma. Itu hanya sensasi saja yang diberikan oleh si khodam kepada si manusia. Ibaratnya seperti orang yang merasa ikut balapan mobil, padahal ia hanya mengendarai mobil di depan mesin simulasi saja. Dengan kata lain, tidak sungguh-sungguh orangnya merogoh sukma.

Singkatnya, banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi kemampuan melihat gaibnya itu adalah karena menggunakan amalan gaib, atau ada bantuan dari khodam atau sesosok halus lain, atau karena di tubuhnya bersemayam sesosok mahluk halus yang sudah membantunya peka rasa atau bisa melihat gaib. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan banyak penglihatan gaib yang sebenarnya berupa "pencitraan", yang seringkali bukanlah kondisi gaib atau wujud gaib aslinya, malah banyak yang sifatnya fiktif, hanya ilusi/halusinasi saja, yang seringkali penglihatan gaibnya itu tidak bisa dicocokkan dengan orang lain yang sama-sama bisa melihat gaib.

Seseorang yang melihat gaib dengan bantuan khodam ini paling mudah ditandai dengan ketidak-akuratannya dalam melihat sesosok gaib yang berada di dalam tubuh seseorang.

Mendeteksi dan melihat sosok wujud mahluk halus yang bersemayam di dalam tubuh seseorang biasanya sulit sekali dilakukan bahkan oleh orang-orang yang sudah lama berpraktek sebagai pakar supranatural. Ketika ada seseorang yang di dalam tubuhnya bersemayam (ketempatan) sesosok mahluk halus, sering sekali akan dikatakannya bahwa orang itu memiliki khodam penjaga harimau, prajurit, cahaya, khodam leluhur, dsb. Padahal sesungguhnya tidak begitu. Yang dikatakannya itu sesungguhnya tidak ada. Dan pada posisi yang dikatakannya ada khodam penjaga itu, jika kita deteksi keberadaan energinya dengan rabaan tangan kita, tidak akan kita rasakan keberadaan energinya, tidak ada khodam di sebelah kanannya, kiri, depan, belakang, atas, bawah, karena di tempat posisi yang ia sebutkan itu memang tidak ada sesosok gaib apapun, karena sosok gaib aslinya sebenarnya posisinya bertempat di dalam badan orangnya.

Seseorang yang di dalam badannya atau di dalam kepalanya ketempatan sesosok gaib biasanya tidak mempunyai khodam pendamping, biasanya tidak ada sesosok gaib yang mau mendampingi orang yang di dalam tubuhnya ada bersemayam sesosok mahluk halus. Sehingga jika orang itu merasa punya banyak khodam pendamping, jika khodam pendampingnya itu dideteksi keberadaan energinya dengan rabaan tangan, tidak akan kita rasakan keberadaan energinya, tidak ada khodam di sebelah kanannya, kiri, depan, belakang, atas, bawah, karena ia memang tidak mempunyai khodam pendamping. Khodam yang ada hanyalah yang ada di dalam tubuhnya itu saja.

Ketidak-akuratan itu juga sering terjadi bila sosok gaib yang dideteksi/dilihatnya itu kekuatannya lebih tinggi daripada khodamnya, apalagi jika khodamnya itu merasa takut/terancam. Dalam kondisi ini sering sekali khodamnya itu akan memberikan gambaran fitnah, sehingga orangnya merasa orang lain yang dilihatnya itu seperti setan/iblis, seperti orang jahat, seperti berniat mencelakakannya, dsb.

Orang yang melihat gaib dengan bantuan khodam mudah ditandai dengan adanya pencitraan, dogma dan pengkultusan gaib yang diucapkan oleh orang itu. Apalagi bila orangnya hidup di kalangan agamis. Orang itu sendiri sudah disesatkan oleh gaibnya itu dan orang-orang di sekitarnya atau para pengikutnya akan juga ikut disesatkan karena dogma dan pengkultusan dari orang itu harus dipercaya sebagai benar.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Melihat Gaib Dengan Bantuan Khodam

Melihat Gaib Dengan Bantuan Khodam

Dengan cara ini bisanya orang melihat gaib adalah dengan orangnya menerima penglihatan gaib, yaitu bukan orangnya bisa melihat gaib, tetapi ia menerima suatu gambaran gaib di dalam pikirannya dari sesosok gaib tertentu tentang sosok-sosok gaib, atau tentang suatu objek di suatu tempat, atau tentang suatu kejadian pada masa lalu atau masa depan, atau hal-hal gaib lainnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib.

Cara melihat gaib ini banyak dilakukan oleh peramal-peramal dan spiritualis/paranormal dalam meramalkan suatu kejadian, atau untuk melihat sesuatu yang gaib atau untuk melihat suatu objek di tempat yang jauh, karena dengan cara ini mereka mendapatkan bisikan pemberitahuan atau dapat melihat sesuatu kejadian atau sesuatu yang gaib dengan cukup jelas di dalam pikiran mereka (orang Jawa sering menyebut ini sebagai kaweruh/wangsit/wahyu).

Kemampuan ini seringkali didapatkan sejak seseorang masih kecil, sehingga sering disebut "bakat bawaan lahir". Kondisi ini sama seperti seseorang yang ketempatan gaib, yang tanpa pernah belajar sebelumnya tetapi kemudian ia bisa melihat gaib, bisa mengobati orang atau bisa meramal.

Melihat gaib cara ini banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki khodam ilmu/pendamping, orang-orang yang di dalam tubuhnya ketempatan mahluk halus, dan orang-orang yang mengamalkan ilmu gaib/mantra untuk melihat gaib. Penglihatan gaibnya itu diterima orangnya di dalam pikirannya dari khodam ilmunya, khodam pendamping, atau sosok gaib lain yang membantunya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib.

Khodam, selain yang sengaja didatangkan atau yang diberikan oleh orang lain, ada banyak mahluk halus yang datang sendiri kepada seseorang, baik yang masih awam maupun yang tekun rajin berzikir/wirid, atau yang sedang ngelmu gaib, dan kemudian menjadi khodamnya.

Selain yang datang untuk menjadi khodam pendamping, banyak mahluk halus yang datang dan masuk bersemayam di dalam badan/kepala seseorang, menjadikan tubuh orangnya sebagai rumahnya yang baru (ketempatan mahluk halus) yang kejadian awalnya melalui proses ketindihan.

Kelemahan melihat gaib dengan bantuan khodam dan dengan amalan/mantra adalah bahwa kondisi alam gaib yang dilihat oleh orangnya mungkin saja adalah kondisi gaib yang sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu (fiktif/ilusi/halusinasi), atau hanya merupakan pencitraan saja atau perlambang saja dari sesuatu yang gaib, karena apa yang dilihatnya itu bukanlah kondisi/kejadian gaib yang sesungguhnya ia lihat, tetapi adalah gambaran gaib yang diberikan oleh khodamnya, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, bukan sungguh-sungguh orangnya bisa melihat gaib. Kebisaannya melihat gaib lebih banyak ditentukan oleh khodamnya itu.

Tetapi walaupun melihat gaibnya dengan bantuan khodam, bila melihat gaibnya itu tekun dilatih itu akan menjadi kemampuan yang bagus untuk bisa melihat gaib, hanya saja kita harus bisa fokus tahan lama pada objek melihat gaibnya, jangan mengambang, dan jangan sampai berilusi.

Pada masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cukup jelas, apalagi yang kemampuannya itu terjadi dengan sendirinya tanpa orangnya pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, di dalam kepalanya atau di dalam badannya, atau orangnya berkhodam (walaupun mungkin orangnya tidak menyadari bahwa dirinya berkhodam). 

Pada orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam kepalanya mahluk gaibnya itu memberinya banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, karena kondisi kekuatan sukma dan kebatinan orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat/menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di dalam kepalanya itu memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya menjadi jelas. Sesudah sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada sosok halus yang di dalam kepalanya melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah kemudian si sosok halus di dalam kepalanya itu memberikan penglihatan gaibnya itu kepada orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir", sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Tetapi dengan dirinya merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia sudah "memperbudak" sedulur papatnya sendiri dan meresikokan sedulur papatnya untuk bertemu/berhadapan dengan mahluk-mahluk halus di alam gaib.

Selain yang ketempatan di dalam kepala, ada juga orang-orang yang ketempatan sesosok mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, biasanya sosok halus di badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya, sehingga penglihatan gaibnya tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk halus di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Selain yang ketempatan mahluk halus di dalam kepala/badan, ada juga orang-orang yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping. Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan gambaran gaib kepada orangnya sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib (merasa mengerti gaib).

Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, atau menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu/pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya merasa bisa melihat gaib karena si mahluk halus memberinya gambaran gaib, yang orangnya merasa bisa melihat gaib karena ia menerima gambaran gaib yang mengalir di dalam kepalanya dari khodamnya, kemampuan mereka melihat gaib itu oleh Penulis dikategorikan sama dengan melihat gaib dengan bantuan khodam.

Dalam hal ini orang-orang tersebut "merasa" bisa melihat gaib karena mereka menerima suatu gambaran gaib di dalam pikirannya dari sesosok halus yang bertempat di dalam tubuhnya atau dari khodamnya itu. Tetapi seringkali yang dilihatnya itu bukanlah kondisi gaib yang sebenarnya, banyak yang palsu/fiktif. Malah seringkali terjadi sosok halus yang di dalam tubuhnya itu memenuhi kepalanya dengan gambaran-gambaran gaib fiktif, sehingga orangnya sering berilusi/berhalusinasi. Ada yang orangnya sampai "merasa" rohnya dibawa keluar dari tubuhnya (merasa bisa merogoh sukma) untuk berjalan-jalan atau melihat-lihat alam gaib, tetapi seringkali itu juga bukanlah alam gaib yang sesungguhnya, hanya rasa suasananya saja yang mirip, dan tidak sungguh-sungguh rohnya keluar dari tubuhnya, tidak sungguh-sungguh mereka merogoh sukma. 

Kemampuan melihat gaib pada orang-orang ini didapat sendiri tanpa pernah belajar, tanpa usaha, tanpa perlu menjalankan suatu laku tirakat, tanpa melatih kepekaan melihat gaib, dan bukan berasal dari kemampuannya sendiri, karena penglihatan gaibnya itu diterimanya saja di dalam pikirannya yang seringkali siapa yang memberikan gambaran gaibnya itu orangnya juga tidak tahu. Walaupun orangnya "merasa" bisa melihat gaib, tetapi sebenarnya ia tidak bisa melihat gaib kalau tidak dibantu, kalau tidak diberikan gambaran gaibnya. Karena ada gambaran gaib yang diterimanya di dalam pikirannya maka ia merasa bisa melihat gaib.

Dengan adanya uraian di atas, maka untuk kita yang merasa bisa melihat gaib, yang kemampuan itu terjadi dengan sendirinya tanpa kita pernah melatih kepekaan rasa, tanpa kita pernah melatih kepekaan batin untuk bisa melihat gaib, apalagi kalau kita sering melihat gaib di saat-saat yang tidak kita inginkan, melihat gaibnya mengalir sendiri di luar kontrol kita, sebaiknya menjadi bahan tersendiri untuk kita mawas diri, jangan-jangan kita sendiri sudah mengalami diri kita ketempatan sesosok mahluk halus, entah di dalam kepala ataupun di dalam badan kita, atau mungkin juga sebenarnya kita memiliki sesosok khodam pendamping. 

Begitu juga upaya kita untuk meminta dibukakan mata batin atau mata ketiga kita untuk bisa melihat gaib, yang melihat gaibnya bukan hasil usaha kita sendiri dalam melatih kepekaan batin, harus juga diwaspadai, jangan sampai caranya membuat kita bisa melihat gaib itu adalah dengan cara memasukkan/mengisikan mahluk halus (khodam) ke dalam kepala kita, yang kalau itu berhasil terjadi, maka kemudian kita akan merasa bisa melihat gaib, tetapi nantinya kepala kita akan dipenuhi oleh ilusi dan halusinasi, dan penglihatan gaib kita tidak semuanya sesuai dengan aslinya apa adanya. Banyak fiktifnya.

Terhadap semua bentuk pengisian ilmu dan khodam yang langsung mengisikannya ke dalam tubuh kita haruslah kita lebih berhati-hati, terutama pada efek samping selanjutnya, karena jika ternyata nantinya ada resiko negatifnya yang benar-benar kita alami, tidak semua orang mampu mendeteksi faktor penyebabnya, termasuk gurunya sendiri, apalagi untuk menangkal dan menanggulanginya. Tidak semua orang yang bisa melihat gaib, termasuk para spiritualis kawakan, bahkan gurunya sendiri, mampu dengan benar mendeteksi/melihat sosok gaib yang berdiam di dalam badan atau kepala seseorang. Seringkali mereka sendiri malah ditipu penglihatan gaib dan pengertiannya, sehingga mereka akan keliru dan mengatakan bahwa orang yang ketempatan mahluk halus itu mempunyai khodam penjaga, khodam macan, khodam leluhur, dsb. Dengan demikian mereka tidak dapat mendeteksi dengan benar untuk menilai sisi negatifnya, apalagi untuk menangkalnya.

Melihat gaib dengan cara menerima penglihatan gaib itu bisa juga dipelajari sendiri. Ada banyak amalan ilmu gaib yang tujuannya khusus untuk orang bisa melihat gaib, untuk mendatangkan penglihatan gaib, atau untuk menggerakkan khodam ilmu/pendamping untuk memberikan penglihatan gaib atau untuk merogoh sukma.

Proses yang umum untuk mempelajarinya adalah dengan cara "pengisian ilmu/khodam" (diijazahkan). Biasanya sesosok mahluk halus disatukan dengan seorang murid dengan cara memberikan air minum yang dibumbui minyak dan mantra, rajah gaib, kapsul telan (susuk loloh) atau media spiritual lainnya. Tapi banyak juga orang yang tanpa pernah diisi tapi sudah berkhodam, karena ada banyak sosok gaib yang datang sendiri kepada seseorang, termasuk kepada orang yang masih awam, dan kemudian menjadi khodamnya (atau masuk bersemayam di dalam badan atau kepalanya).

Dengan bantuan khodam orang bisa melihat gaib dengan cara:

  1. Sosok gaib itu memberikan gambaran penglihatan gaib di dalam pikirannya.
  2. Orangnya membacakan amalan gaib untuk melihat gaib atau untuk merogoh sukma.
  3. Sosok gaib itu memberikan mimpi-mimpi rohnya keluar dari tubuhnya melihat-lihat alam gaib (bermimpi keluar dari tubuhnya).

Kelemahan melihat gaib dengan bantuan khodam dan dengan amalan/mantra adalah bahwa kondisi alam gaib yang dilihat oleh si manusia mungkin saja adalah kondisi gaib yang sebenarnya, tetapi kadangkala juga palsu (fiktif/ilusi/halusinasi) atau hanya merupakan pencitraan saja, atau perlambang saja dari sesuatu yang gaib, karena apa yang dilihatnya itu bukanlah kondisi/kejadian gaib yang sesungguhnya ia lihat, tetapi adalah gambaran gaib yang diberikan oleh si khodam, yaitu gambaran gaib yang si khodam ingin supaya si manusia melihatnya, bukan sungguh-sungguh orangnya bisa melihat gaib. Kebisaannya melihat gaib ditentukan oleh interaksi khodamnya itu.

Jadi, selain 3 cara utama di atas, yaitu melihat gaib dengan mata ketiga, melihat gaib secara batin dan melihat gaib secara roh, masih ada satu cara lagi untuk melihat gaib, yaitu melihat gaib dengan dibantu khodam atau menggunakan amalan/mantra melihat gaib.

Cara melihat gaib yang terakhir ini, yaitu melihat gaib dengan bantuan khodam dan yang menggunakan amalan/mantra dipisahkan tersendiri dan diurutkan belakangan, karena bukan merupakan cara melihat gaib yang menjadi prefer Penulis, karena seringkali terjadi penglihatan gaib cara ini tidak bisa diandalkan keakuratannya, tidak riil, banyak berupa ilusi dan halusinasi, atau hanya berupa pencitraan dan perlambang saja, bukan kondisi kegaiban yang sesungguhnya, tetapi justru cara inilah yang sekarang umum dan paling banyak dilakukan orang dalam melihat gaib, yang umumnya terjadi pada orang-orang yang bisa melihat gaib tanpa orangnya pernah melatih peka rasa untuk bisa mendeteksi/melihat gaib atau yang melihat gaib dengan mengamalkan amalan/mantra melihat gaib.

Penglihatan gaib yang tidak riil ini biasanya dialami oleh orang-orang yang berkhodam atau orang-orang yang di dalam badannya atau di dalam kepalanya ada ketempatan mahluk halus, atau pada orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan mantra/amalan melihat gaib. 

Penglihatan gaib tidak riil yang biasanya "dilihat" oleh orang-orang yang berkhodam dan yang dirinya ketempatan mahluk halus (selain yang ketempatan mahluk halus jenis sukma) atau pada orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan mantra/amalan melihat gaib biasanya berupa citra dan perlambang saja yang menggambarkan arti dan makna kegaiban yang sesungguhnya. Penglihatan gaibnya bukannya palsu/fiktif, tetapi hanya berupa citra dan perlambang saja dari kegaiban yang sesungguhnya. Kejadian gaibnya benar terjadi, sosok gaib yang dilihatnya benar ada, tetapi yang dilihatnya itu hanya berupa citra/perlambangnya saja dari kejadian gaib dan sosok-sosok gaibnya yang citra dan perlambang itu menggambarkan arti dan makna kegaibannya. 

Penglihatan gaib yang palsu/fiktif paling banyak dialami oleh orang-orang yang ketempatan mahluk halus jenis sukma/arwah manusia di dalam kepala/badannya. Seringkali kejadian gaib yang dilihatnya fiktif/palsu, kejadian gaibnya tidak sungguh-sungguh terjadi dan seringkali sosok-sosok gaibnya juga tidak sungguh-sungguh ada (hanya ilusi/halusinasi), karena itu adalah gambaran gaib rekayasa si sukma tersebut untuk dilihat oleh si manusia. Pikiran orangnya dimanipulasi.

Bahkan ada juga orang yang sampai diberikan halusinasi sedemikian rupa sampai orangnya merasa bisa merogoh sukma, merasa rohnya keluar dari badannya berjalan-jalan di alam gaib, dan di alam gaib ia melihat/bertemu dengan gaib-gaib lain, tetapi itu juga fiktif. Kejadian ia merogoh sukma itu tidak sungguh-sungguh terjadi, tidak sungguh-sungguh rohnya keluar dari tubuhnya dan ia berjalan-jalan di alam gaib, tidak sungguh-sungguh orangnya merogoh sukma. Itu hanya ilusi/halusinasi saja. Pada mereka itu persyaratan merogoh sukma, yaitu rohnya tidak boleh terlalu lama berada di luar tubuhnya, tidak berlaku, karena rohnya tidak sungguh-sungguh keluar dari tubuhnya. Ia hanya berilusi/berhalusinasi saja dirinya merogoh sukma.

Dalam kondisi ilusi dan halusinasi yang parah ada orang yang pikirannya dimanipulasi sedemikian rupa sampai orangnya merasa selalu melihat gaib dimanapun ia berada, ada yang sampai orangnya ketakutan sendiri, bahkan ada juga yang sampai gila, walaupun sesungguhnya penglihatan dan gambaran gaibnya itu fiktif/palsu, kejadian gaibnya tidak sungguh-sungguh terjadi dan sosok-sosok gaib yang dilihatnya tidak sungguh-sungguh ada (hanya ilusi/halusinasi). Itu adalah gambaran gaib rekayasa si khodam yang ingin supaya si manusia melihatnya, bukan sungguh-sungguh orangnya bisa melihat gaib.

Ilusi/halusinasi paling banyak diberikan kepada orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam kepalanya yang kejadian awalnya melalui proses ketindihan yang orangnya oleh si gaib ada yang sampai dibuat mati suri yang selama mati suri itu orangnya dibuat merasa seolah-olah dirinya sudah benar-benar mati, merasa rohnya benar-benar keluar dari tubuhnya masuk ke alam kubur. Tetapi pada kasus mati suri itu juga orangnya tidak sungguh-sungguh mati dan rohnya tidak sungguh-sungguh keluar dari tubuhnya. Hanya ilusi.

Ketempatan mahluk halus di kepala juga banyak dialami oleh orang-orang yang ngelmu gaib dengan cara pati geni dan tapa pendem yang sesudah melakoni itu orangnya kemudian merasa berilmu, merasa bisa melihat gaib.

Penglihatan gaib yang palsu/fiktif paling banyak dialami oleh orang-orang yang ketempatan mahluk halus jenis sukma manusia. Seringkali kejadian gaibnya fiktif/palsu, kejadian gaibnya tidak sungguh-sungguh terjadi dan seringkali sosok-sosok gaibnya juga tidak sungguh-sungguh ada (hanya ilusi/halusinasi), karena itu adalah gambaran gaib rekayasa si sukma tersebut untuk dilihat oleh si manusia.

Bahkan ada juga orang yang sejak awalnya sudah ditipu, dibuat mati suri, dibuat berilusi melihat alam kubur, siksa kubur, surga/neraka, dsb, dibuat sedemikian rupa supaya orangnya nantinya merasa sudah pernah benar-benar meninggal. Sesudahnya ada juga yang orangnya diberikan halusinasi sedemikian rupa sampai orangnya merasa bisa merogoh sukma, merasa rohnya keluar dari badannya berjalan-jalan di alam gaib, dan di alam gaib ia melihat/bertemu dengan gaib-gaib lain. Tetapi itu semuanya fiktif. Kejadian ia merogoh sukma itu tidak sungguh-sungguh terjadi, tidak sungguh-sungguh rohnya keluar dari tubuhnya dan ia berjalan-jalan di alam gaib, tidak sungguh-sungguh orangnya merogoh sukma. Itu hanya ilusi/halusinasi saja. Dan juga tidak sungguh-sungguh ia pernah mati.

Tetapi jika mahluk halus yang masuk ke dalam kepalanya adalah selain jenis sukma manusia, misalnya bangsa jin, biasanya penglihatan gaibnya tidak parah fiktifnya. Ada kalanya kejadian gaibnya benar terjadi, sosok gaibnya benar ada, hanya saja yang dilihatnya itu bukanlah kejadian gaib dan sosok wujud mahluk halus yang aslinya. Biasanya yang dilihatnya hanyalah berupa perlambang saja yang menggambarkan arti dan makna kegaibannya. Biasanya itu bukanlah maksud khodamnya itu menipu si manusia, tapi itu adalah caranya ia membantu si manusia mengerti gaib. Hanya saja semua penglihatan yang sifatnya perlambang itu seringkali disalah-artikan oleh orangnya sebagai benar asli sesuai apa yang ia lihat.

Catatan khusus:

Ada orang-orang yang karena dirinya ketempatan mahluk halus atau karena dirinya berkhodam kemudian orangnya menjadi memiliki kemampuan lebih. Bila mahluk halusnya atau khodamnya itu berwatak baik, tidak menipu dan tidak menyesatkan, dan tidak ada tipu daya di dalamnya, keberadaannya dapat berguna bagi orangnya. Mahluk halusnya atau khodamnya itu membantu orangnya memiliki kemampuan lebih seperti bisa melihat gaib, bisa meramal, bisa menyembuhkan orang sakit, dsb. Kemampuannya itu bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Ada juga yang karena dirinya ketempatan mahluk halus orangnya menjadi memiliki kelebihan/istimewa dibanding manusia lainnya yang umum. Orangnya bisa terpicu menjadi pintar dan cerdas (atau jenius), dan kaya akan ide, dan hidupnya penuh keberuntungan, keduniawiannya sukses, atau orangnya menjadi kuat tubuhnya dan terampil dan berprestasi tinggi dalam olah raga atau kanuragan.

Jadi ketempatan mahluk halus tidak selalu bersifat buruk atau merugikan, bisa juga bermanfaat, kecuali pada kasus itu orangnya mengalami masalah kejiwaan/kesehatan dari adanya keberadaan mahluk halus dan beban energinya di dalam badannya/kepalanya.

Tetapi ada banyak kejadian pada orang-orang yang sangat yakin dirinya bisa melihat gaib, merasa mengerti gaib, yang sering mempertunjukkan/mempamerkan kemampuannya itu kepada orang lain, banyak yang khodamnya itu semakin kurang ajar menipu orangnya. Dari yang semula penglihatan gaibnya biasa saja, hanya mengenai gaib-gaib yang biasa saja, kemudian meningkat orangnya diberikan penglihatan atas sesuatu yang bersifat istimewa. Ada banyak orang yang sampai diberikan penglihatan gaib atau mimpi tentang alam kubur, siksa kubur, neraka dan surga, melihat raja-raja, dewa-dewa, melihat nabi-nabi dan orang-orang mulia, melihat malaikat, bahkan melihat Pribadi-Pribadi yang menjadi Tuhan dan merasa bisa berkomunikasi dengan mereka. Orangnya merasa mengalami pengalaman gaib yang istimewa, padahal semuanya itu adalah palsu belaka. Penglihatan gaibnya fiktif. Bila orangnya tidak bisa memfilter mana yang benar dan mana yang palsu, maka orangnya akan semakin tenggelam di dalam penipuan/penyesatan oleh khodamnya itu, merasa asyik dirinya ditipu dan disesatkan. 

Begitu juga banyak terjadi pada orang-orang yang keilmuan gaibnya sangat mengandalkan khodamnya, yang keilmuannya sangat mengandalkan bacaan doa-doa dan amalan/mantra, banyak yang khodamnya itu menipu orangnya (dan pasiennya). Banyak terjadi pada usaha pembersihan gaib yang ketika si pasien sedang disembuhkannya dari tubuh si pasien keluar benda-benda santet, padahal aslinya si pasien tidak disantet. Ada juga yang si pasien oleh khodam orangnya sengaja dibuat kesurupan, padahal aslinya si pasien tidak ada masalah dengan gaib.

Dalam kasus-kasus di atas khodamnya menipu orangnya. Orangnya diberikan gambaran-gambaran gaib palsu dan sifatnya menyesatkan. Akhirnya orangnya juga tertipu karena menganggap apa yang dilihatnya adalah benar. Itu riskan sekali bila yang dilihatnya adalah tentang orang lain, apalagi bila orangnya sudah berpraktek sebagai spiritualis, orang pinter atau konsultan gaib yang sering ditanyai oleh orang lain/pasien. Orang itu bisa salah menilai orang.

Jadi sekalipun diri kita merasa memiliki khodam, khodam yang ampuh bertuah, dan ilmu-ilmu yang ampuh, kita sendiri harus selalu waspada dan harus bisa memfilter mana yang benar dan mana yang tidak. Jangan sampai diri kita sendiri malah ditipu oleh khodam kita sendiri.

Dan sekalipun kita bisa melihat gaib sebaiknya kita juga hati-hati, jangan sampai penglihatan gaib yang berupa perlambang saja, hanya citranya saja tentang sesosok gaib atau kondisi gaib kita anggap aslinya sosok gaib atau kondisi gaib yang sesungguhnya. Kalau dari penglihatan gaib sesaat itu kita anggap itu adalah gambaran sosok gaib atau kondisi gaib yang sesungguhnya, maka kita sudah tertipu oleh penglihatan kita sendiri. Kita masih harus fokus untuk mencaritahu seperti apa gambaran gaib yang sesungguhnya dan harus mengkritisi lagi apa arti sesungguhnya dari kegaiban yang kita lihat itu.

Singkatnya, secara keseluruhan ada 4 cara dalam melihat gaib, tetapi yang utama adalah 3 cara saja, yaitu melihat gaib dengan mata ketiga, melihat secara batin, melihat secara roh. Dari ketiga cara melihat gaib itu hubungan antara roh pancer dan sedulur papat bersifat pokok yang akan menentukan kemampuan dan kualitas seseorang dalam melihat gaib. Dan terakhir adalah melihat gaib dengan bantuan khodam yang kebisaannya melihat gaib lebih banyak ditentukan oleh khodamnya itu.

Pada prinsipnya dalam hal melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib, seharusnya roh pancer kita sendiri yang sudah bisa melihat gaib, sudah bisa berperan aktif sebagai roh sehingga pancer kita bisa juga melihat dan berkomunikasi dengan roh-roh lain, tidak lagi hanya berperan secara biologis saja. Sedangkan sedulur papat kita bersifat mendampingi dan membantu pancernya.

Pada proses awal melihat gaib, yang melihat gaib pertama adalah sedulur papat kita. Kemudian atas apa yang dilihatnya itu sedulur papat memberitahukannya kepada pancernya, sehingga kemudian kita sebagai pancer merasa bisa melihat gaib. Karena itulah kalau seseorang hubungan pancer dan sedulur papatnya kurang baik, kurang baik dalam penyatuan dan keselarasan rasa, biasanya dalam melihat gaib ia hanya bisa melihat sekelebatan saja, hanya bersitan saja, gambaran gaibnya tidak utuh dan tidak jelas.

Begitu juga dalam hal berkomunikasi dengan gaib. Dalam berkomunikasi dengan gaib umumnya prosesnya adalah roh pancer (kita sendiri) menyampaikan maksudnya kepada sedulur papatnya, kemudian sedulur papat kita itulah yang berinteraksi dengan mahluk halus yang dituju. Dan jawaban komunikasi gaib yang kita terima sebenarnya adalah jawaban dari mahluk halusnya kepada sedulur papat kita yang kemudian oleh sedulur papat kita itu disampaikan kepada kita (pancer), bukan jawaban yang kita (pancer) terima langsung dari mahluk halusnya.

Sedulur papat bisa mengetahui semua yang terpikirkan oleh pancernya, termasuk keinginan untuk melihat/berkomunikasi dengan gaib, karena sedulur papat itu sebenarnya adalah satu kesatuan dengan pancer sebagai roh manusia. Bahkan sebenarnya antara pancer dan sedulur papat itu juga sering berkomunikasi. Biasanya kita akan merasakannya sebagai mengalirnya ide/ilham di pikiran kita. Paling terasa adalah ketika kita sedang melamun, ada semacam tanya dan jawab yang mengalir begitu saja diluar kontrol kita.

Tetapi bila diri kita ketempatan mahluk halus, atau diri kita berkhodam, biasanya peranan sedulur papat kita itu diambil alih oleh khodam atau mahluk halus itu. Melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaibnya sama dengan melihat gaib dengan bantuan khodam.

Tambahan: 

Dalam olah sukma kita mengolah sukma kita, yaitu khusus mengolah roh kita, tentang apa yang dapat dilakukan oleh roh kita di luar tubuh kita.

Seseorang yang belum pernah melakukan olah batin, berarti sukmanya masih lemah. Walaupun ada guru yang dapat mengajari anda cara merogoh sukma, bila anda sendiri belum memiliki dasar kekuatan kebatinan yang cukup, dengan mempertimbangkan efek buruk yang dapat terjadi, sebaiknya jangan anda mencobanya. Apalagi bila di kemudian hari, tanpa pendamping, anda mencoba melakukannya sendiri.

Resiko yang dapat terjadi, selain yang sudah disebutkan di atas, juga resiko karena berhubungan dengan mahluk halus lain di alam gaib. Baca: Roh Manusia Lanjutan 2.

Dengan terawangan gaib anda bisa melihat ke tempat-tempat yang jauh dan tersembunyi. Tetapi resikonya juga sama bila roh anda bertemu dengan roh halus lain. Banyak kejadian yang setelah roh sedulur papatnya itu keluar jauh dari badannya, kemudian tidak dapat kembali lagi. Rohnya ditahan/ditangkap oleh mahluk halus lain. Akibatnya, orang itu akan terus-terusan melihat gaib, dan sosok gaib yang menahan rohnya itu akan terus menghantuinya (karena sosok gaib itu memang menahan roh sedulur papatnya dan roh sedulur papatnya yang ditangkap itu terus-terusan berhadapan dengan sosok gaib itu). Sudah jelas bahwa orang itu kemudian akan terganggu jiwanya.

Lebih baik bila anda melatih lebih dulu kepekaan rasa (baca: Olah Rasa dan Kebatinan) sambil anda belajar melihat secara batin, mempersiapkan mental dan menguatkan kebatinan anda. Bila sudah mengerti resikonya (untuk kehati-hatian), sudah siap secara psikologis dan memang ingin bisa melihat gaib, mintalah diajari cara melihat gaib dengan cakra mata ketiga saja, jangan merogoh sukma. Kemampuan melihat gaib ini akan menjadi dasar yang baik sekali untuk mempelajari ilmu-ilmu kebatinan yang lain, termasuk ilmu terawangan gaib dan ilmu merogoh sukma.

Memang walaupun kita sering berinteraksi dengan mahluk halus belum tentu kita mengalami kejadian yang pahit. Tulisan ini dimaksudkan sebagai bahan pengetahuan saja supaya kita berhati-hati, jangan sampai kita menjadi salah satu orang yang apes, mengalami pahitnya. Baca juga: Kekhawatiran Melihat Gaib.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Melihat Gaib Dengan Mata Ketiga

Melihat Gaib Dengan Mata Ketiga

Pada masa sekarang banyak orang yang ingin bisa melihat gaib, sehingga mereka juga rela mengeluarkan sejumlah rupiah untuk bisa instan melihat gaib (walaupun akhirnya banyak juga yang kecewa karena mereka tetap saja tidak bisa melihat gaib walaupun sudah banyak mengeluarkan rupiah).

Pengertian melihat gaib dengan mata ketiga di atas, yang pada masa sekarang banyak orang menyebutnya sebagai penglihatan mata ketiga, atau ilmu batin, atau ilmu mata batin, yang dikatakan orang bisa melihat gaib dengan menggunakan cakra mata ketiga, adalah pengertian orang pada masa sekarang yang berorientasi hanya ingin bisa melihat gaib saja, yang menganggap kemampuan melihat gaib adalah sesuatu yang sangat istimewa, bahkan dikultuskan dan dikatakan sebagai kemampuan gaib tingkat tinggi, yang sudah membuat banyak orang ingin bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga yang berada di dahi di antara 2 alis mata, yang umumnya pengertian itu berkembang di kalangan ilmu gaib dan ilmu khodam.

Pengertian itu tidak sejalan dengan pengertian di dunia keilmuan kebatinan dan spiritual karena umumnya cara itu sulit dikembangkan untuk bisa melihat/mendeteksi kegaiban tingkat tinggi, sulit untuk bisa digunakan melihat dewa dan buto, apalagi untuk bertarung berkelahi (kontak energi) melawan mahluk halus tingkat tinggi sekelas dewa dan buto. Cara itu juga tidak mendatangkan pengetahuan gaib yang berdimensi tinggi, seperti pengetahuan tentang dewa dan wahyu dewa atau tentang rahasia kegaiban hidup lainnya yang mengantarkan orang menjadi waskita, sehingga untuk dipandang mumpuni orang akan banyak memunculkan dogma dan pengkultusan yang seringkali tidak sejalan dengan kondisi kegaiban aslinya tetapi dogma dan pengkultusan itu harus dipercayai sebagai benar.

Di dunia kebatinan dan spiritual, semua kemampuan melihat gaib di atas, terutama melihat secara batin dan melihat secara roh, adalah apa yang disebut sebagai penglihatan mata ketiga , artinya orangnya mempunyai kemampuan untuk melihat sesuatu dengan selain mata wadagnya, yang kemampuan itu akan mendatangkan pengetahuan tersendiri, kebijaksanaan tersendiri, mendatangkan kebijaksanaan spiritual tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, yang akan mengantarkan seseorang memiliki hikmat kebijaksanaan kesepuhan dalam dirinya, peka sasmita, menjadi linuwih dan waskita.

Begitu juga dengan indera keenam. Yang dimaksud indera keenam adalah kepekaan seseorang untuk menginderai sesuatu yang tidak kelihatan mata, dan itu tidak harus orangnya bisa melihat gaib, karena pengertian indera keenam itu terutama adalah kemampuan peka rasa seseorang untuk bisa mendeteksi dan memahami sesuatu yang tidak tampak mata wadagnya, yang tidak dapat diinderai dengan panca inderanya. Kepekaan indera keenam banyak terasah pada orang-orang yang selalu menjaga kepekaan batinnya, yang selalu menjaga untuk selalu bisa peka rasa dan tanggap firasat, mengerti kegaiban, bukannya bisa melihat gaib tapi tidak tanggap sasmita.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan/spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan/spiritual, laku prihatin, semedi dan tapa brata mereka.

Ada pembaca yang bertanya tentang apa tandanya seseorang sudah bisa melihat gaib secara roh, yang berbeda dengan melihat gaib secara batin.

Biasanya orang tidak membeda-bedakan cara-cara melihat gaib, karena tujuannya adalah hanya untuk bisa melihat gaib saja, terserah bagaimana caranya. Pembedaan istilah melihat gaib dengan mata ketiga, melihat gaib secara batin dan melihat gaib secara roh dilakukan oleh Penulis supaya jika kita bisa membedakannya dan tahu cara kerjanya, maka masing-masing kemampuan itu bisa ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi.

Melihat secara roh adalah kemampuan tingkat lanjut dari melihat secara batin, sehingga di dalamnya ada banyak hal yang mirip yang membuat sulit untuk membedakan melihat secara roh dengan melihat secara batin. Yang utama membedakannya adalah tingkat kemampuannya.

Melihat secara roh biasanya terkait dengan kemampuan lain seperti merogoh sukma atau medhar sukma, atau kemampuan lain secara roh, sehingga penekanannya adalah mendayagunakan kemampuan roh/sukma, bukan batin lagi.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Catatan Penglihatan Gaib

Catatan Penglihatan Gaib

Prinsip dasar melihat gaib adalah kepekaan batin dan rasa untuk menangkap sinyal berupa gambaran gaib yang dikirimkan oleh sukma/roh kita dalam bentuk ilham/bayangan penglihatan yang mengalir di pikiran kita. Dalam hal ini konsentrasinya ada pada fokus rasa batin, bukan pikiran. Kalau setelah kita menerima gambaran gaib itu kemudian kita memperjelas gambarannya dengan berpikir, biasanya kemudian gambaran gaib itu akan hilang. Karena itu tetaplah fokus pada batin, bukan pikiran. Biarkan gambaran gaibnya terus mengalir terbayang dalam pikiran kita sampai lengkap detailnya dan kita usahakan bisa lama berkonsentrasi batin seperti itu, jangan terus beralih menggunakan pikiran (istirahatkan pikiran, batin yang bekerja). Dalam hal ini kita tidak mengedepankan nalar/pikiran, tetapi penerimaan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran.

Sebagai penjelasan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh.

Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur Papat sifatnya mendampingi Pancer karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia meninggal dan roh-rohnya menyatu menjadi arwah). 

Dalam kehidupan sehari-hari roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak/pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia. 

Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir, bertindak dan berkesadaran sebagai mahluk biologis.

Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang dominan berperan dalam sehari-harinya manusia adalah Roh Pancer.

Roh Sedulur Papat keberadaannya bersifat mendampingi Pancer dan membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham, bisikan hati/nurani dan mimpi).

Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan dalam bentuk rasa dan firasat (dan mimpi), gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita sok berlogika, atau tidak peduli situasi, mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, atau lebih mengutamakan dogma dan doktrin, pemikiran sendiri, pendapat sendiri dan ke-Aku-an. Itulah sebabnya kita tidak akrab dengan rasa dan firasat. Tetapi bila kita mau peka dan memperhatikan rasa dan firasat, ide-ide dan ilham, maka kita akan memiliki naluri dan insting yang tajam. Dengan cara demikian kita sudah mengakrabkan diri dengan para Sedulur Papat dan sudah memperhatikan komunikasi yang mereka lakukan.

Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika, menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an dan dogma/doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka ia lebih mengedepankan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga ia tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu menjaga peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, ia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena ia kental berhubungan dengan rohnya.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga sebenarnya kita juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi sehari-harinya roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, banyak memunculkan ego dan keAkuan, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh, apalagi atas hal-hal yang bersifat ke-Allah-an. Karena itu seringkali orang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya (bukan meninggalkan keduniawiannya, tetapi melepaskan belenggu keduniawiannya) untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.

Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat (peduli/memperhatikan), karena sifat keberadaan mereka mendampingi kita sebagai Pancer, mungkin kita juga akan bisa peka rasa mengenai keberadaan roh-roh lain dan dapat peka rasa mengenai sesuatu kejadian sebelum kejadiannya terjadi (weruh sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan/peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang, rasa, firasat, mimpi, wangsit/penglihatan/bisikan gaib, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk bisa mengetahui maksud dan artinya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Melihat Secara Roh

Melihat Secara Roh

Melihat gaib secara roh adalah kemampuan tingkat lanjut dan tingkat tinggi dari melihat gaib secara batin, sehingga dalam melihat gaib secara roh ini ada banyak kesamaan penerapannya dengan melihat gaib secara batin, karena sebenarnya melihat gaib secara roh ini adalah kelanjutan/tingkat lebih tinggi dari melihat gaib secara batin, yaitu pada tingkatan yang tinggi melihat gaib secara batin ditingkatkan kualitasnya menjadi melihat gaib secara roh. 

Tetapi tidak banyak orang yang bisa melakukannya. Kebanyakan sesudah orangnya kuat kebatinannya mereka bukan melihat gaib secara roh, mereka lebih sering merogoh sukma keluar dari raganya untuk melihat dan mendatangi objek di tempat yang jauh untuk langsung melakukan suatu perbuatan gaib.

Melihat gaib secara roh juga mengandalkan ketajaman/kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritualitas orangnya. 

Cara melihat gaib ini disebut melihat gaib secara roh, karena orang yang mampu melihat gaib dengan cara ini yang melihat gaib adalah murni rohnya, yang tidak lagi terikat secara jasmani dengan tubuh biologisnya, berbeda dengan melihat gaib dengan mata ketiga atau melihat secara batin yang masih ada ikatan dengan biologis tubuhnya. Setelah bisa terbebas secara roh orang akan lebih mudah untuk lebih lanjut meningkat menekuni keilmuan gaib kebatinan/spiritual yang lebih tinggi lagi.

Bila kekuatan sukma seseorang (kesatuan roh pancer dan sedulur papat) sudah cukup kuat, jika itu dimanfaatkan untuk masuk ke alam gaib roh pancer dan roh sedulur papat dapat saling melindungi, dapat saling menjadi perisai yang saling melindungi dari gangguan dan serangan mahluk halus dan dapat bersama-sama menyatukan kekuatan mereka untuk mengusir/bertarung melawan mahluk halus tertentu tanpa orangnya harus bergerak secara fisik atau lebih dulu membaca amalan gaib.

Dalam melihat gaib, sedulur papat yang keluar mendatangi objeknya hanya terjadi pada orang-orang yang menerawang/melihat jauh dengan cakra mata ketiga. 

Dengan melihat gaib secara batin atau melihat gaib secara roh sedulur papatnya tidak pergi keluar (kecuali disengaja supaya keluar). Dengan cara-cara melihat gaib itu yang diandalkan terutama adalah kepekaan batin dan kekuatan sukma dari kebatinan dan spiritual orangnya, sesuai tingkatannya masing-masing.

Pada tingkat dasar, melihat secara roh sama dengan melihat secara batin. Tetapi pada tingkatan yang tinggi, melihat secara roh dapat mirip dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yaitu sedulur papatnya (bisa dan disengaja) bergerak keluar tubuh. Pada penguasaan tingkat lanjut, orang juga bisa mengetrapkan ilmu medhar sukma dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga apa saja yang dialami dan dilihat oleh sedulur papatnya itu, ia juga dapat mengetahuinya.

Pada tingkat dasar, melihat secara roh sama dengan melihat gaib secara batin. Kalau tidak kuat lama berfokus pada kepekaan batin, seringkali yang kelihatan hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap banyak mengandalkan bisikan wangsit/ilham.

Pada tingkatan yang tinggi melihat secara roh akan mirip dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yaitu sedulur papatnya (bisa/disengaja) bergerak keluar tubuh. Tetapi ada perbedaannya, yaitu melihat secara roh tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga, tetapi dilakukan secara kontak rasa dan batin (menyatukan rasa dan batin). Disitulah kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada cakra energi mata ketiga. 

Dengan melihat secara roh, seseorang bisa melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja, bisa juga dengan ia menerima saja penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya, bisa juga kedua-duanya, pancer dan sedulur papat sama-sama melihat gaib. Melihat secara roh memiliki peluang yang luas untuk dikembangkan.

Dalam penyatuan rasa dan batin masing-masing roh dapat berinteraksi saling memberikan penglihatan gaib, tetapi masing-masing roh dapat juga berdiri sendiri-sendiri dalam melihat gaib.

  1. Dengan melihat secara roh, orang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya saja. Ketika orangnya ingin melihat sesuatu secara langsung, atau ketika roh sedulur papatnya sedang pergi jauh ke suatu tempat orangnya tetap bisa melihat gaib dengan roh Pancernya di dalam tubuh (melihat dengan sadar), tidak perlu menunggu adanya gambaran penglihatan ataupun komunikasi dari roh sedulur papatnya.
  2. Dengan melihat secara roh, orang juga dapat melihat gaib dengan cara menerima saja penglihatan dari roh sedulur papatnya. Roh sedulur papat kita itu bisa pergi kemana saja yang kita inginkan. Dalam penyatuan rasa dan batin, pancernya menerima penglihatan dari roh sedulur papat, apa saja yang dilihat oleh para sedulur papat, kita (pancer) juga bisa melihatnya, apa yang dialami oleh para sedulur papat, kita (pancer) juga bisa merasakannya. Komunikasi dengan roh sedulur papat dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa (menyatukan rasa dan batin), bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga, sehingga orangnya tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib, bisa dilakukan sambil tetap sadar dan bekerja, bisa sambil menyetir mobil atau aktivitas lainnya.
  3. Dengan melihat secara roh, orang dapat melihat gaib dengan roh Pancer-nya (kesadarannya) sambil sekaligus menerima penglihatan gaib dari roh sedulur papatnya seolah-olah roh sedulur papatnya itu adalah pribadi-pribadi lain yang tidak terkait dengan dirinya. Masing-masing roh dapat saling memberikan penglihatan gaib dan dapat saling berkomunikasi/bertukar pikiran seolah-olah mereka adalah pribadi-pribadi yang berdiri sendiri-sendiri.

Pada tingkatan ini penerapan melihat secara roh akan sama dengan penerapan ilmu medhar sukma, yaitu rohnya dapat dengan sengaja dipecah, sehingga roh sedulur papatnya dapat terpisah keluar dari tubuhnya, terpisah dari Pancernya, dapat dipecah menjadi 2, menjadi 3 atau menjadi 4, dan secara bersama-sama pancer dan para sedulur papat bisa menggabungkan penglihatan gaib mereka.

Saat seseorang yang menguasai ilmu merogoh sukma sekaligus juga menguasai ilmu medhar sukma, maka ketika keseluruhan rohnya merogoh sukma, keluar dari raganya, sukmanya itu dapat dipecahnya menjadi 5 roh yang wujudnya mirip dan serupa, yaitu 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat  (roh pancer akan tampak lebih tebal dan jelas, sedangkan roh sedulur papat lebih tipis transparan).  Tetapi kebanyakan orang yang medhar sukma ketika sedang merogoh sukma, sukmanya hanya bisa dipecahnya menjadi 2 roh, yaitu 1 roh pancer dan 1 kesatuan roh sedulur papat.

Dengan demikian, dengan kombinasi penglihatan gaib di atas, orang dapat melihat banyak hal sekaligus. Atau bila difokuskan pada satu objek tertentu, orang akan dapat melihat dari banyak sisi dan akan memiliki pengetahuan lebih banyak, karena apa yang dilihatnya adalah penglihatannya sendiri ditambah penglihatan-penglihatan dari para roh sedulur papatnya.

Masing-masing roh dapat berperan seolah-olah mereka adalah pribadi-pribadi yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga antara mereka masing-masing dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran, dan masing-masing dapat saling menceritakan penglihatannya dan pemikirannya dari sudut pandang dirinya masing-masing.

Bila penglihatan itu difokuskan pada satu objek yang sama, maka yang dilihatnya itu adalah penglihatannya sendiri (pancer) ditambah dengan apa yang dilihat oleh para sedulur papatnya. Pengetahuan yang didapatkan dari penglihatan itu adalah juga pengetahuan dari kesadarannya sendiri ditambah pengetahuan dari para sedulur papatnya. Pada tingkatan ini bila penglihatan gaibnya itu difokuskan pada satu objek yang sama, maka pengetahuan dan penglihatan yang didapatkannya akan sama seperti pengetahuan dan penglihatan dari 5 orang yang berbeda terhadap satu objek (penglihatan dari 1 roh pancer dan 4 roh sedulur papat).

Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan roh dan ketajaman penglihatan gaib masing-masing roh juga dapat digabungkan/disatukan, sehingga kekuatan rohnya dan ketajamannya melihat gaib akan menjadi berlipat-lipat, berguna sekali untuk menghadapi kekuatan gaib yang tinggi dan untuk mempelajari kegaiban yang berdimensi tinggi.

Melihat secara roh ini akan menjadi penglihatan gaib spiritual dan akan mendatangkan pengetahuan spiritual. Cakra yang bekerja adalah cakra di dada, ubun-ubun dan cakra mahkota. Bila kemampuan ini ditekuni dan berhasil dikuasai akan bisa mengantarkan seseorang pada tingkatan spiritual yang tidak terhingga dan bisa sampai pada pengetahuan gaib yang berdimensi luar biasa tinggi, kemampuan-kemampuan yang akan sulit sekali dicapai oleh manusia yang umum, apalagi pada jaman sekarang ini.

Pada tingkatan ini roh para sedulur papat dapat berperan sebagai pribadi-pribadi tersendiri yang bisa diajak berpikir dan berkomunikasi, dan karenanya para sedulur papat itu sudah dapat berperan sebagai Guru Sejati bagi seseorang yang akan mengajarkan dan memberitahukan banyak hal kepadanya yang tidak akan diketahuinya jika ia sendirian saja yang kondisinya akan jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya yang para sedulur papat bersifat mendampingi saja seperti teman seperjalanan. Komunikasi antara pancer (kesadaran) dengan roh sedulur papat terjadi secara kontak batin, atau sebagai ilham yang mengalir di dalam pikiran, atau sama dengan komunikasi seseorang dengan khodam pendampingnya atau sama dengan komunikasi seseorang dengan sesosok roh gaib lain.

Cara melihat secara roh ini juga dapat digunakan dengan cara meminjam/melihat apa yang dilihat oleh sukma orang lain. Misalnya kita ingin mengetahui apa yang ada di dalam rumah seseorang, maka kita secara roh menyelaraskan frekuensi dengan sukma/roh orang si pemilik rumah, sehingga apa yang diketahui oleh orang tersebut (sukmanya), kita juga dapat mengetahuinya (cara yang serupa dengan ini biasanya dilakukan orang bukan dengan cara melihat secara roh, tetapi dengan menerima pemberitahuan dari khodam ilmu/pendampingnya).

Rahasia kemampuan deteksi dan melihat gaib ada pada tingkat kepekaan batin (kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur papat) untuk bisa mendeteksi dan melihat "sesuatu" yang gaib. Itulah juga sebabnya orang-orang yang sudah meninggal, di alam roh sukmanya belum tentu langsung bisa melihat mahluk halus lain, walaupun kondisinya sudah menjadi roh/arwah dan berada di alam roh (beruntunglah dirinya bila ada saudara/leluhur yang mendatanginya, sehingga di alam roh ia tidak merasa sendirian). Yang di alam roh sudah bisa melihat mahluk halus lain juga belum tentu bisa melihat mahluk halus yang kesaktiannya atau dimensinya tinggi. Semuanya itu tergantung pada kepekaan batinnya semasa hidupnya sebagai manusia.

Kemampuan melihat gaib tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang-orang yang telah terbuka cakra mata ketiganya di dahi atau cakra di ubun-ubun kepala atau cakra mahkota, misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam/prana/kundalini. Dengan telah terbukanya cakra mata ketiga dan cakra di ubun-ubun kepala akan mempermudah "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi untuk bisa melihat gaib tidak cukup hanya dengan membuka dan mengolah cakra-cakra tubuh, tetapi harus dilatih untuk kepekaan dan ketajaman rasa/batin dan keselarasan roh pancer dan sedulur papatnya.

Untuk bisa melihat gaib cakra-cakra itu harus dibuka untuk tujuan melihat gaib, bukan dengan cara dan tujuan yang sama dengan yang untuk tujuan pengolahan energi. Karena itu banyak orang yang kecewa yang setelah cakra-cakranya dibuka ternyata ia masih juga tidak bisa melihat gaib. Untuk tujuan melihat gaib pembukaan cakra-cakra itu harus dengan sugesti menggerakkan sukma (atau dengan cara memberikan khodam melihat gaib atau memasukkan khodamnya ke dalam kepala/badan yang nantinya kemampuannya melihat gaib akan sama dengan yang disebut melihat gaib dengan bantuan khodam yang itu bukan sesuatu yang Penulis prefer).

Rahasia kemampuan mendeteksi dan melihat gaib bukan pada telah terbukanya cakra-cakra tubuh dan tidak harus lebih dulu cakra-cakranya dibuka, tetapi ada pada tingkat kepekaan rasa dan batin.

Rahasia kemampuan melihat gaib ada pada tingkat kepekaan rasa dan batin dan keselarasan antara kesadaran (pancer) dan para sedulur papat dan komunikasinya. Pergerakan para sedulur papat ini tidak banyak diketahui orang, karena walaupun banyak orang bisa melihat gaib, tetapi jarang sekali bisa melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang (roh sedulur papat bahkan lebih sulit dilihat dibanding melihat bangsa Dewa yang para mahluk haluspun belum tentu bisa melihatnya. Pada kasus orang-orang yang sedulur papat terpisahnya ditawan oleh mahluk halus lain, mahluk halus lain itu mungkin tidak melihat sedulur papatnya itu, tapi bisa merasakan keberadaan energinya).

Kekuatan batin/sukma dan kepekaan rasa menentukan tingkat dimensi gaib yang bisa dideteksi. Semakin peka batinnya dan kuat sukmanya, semakin tinggi tingkatan dimensi gaib yang bisa dideteksinya.

Melihat gaib dengan mata ketiga biasanya hanya dapat untuk melihat mahluk gaib tingkat rendah saja dan yang jaraknya tidak jauh. Bila sukmanya dan energi cakra mata ketiganya kurang kuat, maka bila digunakan untuk melihat jauh, yang dilihatnya hanya samar-samar saja, atau malah blank tidak tampak apa-apa. Karena itulah sedulur papatnya terpaksa harus keluar dari tubuh untuk mendekati objek yang ingin dilihat.

Pada tingkatan dasar melihat secara batin dapat digunakan untuk mendeteksi tingkatan dimensi gaib rendah sampai menengah. Tetapi bila kepekaan batin dan kekuatan sukmanya sudah tinggi akan dapat juga ia mendeteksi tingkatan gaib berdimensi tinggi dan kekuatan sukmanya dapat digunakan untuk menundukkan mahluk gaib kelas atas.

Melihat secara roh bisa untuk mengetahui keberadaan mahluk halus tingkat rendah sampai yang berdimensi tinggi, juga bisa untuk mempelajari pengetahuan gaib berdimensi tinggi. Pengetahuan gaib yang didapatkan itu bukan hanya tentang kegaiban biasa, tetapi juga mengarah pada kegaiban dunia spiritual dan ketuhanan.

Pada masa sekarang ini banyak orang yang ingin bisa melihat gaib, ingin bisa melihat gaib dengan mata ketiga saja yang dianggapnya bisa mudah melihat gaib dan penglihatan gaibnya jelas, dan menganggap melihat gaib secara batin bersifat mengawang-awang, tidak handal, tidak meyakinkan dan tidak bisa dibanggakan. Tetapi yang tidak disadari oleh umum adalah bahwa kelemahan melihat secara batin itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa saja untuk melihat gaib, yang tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu, karena tujuan mereka hanyalah ingin bisa melihat gaib saja.

Pada orang-orang yang menekuni dunia kebatinan dan spiritual, peka rasa dan kemampuan melihat secara batin adalah (hanyalah)  kemampuan dasar saja yang menjadi modal utama untuk mempelajari kemampuan kebatinan dan spiritual yang lebih tinggi lagi yang akan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita. Kemampuan peka rasa dan melihat secara batin gunanya bukan semata-mata untuk hanya bisa melihat gaib, tetapi bersifat umum untuk kepekaan kegaiban dalam segala bidang kehidupan.

Orang-orang yang mampu melihat gaib secara roh kebanyakan adalah orang-orang yang sudah mampu "melihat" secara batin untuk mengetahui dimensi gaib tingkat tinggi, terutama adalah orang-orang yang menekuni dunia spiritual ketuhanan. Dengan demikian kemampuan melihat gaib secara roh bukanlah suatu jenis keilmuan khusus yang bisa dipelajari tersendiri untuk kemudian diturunkan ilmunya, tetapi merupakan pengembangan/peningkatan kualitas dari kemampuan melihat secara batin untuk orangnya bisa lebih dalam lagi masuk ke dalam dunia kegaiban.

Kalau sudah terbiasa mengasah kepekaan rasa, biasanya sukma kita juga akan bekerja, sehingga kita dapat mendeteksi keberadaan sesuatu yang gaib dan bisa juga terbayang sosoknya seperti apa. Kalau kita bisa fokus kuat dan lama pada kepekaan rasa, maka gambaran yang kita terima juga akan jelas. Dengan cara ini kita sudah menjalin komunikasi dengan sukma kita, sehingga pemberitahuan dari mereka berupa ide/ilham dan gambaran gaib bisa kita terima dengan baik sinyalnya di dalam pikiran kita dan kemampuan ini akan sama dengan melihat secara batin.

Bila kemampuan melihat secara batin dan roh digunakan untuk menerawang tempat atau objek yang jauh, biasanya cakra di ubun-ubun kepala dan cakra mahkota energinya akan menguat, akan terbentuk dan terbuka sedikit demi sedikit. Bila terlalu dipaksakan maka akan cepat lelah pikirannya. Tetapi bila sudah terbiasa, maka energi cakra di kepalanya akan kuat dan akan mampu juga melihat dimensi gaib tingkat tinggi. Selain itu, sukmanya juga akan meningkat kekuatannya dan memiliki kekuatan batin/roh yang tajam yang bisa digunakan melalui desakan nafas, sorot mata atau langsung dengan kekuatan pikiran untuk menyerang/mengusir/menangkap mahluk halus atau untuk menembus tabir-tabir kegaiban.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Melihat Secara Batin

Melihat Secara Batin

Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga.

Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman/kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritualitas orangnya.

Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi sesuatu yang gaib atau menginderai suasana gaib di sekitar kita. Sedulur papat tidak bergerak keluar tubuh (kecuali disengaja supaya keluar dari tubuh), biasanya cakra mata ketiganya juga belum terbuka.

Melihat gaib secara batin, pada tingkat dasar, kalau tidak kuat lama fokus pada kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau ilham dari roh sedulur papatnya.

Kemampuan menginderai atau melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka/tajam batinnya, atau pada orang-orang yang menekuni penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin. Orang-orang yang menekuni laku kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut mengerti kegaiban, tanggap rasa dan firasat dan peka sasmita. Kepekaan dan ketajaman batin (indera keenam) mereka bersifat umum dalam segala bidang kehidupan, tidak semata-mata hanya untuk bisa melihat gaib saja.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib di sekitar mereka berada dan untuk berkomunikasi batin (kontak rasa dan batin) dengan para mahluk gaib yang ada. Komunikasi dan interaksi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur papatnya) dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga. Untuk keperluan itu orangnya tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan sesosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan firasat/ilham/wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.

Secara keseluruhan kemampuan mereka melihat gaib itu tergantung pada kepekaan rasa dan batin mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya.

Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga. Disitulah kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.

Melihat gaib secara batin kuncinya adalah pada proses awalnya, yaitu kemampuan peka/kontak rasa untuk mendapatkan gambaran awal penglihatan batin dari roh sedulur papatnya. Sesudah mendapatkan gambaran awalnya barulah kita (pancer) fokus batin untuk mempertegas lagi gambarannya. Untuk keperluan itu bisa dilakukan dengan mata terbuka maupun terpejam, yang penting bisa hening peka rasa untuk menangkap informasi gambaran awal dari roh sedulur papat, kemudian barulah ditindaklanjuti dengan pancernya fokus batin kepada sosok gaibnya untuk menjadikannya gambaran penglihatan gaib yang utuh.

Biasanya, dengan mengedepankan kepekaan batin ini seseorang juga akan mendapatkan informasi yang lain mengenai objeknya, misalnya apakah wataknya baik/jahat, apakah sifat keberadaannya membahayakan, apakah tujuan keberadaannya baik, apakah ada pesan-pesannya, dsb. Karena itu dalam melihat gaib secara batin interaksi batin dengan roh sedulur papat bersifat pokok.

Bila kepekaan batin kuat orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, mudah untuk menerima sinyal dari roh sedulur papatnya yang dapat berupa rasa firasat, ide/ilham, tanda-tanda petunjuk, rasa/feeling/intuisi, dan penglihatan/gambaran-gambaran gaib.

Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran/pancer-nya lemah, gambaran gaib yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit/ilham.  Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran/pancer-nya kuat dan memiliki kemampuan yang baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.

Untuk belajar kemampuan melihat gaib secara batin dapat dilakukan dengan latihan olah rasa seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul : Olah Rasa dan Kebatinan.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang oleh para pemula dianggap tidak langsung, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan saja, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan ataukah hanya halusinasi saja. 

Yang umum dirasakan oleh orang-orang yang baru sekedar bisa peka rasa adalah tahapan awalnya itu saja, yaitu ia menerima gambaran gaib dari sedulur papatnya, tapi tidak mampu menegaskannya menjadi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja.

Kelemahan itu terjadi karena orangnya (pancernya) tidak bisa menindaklanjuti sinyal yang diterimanya dari sedulur papatnya untuk dipertegas lagi menjadi gambaran yang utuh, tidak bisa fokus batin untuk mempertegasnya menjadi informasi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja. Dalam kondisi itu diartikan orang itu baru ada pada tahapan peka rasa, ia belum bisa melihat gaib secara batin.

Kelemahan itu bisa diatasi dengan cara melatih olah rasa dan batin, berlatih untuk bisa bertahan lama dengan kepekaan batin untuk menerima gambaran gaib sampai gambarannya utuh, kemudian mempertegasnya dengan fokus batin kepada sosok gaibnya, sehingga kita bisa melihatnya secara utuh. Sesudah bisa begitu barulah mulai bisa kita dikatakan bisa melihat gaib secara batin. Lebih baik lagi kalau kita dapat berinteraksi langsung secara energi (kontak rasa dan energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat, tidak mengawang-awang lagi, dan bukan berilusi.

Dengan kata lain, sesudah kita menerima gambaran gaib awal dari roh sudulur papat, sesudahnya kita sebagai pancer mempertegas lagi penglihatannya sehingga keseluruhannya akan tampak secara mendetail. Dengan demikian bukan hanya sedulur papatnya itu saja yang bisa melihat gaib, tapi pancernya juga bisa melihat gaib.

Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan kontak energi, dengan latihan olah rasa atau dengan cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan adanya sesuatu yang berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama selamat.

Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu sebenarnya hanyalah dasar saja untuk ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan melatih ketahanan dan ketajaman fokus batin dan berinteraksi langsung secara energi (kontak energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dalam latihan olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu mereka bisa "menyatukan" kegaiban batin dan kekuatan sukma mereka dengan alam gaib. Mereka peka suasana gaib dan secara kebatinan mereka bisa lebih "masuk" lagi ke alam gaib untuk merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk "bermain" di alam gaib, untuk mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir/menarik/menyerang/menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang baru bisa peka rasa saja, tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu, dan tidak mempunyai kemampuan untuk "bermain" di alam roh.

Dengan peka rasa itu orangnya bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan secara kebatinan bisa semakin "masuk" lebih dalam lagi ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan sambil berkonsentrasi melihat secara batin dengan kekuatan kebatinan/sukmanya orangnya bisa mengeluarkan energinya untuk "bermain", bertarung dan "berkuasa" di alam gaib. Kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.

Sambil berkonsentrasi peka rasa dan melihat secara batin itu orangnya juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu membaca amalan gaib. Secara kebatinan ia semakin "masuk" ke alam kegaiban, rohnya keluar dari tubuhnya, masuk ke alam roh, merogoh sukma ..... Semakin leluasa ia bepergian di alam gaib atau untuk bertarung dengan mahluk halus (tetapi sebaiknya jangan anda sengaja melakukan rogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari seorang guru yang benar menguasai keilmuannya).

Rahasia utama kemampuan melihat secara batin adalah pada kemampuan pancernya yang sudah terasah dalam hal kegaiban, pancernya sudah aktif berfungsi sebagai roh, sehingga pancernya itu bisa juga mendeteksi dan melihat gaib, tidak lagi berfungsi hanya secara biologis saja. Sedangkan sedulur papatnya sifatnya hanya melengkapi saja apa yang dibutuhkan oleh pancernya, memberikan tanda-tanda/firasat dan bisikan gaib jika ada sesuatu yang perlu diperhatikan, memberikan gambaran awal dalam melihat gaib yang itu kemudian ditegaskan lagi seluruhnya oleh pancernya dengan memfokuskan batin, sehingga informasinya dan penglihatan gaibnya menjadi utuh dan mendetail, tidak setengah-setengah, tidak mengawang-awang, dan tidak sekelebatan lagi. Tetapi pada para pemula, mereka baru sampai pada bisikan gaib dari sedulur papatnya saja, pancernya belum aktif berfungsi sebagai roh, sehingga melihat gaibnya juga hanya gambaran gaib yang diterimanya dari sedulur papatnya itu saja, hanya sekelebatan saja.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan/spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan/spiritual dan semedi/tapa brata mereka.

Selain mumpuni dalam kanuragan dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mengerti mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Ilmu Terawangan Gaib

Ilmu Terawangan Gaib

Terawangan Gaib adalah kemampuan untuk melihat secara gaib ke tempat-tempat yang jauh jaraknya yang tidak cukup jelas untuk dapat dilihat dengan mata kepala kita.

Banyak orang yang mampu melihat gaib, tetapi tidak mengetahui prinsip cara kerjanya, sehingga seringkali terawangan gaib tidak dibedakan dengan kebisaan melihat gaib, sehingga oleh banyak orang terawangan gaib dan melihat gaib seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda, sehingga orang tidak mampu mengembangkannya menjadi suatu bentuk keilmuan tersendiri.

Kemampuan melihat gaib adalah dasar untuk terawangan gaib. Terawangan gaib adalah mendayagunakan kemampuan melihat gaib untuk dapat melihat suatu objek di tempat yang jauh. 

Ilmu terawangan gaib ini bisa digunakan untuk melihat sosok-sosok gaib di alam gaib atau untuk melihat suatu lokasi/objek tertentu di tempat yang jauh. Kemampuan melihat gaib menjadi dasar untuk ilmu terawangan gaib.

Kemampuan melihat gaib dapat dilakukan dengan 3 cara utama, yaitu :

  1. Melihat gaib dengan cakra mata ketiga,
  2. Melihat secara batin
  3. Melihat secara roh.

Masing-masing cara melihat gaib di atas mempunyai cara kerja sendiri-sendiri yang masing-masing tidak sama dan memiliki juga kelebihan dan kelemahannya sendiri-sendiri, sehingga untuk tujuan melatih dan mengembangkan masing-masing kemampuan melihat gaib itu harus dilakukan dengan cara yang masing-masing juga berbeda.

Tetapi kebanyakan orang tidak tahu bagaimana cara kerja melihat gaib, karena yang diinginkannya hanyalah untuk bisa melihat gaib saja, terserah bagaimana caranya, sehingga orang tidak bisa mengembangkannya menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi, malah banyak orang yang tidak bisa membedakan apakah penglihatan gaibnya itu benar ataukah penglihatannya itu sebenarnya adalah ilusi/halusinasi.

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga.

Melihat gaib dengan cakra mata ketiga adalah melihat gaib dengan mendayagunakan kemampuan gaib dari cakra energi yang ada di dahi, di antara 2 alis mata (mata ketiga).

Yang tidak disadari oleh banyak orang adalah pada saat seseorang melihat gaib dengan cakra mata ketiga ini roh sedulur papatnya bergerak keluar dari tubuhnya (pergerakannya tidak disengaja dan tidak disadari). 

Bila digunakan untuk melihat jauh, maka roh sedulur papatnya akan keluar dari tubuhnya mendatangi objek sasaran yang ingin dilihat, kemudian mengirimkan gambarannya kepada roh pancernya di dalam tubuh (kesadaran/pikiran) melalui jalur energi cakra mata ketiga.

Dengan kata lain, yang bisa melihat gaib adalah sedulur papatnya, bukan pancernya (bukan orangnya). Apa saja yang dilihat oleh roh sedulur papatnya itu disampaikan (disambungkan) kepada pancernya melalui jalur energi cakra mata ketiga, sehingga pancernya dapat ikut melihatnya, sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib secara langsung dan secara sadar.

Jadi, yang melihat gaib adalah sedulur papatnya, yang pada saat seseorang sedang melihat gaib roh sedulur papatnya itu bergerak keluar dari tubuhnya mendekati objek yang ingin dilihat dan kemudian mengirimkan gambaran penglihatannya kepada sukma di dalam tubuh (roh pancer) melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga kuncinya adalah pada adanya ikatan kuat dan komunikasi antara sedulur papat yang berada diluar tubuh dengan sukma di dalam tubuh, melalui jalur komunikasi cakra energi mata ketiga.

Sebenarnya tidak tepat menyebut kemampuan ini sebagai melihat gaib dengan cakra mata ketiga, karena yang bisa melihat gaib adalah sukmanya (sedulur papat dan pancernya), bukan cakra mata ketiganya, sehingga orang tidak bisa memiliki kemampuan ini hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya.

Orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, sebenarnya bukanlah dengan cakra mata ketiganya itu ia melihat gaib. Orang bisa melihat gaib karena sudah aktifnya saraf-saraf imajinasi di kepalanya yang itu memudahkan pikirannya (pancernya) menangkap sinyal gaib dari sedulur papatnya atau dari khodamnya atau dari roh halus lain, sehingga orang tidak bisa melihat gaib hanya dengan cara membuka cakra mata ketiganya saja.

Aktifnya saraf-saraf imajinasi itu adalah yang dengan sengaja dirangsang dalam orang bermeditasi olah rasa untuk tujuan melihat gaib, atau dengan melatih kepekaan rasa dengan cara orangnya membiasakan diri berdiam di tempat yang gelap dan sunyi. Tetapi jika saraf-saraf imajinasinya itu belum aktif orang bisa juga mendeteksi kegaiban dengan rasa, dengan saraf-saraf kepekaan rasa di dada.

Kemampuan melihat gaib ini tidak begitu saja secara otomatis terjadi pada orang yang telah terbuka cakra energi mata ketiganya. Dengan telah terbukanya cakra energi di dahi memang akan memfasilitasi  "jalur komunikasi" antara sedulur papat di luar tubuh dengan sukma di dalam tubuh. Tetapi cakra-cakra tubuh yang dibuka dengan teknik pengolahan energi tubuh tidak langsung berhubungan dengan alam gaib dan kegaiban, misalnya yang dibuka dengan tenaga dalam/prana/kundalini. Untuk dapat melihat gaib harus ada sugesti pergerakan sukma, walaupun pergerakan itu seringkali terjadi tidak disadari dan tidak disengaja. Untuk keperluan melihat gaib, maka cakra-cakra tersebut harus dibuka khusus untuk tujuan kegaiban, bukan dengan tujuan dan cara yang sama dengan pengolahan energi tubuh.

Kemampuan seseorang yang bisa melihat gaib melalui cakra mata ketiga merupakan suatu kelebihan dan keistimewaan dibandingkan orang lain yang tidak bisa, tetapi dari sisi keilmuan, kemampuan itu juga masih mempunyai kelemahan.

Walaupun dengan kemampuan melihat gaib melalui cakra mata ketiga orang merasa dapat melihat gaib secara langsung dengan cukup jelas, tetapi seringkali kemampuan melihat gaib dengan cara ini hanya dapat untuk melihat kegaiban tingkat rendah saja. 

Melihat gaib melalui cakra mata ketiga mengharuskan adanya komunikasi antara roh sedulur papat dengan roh pancer. Dengan demikian orangnya harus melakukannya dengan konsentrasi khusus (dan seringkali juga akan melelahkan pikiran). Selain kualitas energi di cakra mata ketiganya, kualitas penglihatan gaibnya juga tergantung pada kemampuannya membaca gambaran gaib yang dikirimkan oleh roh sedulur papatnya yang mengalir di pikirannya.

Cakra mata ketiga merupakan bagian dari fisik manusia yang kekuatannya terbatas, dan kemampuan melihat gaib dengan cakra mata ketiga tersebut sangat bergantung pada kekuatan energi cakranya. Sesudah bisa melihat gaib, biasanya seseorang sudah merasa puas, kekuatan energi cakra mata ketiganya tidak ditingkatkan kualitasnya, sukmanya sendiri (roh pancer dan sedulur papatnya) juga tidak diolah untuk memiliki kekuatan gaib yang tinggi, kepekaan batinnya juga tidak dilatih supaya lebih tajam, sehingga secara keseluruhan seringkali kemampuan ini hanya dapat digunakan untuk melihat/mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi rendah saja, tidak bisa melihat/mendeteksi keberadaan gaib yang berdimensi tinggi.

Ketergantungan pada kemampuan melihat gaib juga menyebabkan orang menjadi tidak peka batinnya, tidak bisa mendeteksi kegaiban di lingkungannya berada, tidak bisa mengedepankan "rasa".

Orang-orang yang peka rasa batinnya akan dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, tetapi orang-orang yang terbiasa melihat gaib dengan mata ketiga seringkali tidak peka, tidak dapat merasakan suasana gaib di lingkungannya, kecuali mereka melihat sendiri sosok-sosok wujud gaibnya. Karena kurangnya kepekaan dan ketajaman batinnya seringkali juga pemahaman mereka menjadi dangkal, yang mampu mereka lihat hanya sebatas kulitnya saja, hanya luarnya saja, dan yang dimensinya rendah saja, tidak mampu menelisik lebih dalam, tidak mampu mengetahui kesejatian dari apa yang dilihatnya, malahan seringkali orang-orang itu tertipu oleh penglihatannya sendiri. Dan dari apa yang dilihatnya itu, seolah-olah dirinya benar-benar mumpuni menguasai ilmu melihat gaib, kepada orang lain yang awam mereka akan memberikan cerita-cerita dan penjelasan yang seringkali tidak sesuai dengan aslinya hakekat dan kesejatian dari kegaibannya, ceritanya dilebih-lebihkan, ketinggian, akan banyak bersifat dogma dan pengkultusan.

Kelemahan lainnya, orang-orang yang memiliki kemampuan melihat gaib seperti di atas seringkali tidak dapat mengendalikan penglihatannya, mata ketiganya terus terbuka dan terus melihat gaib, walaupun orangnya sedang tidak ingin melihat gaib. Penglihatan gaibnya tidak terkontrol.

Pada orang-orang tersebut, kelemahan lainnya adalah jika kekuatan sukmanya masih rendah dan penyatuan antar sukma belum cukup kuat. Misalnya saja kemampuan melihat gaibnya itu digunakannya untuk melihat sesosok gaib yang ternyata "berbahaya", atau dalam kondisi tidur dan bermimpi diluar kontrolnya roh sedulur papatnya pergi sendiri keluar dari tubuhnya. Kondisi itu suatu saat dapat menjadi musibah jika roh sedulur papatnya itu ditangkap oleh roh halus lain. Akibatnya, orang tersebut akan dapat menjadi lemah ingatan, lupa ingatan, lemah tubuhnya dan sakit-sakitan, sering bengong melamun tak sadar diri, dsb. Apalagi bila sedulur papatnya itu disiksa oleh mahluk gaib yang menangkapnya, atau dikejar-kejar, sedulur papatnya itu akan memberikan gambaran apa yang dialaminya itu kepada orangnya (pancernya) yang kemudian bisa menyebabkan orangnya selalu merasa ketakutan, merasa berhadapan, diserang atau dikejar-kejar mahluk halus, karena sedulur papatnya itu memang sedang berhadapan dengan mahluk halus, ditangkap, disiksa atau dikejar-kejar. Orangnya bisa gila, merasa selalu dihantui mahluk halus.

Kemampuan melihat gaib dengan mata ketiga banyak dimiliki oleh orang-orang yang melatih melihat gaib dengan jalur ilmu gaib kebatinan, dengan mantra dan amalan melihat gaib. Tetapi isi penglihatannya banyak yang berupa ilusi, karena apa saja yang dilihatnya akan mengikuti sugesti dalam mantra/amalan gaibnya. Dan bila orang-orang itu juga berkhodam, maka penglihatan gaibnya itu akan sama dengan yang disebut oleh Penulis sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Umumnya mereka itu masih dalam tahap pemula, yang kekuatan sukmanya belum cukup tinggi, sehingga sedulur papatnya harus pergi keluar mendatangi objek yang ingin dilihat supaya penglihatannya menjadi jelas. Sedangkan bila kekuatan sukmanya sudah tinggi umumnya orang-orang itu melihat gaib secara batin. Dengan melihat secara batin itu orangnya dengan kebatinan dan kekuatan sukmanya yang tinggi bisa "bermain" di alam roh, bukan sekedar melihat gaib saja. Pada tingkatan yang sangat tinggi orang melihat gaib secara roh, tetapi sedikit sekali orang yang mampu melakukannya.

Pada masa sekarang ini sangat jarang ada orang yang bisa melihat gaib dengan mata ketiga, kecuali yang terjadi secara alami. Kebanyakan orang melakukannya dengan melihat gaib secara batin, termasuk para praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib yang sering muncul di televisi. Sebenarnya yang mereka lihat juga hanya sekelebatan bayangan saja, tidak sempurna, sehingga pengetahuan mereka tentang alam gaib juga terbatas. Tetapi ada yang dengan mempertunjukkan keilmuan gaibnya yang lain, menarik dan memasukkan mahluk halus ke dalam tubuh orang lain - mediumisasi, mereka tampak seolah-olah mereka benar mumpuni dalam hal melihat gaib (padahal apa dan siapa mahluk yang masuk ke dalam orang yang dijadikan medium itu seringkali mereka sendiri tidak tahu). Tetapi ada juga sebagian dari mereka yang kemampuan itu sudah dilatih, sehingga penglihatan mereka dapat lebih tajam dan lebih jelas, bukan hanya melihat sekelebatan bayangan saja.

Tetapi pada masa sekarang ini orang-orang yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cakra mata ketiga, yang dikatakan bisa melihat gaib dengan cukup jelas, yang kebanyakan kemampuannya itu terjadi dengan sendirinya tanpa orang itu pernah melatih kepekaan melihat gaib, kebanyakan sebenarnya adalah orang-orang yang dirinya mengalami ketempatan sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, terutama di dalam kepalanya. Mengenai kasus dan fenomena ketempatan mahluk halus ini silakan dibaca di : Pengaruh Gaib thd Manusia.

Pada orang-orang itu sosok gaib di kepalanya itu memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, karena kondisi kekuatan sukma dan kebatinan orangnya masih lemah, tidak cukup kekuatannya untuk bisa melihat/menerawang jauh, maka di luar sepengetahuannya sosok halus di dalam kepalanya itu memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya supaya penglihatannya menjadi jelas. Sesudah sedulur papatnya itu melihat objeknya, kemudian mereka "melapor" kepada sosok halus yang di dalam kepala melalui jalur energi cakra mata ketiga. Sesudahnya barulah kemudian si sosok halus di dalam kepalanya itu memberikan penglihatan gaibnya itu kepada orangnya (pancernya), sehingga orangnya "merasa" bisa melihat gaib. Tetapi apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir", sudah "dibentuk" oleh sosok halus di kepalanya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Tetapi dengan ia merasa bisa melihat gaib itu tanpa disadarinya ia sudah "memperbudak" sedulur papatnya sendiri dan meresikokan sedulur papatnya untuk bertemu/berhadapan dengan mahluk-mahluk halus di alam gaib.

Di sisi lain ada juga orang-orang yang ketempatan mahluk halus di dalam badannya. Pada orang-orang ini sosok gaib di dalam badannya itu juga memberikan banyak penglihatan gaib, termasuk ilusi dan halusinasi. Tetapi ketika orangnya ingin melihat/menerawang jauh, biasanya sosok halus di badannya itu tidak memaksa sedulur papatnya untuk keluar mendatangi objek yang ingin dilihatnya, sehingga penglihatan gaibnya tidak cukup jelas dibandingkan orang-orang yang ketempatan mahluk halus di kepalanya. Tetapi kasusnya sama juga, apa saja isi penglihatan gaibnya itu semuanya sudah "disetir" atau sudah "dibentuk" oleh sosok halus di badannya itu, tidak semuanya asli apa adanya.

Selain sesosok halus yang berdiam di dalam kepala/badan, ada juga orang-orang yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping. Khodam-khodam itu juga banyak yang sering memberikan gambaran gaib kepada orangnya sehingga orangnya merasa bisa melihat gaib (merasa mengerti gaib).

Pada orang-orang itu, yang merasa bisa melihat gaib karena dirinya menerima penglihatan gaib dari sesosok mahluk halus di dalam tubuhnya, atau menerima penglihatan gaib dari khodam ilmu/pendampingnya, yang sebenarnya bukan orangnya sendiri yang bisa melihat gaib, tetapi orangnya merasa bisa melihat gaib karena orangnya menerima gambaran gaib yang mengalir di dalam kepalanya dari khodamnya, kemampuan mereka melihat gaib itu oleh Penulis dikategorikan sebagai melihat gaib dengan bantuan khodam.

Catatan: 

Prinsip dasar melihat gaib adalah kepekaan batin dan rasa untuk menangkap sinyal berupa gambaran gaib yang dikirimkan oleh sukma/roh kita dalam bentuk ilham/bayangan penglihatan yang mengalir di pikiran kita. Dalam hal ini konsentrasinya ada pada fokus rasa batin, bukan pikiran. Kalau setelah kita menerima gambaran gaib itu kemudian kita memperjelas gambarannya dengan berpikir, biasanya kemudian gambaran gaibnya itu akan hilang. Karena itu tetaplah fokus batin, bukan pikiran. Biarkan gambaran gaibnya terus mengalir terbayang dalam pikiran kita sampai lengkap detailnya dan kita usahakan bisa lama berkonsentrasi batin seperti itu, jangan terus beralih menggunakan pikiran (istirahatkan pikiran, batin yang bekerja). Dalam hal ini kita tidak mengedepankan nalar/pikiran, tetapi penerimaan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran.

Sebagai penjelasan tambahan, manusia terdiri dari 2 unsur pokok, yaitu tubuh biologis dan roh.

Roh manusia terbagi menjadi 2, yaitu roh Pancer dan roh Sedulur Papat. Roh Sedulur Papat sifatnya mendampingi Pancer karena ada ikatan kuat di antara mereka. Tetapi mereka tidak sungguh-sungguh menyatu, mereka terpisah (kecuali setelah si manusia meninggal dan roh-rohnya menyatu menjadi arwah).

Dalam kehidupan sehari-hari roh manusia ada di dalam tubuh biologisnya. Roh itu menentukan ada tidaknya energi kehidupan di dalam tubuh manusia. Roh itu menentukan berfungsinya bagian-bagian tubuh manusia, organ-organ dan saraf, dan otak/pikiran manusia, dan menghidupkan saraf-saraf motorik sehingga manusia bisa berjalan. Roh menjadi penunjang kehidupan manusia. 

Roh Pancer hadir secara biologis manusia. Berpikir dan berperasaan, berlogika, merencanakan kehidupan, merasa lapar, merasa sakit, ingin kaya, ingin hidup mulia, dsb, semuanya adalah biologis manusia. Dalam hal ini Roh Pancer manusia hadir, bertindak dan berkesadaran sebagai mahluk biologis.

Roh Pancer hadir di dalam kesadaran, hati dan pikiran, sehingga yang dominan berperan dalam sehari-harinya manusia adalah Roh Pancer.

Roh Sedulur Papat keberadaannya bersifat mendampingi Pancer dan membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan (dalam bentuk ide dan ilham, bisikan hati/nurani dan mimpi).

Roh Pancer hadir di dalam kesadaran dan berpikir manusia, tetapi roh sedulur papat tidak menentukan jalan berpikir manusia. Roh sedulur papat tidak menyatu dengan pikiran manusia, tetapi hanya bersifat membantu membentuk kebijaksanaan dan memberikan peringatan-peringatan dalam bentuk rasa dan firasat (dan mimpi), gambaran-gambaran gaib, ide-ide dan ilham, yang mengalir di dalam pikiran manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita sok berlogika, atau tidak peduli situasi, mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, atau lebih mengutamakan dogma dan doktrin, pemikiran sendiri, pendapat sendiri dan ke-Aku-an. Itulah sebabnya kita tidak akrab dengan rasa dan firasat. Tetapi bila kita mau peka dan memperhatikan rasa dan firasat, ide-ide dan ilham, maka kita akan memiliki naluri dan insting yang tajam. Dengan cara demikian kita sudah mengakrabkan diri dengan Sedulur Papat dan sudah memperhatikan komunikasi yang mereka lakukan.

Seseorang yang dalam hidupnya dominan mengutamakan sikap berpikirnya atau sok berlogika, menonjolkan kepintarannya, mengutamakan pendapat sendiri dan ke-Aku-an dan dogma/doktrin, atau tidak peduli situasi, dan mengesampingkan bisikan hati dan kebijaksanaan, maka ia lebih mengedepankan aspek biologisnya, aspek manusia keduniawiannya, sehingga ia tidak peka terhadap sesuatu yang bersifat roh, rasa dan firasat. Tetapi seseorang yang selalu menjaga peka batin, memperhatikan rasa dan firasat, ia akan tajam nalurinya, dan mungkin juga mengerti tentang kegaiban alam, karena ia kental berhubungan dengan rohnya.

Roh kita sebagai Pancer, sebenarnya juga bersifat roh, sehingga sebenarnya kita juga dapat mengetahui hal-hal yang bersifat roh. Tetapi sehari-harinya roh Pancer ini terbelenggu dalam kehidupan biologis manusia, banyak memunculkan ego dan keAkuan, sehingga manusia tidak peka dengan hal-hal yang bersifat roh, apalagi atas hal-hal yang bersifat ke-Allah-an. Karena itu seringkali seseorang harus bisa membersihkan hati, pikiran dan batinnya, harus bisa melepaskan belenggu keduniawiannya (bukan meninggalkan keduniawiannya tetapi melepaskan belenggu keduniawiannya) untuk bisa mendalami hal-hal yang bersifat roh dan keTuhanan.

Bila kita dekat dengan para Sedulur Papat (peduli/memperhatikan), karena sifat keberadaan mereka mendampingi kita sebagai Pancer, mungkin kita juga akan bisa peka rasa mengenai keberadaan roh-roh lain dan dapat peka rasa mengenai sesuatu kejadian sebelum kejadiannya terjadi (weruh sakdurunge winarah) melalui pemberitahuan dari mereka sebelumnya. Pemberitahuan/peringatan dari para Sedulur Papat ini bisa berupa suatu kejadian perlambang, rasa, firasat, mimpi, wangsit/penglihatan/bisikan gaib, ide-ide dan ilham, dsb. Diperlukan kepekaan rasa dan batin untuk dapat menangkap sinyal komunikasi dari para Sedulur Papat dan untuk bisa mengetahui maksud dan artinya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.