Showing posts with label Kejawen. Show all posts
Showing posts with label Kejawen. Show all posts

31 October 2023

Pusaka Hyang Kalimasada

Pusaka Hyang Kalimasada adalah pusaka utama milik Semar yang dititipkan kepada Raja Yudistira. Dalam pakem wayang Jawa/Sunda, bila Raja Yudistira kehilangan pusaka ini, bencana akan menimpa para Pandawa beserta ksatria anak-anaknya. Lawan-lawan Pandawa biasanya mengincar pusaka ini sebelum menaklukan Pandawa. Pusaka ini sebenarnya berarti Pusaka Dua Kalimat Syahadat yang termasuk Rukun Islam. Disertakannya Dua Kalimat Syahadat berupa pusaka Hyang Kalimasada adalah kreasi para wali dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan menggunakan adat istiadat dan budaya setempat.

Walisongo atau walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo.

Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Walisanga ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisanga beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel), Qosim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel), Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan  Kudus), Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishak), Syekh Suta Maharaja, Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.

 Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orangtua Sunan Ampel adalah Ibrahim Asmarakandi yang berasal dari Champa dan menjadi raja di sana.

 Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan seorang putri yang kemudian menjadi istri Sunan Kalijaga.

 Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Mesjid Ampel, Surabaya. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Jepara. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M di Pulau Bawean. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan.

 Sunan Giri lahir di Blambangan, pada tahun 1442. Ayahnya bernama Maulana Ishak, saudara kandung dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri memiliki beberapa nama: Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra. Ketika kecil, Sunan Giri berguru pada Sunan Ampel, dan berkenalan dengan Sunan Bonang, yang kemudian bersama-sama pergi belajar ke tanah Arab. Setelah kembali ke Jawa, dia mendirikan pondok pesantren di daerah perbukitan desa Sidomukti, Gresik. Nama giri berasal dari bahasa Jawa, yang berarti gunung. Beberapa karya seni yang sering dihubungkan dengan Sunan Giri antara lain: permainan anak tradisional jawa seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng. Kemudian juga gending Asmaradana dan Pucung, seringkali dihubungkan dengan Sunan Giri.

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Kudus pernah menjabat juga sebagai panglima perang Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sultan Prawata, dia ikut bertempur melawan Arya Penangsang. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Kudus.

 

Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1500 M di Bintoro (Demak) oleh Pangeran Jimbun, putra Prabu Brawijaya V dari Majapahit dengan putri Champa. Setelah jadi sultan bergelar Raden Patah, dan memerintah selama 18 tahun. Dalam pemerintahannya dibantu oleh Walisongo. Setelah meninggal diganti putranya Pati Unus, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor, karena ia pernah memimpin armada laut Demak melawan Portugis di Selat Malaka pada tahun 1511 M. Pati Unus hanya memerintah  selama 3 tahun dan digantikan adiknya Pangeran Trenggono. Tahun 1527 atas jasa panglima perangnya Fatahillah berhasil mencegah pasukan Portugis yang hendak mendarat di Sundakelapa (kini Jakarta). Selama pemerintahannya banyak melakukan pembebasan ke daerah-daerah sekitarnya. Sultan Trenggono mati syahid dalam pembebasan Pasuruan. Sepeninggalnya terjadilah intrik dalam keluarga kesultanan Demak. Penggantinya Sunan Prawoto dibunuh oleh suruhan Aryo Penangsang, adipati Jipangpanolan yang membalas dendam atas kematian ayahnya. Namun akhirnya Aryo Penangsang tewas di tangan Sutowijoyo, putra angkat Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang diangkat jadi adipati di Pajang. Joko Tingkir memboyong pusaka keraton Demak ke Pajang dan sejak itu berakhirlah riwayat Demak sebagai kesultanan, dan berganti menjadi kadipaten[semar makaryo] 

dari buku cerita kecil judul Kisah Wali Songo, penerbit LIntas Media Jombang.

cuplikannya ya...

sebenarnya walisongo itu adalah suatu da'wah atau dewan mubaligh, apabila seorang dari anggota dewan itu meninggal mala akan di gantikan oleh wali lainnya.

seperti tersebut dalam kitab Kanzul Ulul Ibnul Bathuthah yg penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Magrobi, walisongo melakukan sidang 3 kali yaitu:

1404 -- 9 wali

1436 -- masuk 3 wali pengganti

1463 -- masuk 4 wali pengganti

 

I. walisongo periode 1 waktu Sultan Muhammad 1 dari Turki, mengirimkan utusan untuk menyebarkan islam di tanah jawa karena mendengar kabar ada 2 kerajaan Hindu : Majapahit dan Pajajaran. pada tahun 808H/1404M para ulama berangkat ke pulau jawa

1. Maulana Malik Ibrahim-Turki-ahli mengatur negara-dakwah di jawa timur-wafat di gresik 1419M

2. Maulana Ishak - Samarqand(Rusia)-- ahli pengobatan--setelah Jawa pindah ke pasai- wafat dsana

3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra--Mesir--dakwah keliling--Trowulan Mojokerto

4. Maulana Ahmad Al Mahrobi--Maroko--dakwah keliling--1465M di Jatinom

5. Maulana Malik Isroil--Turki--ahli mengatur negara--1435M--Di Gunung Santri

6. Maualana Muhammad Ali Akbar--Persia--ahli pengobatan --1435M- Di gunung Santri

7. Maulana Hasanuddin--Palestina--dakwah keliling--1462--Samping mesjid Banten Lama

8. Maulana Alayudin--Palestina--dakwah keliling--1462--samping Mesjid Banten Lama

9. Syekh Subakir--Persia--ahli menumbali tanah angker--kembali ke persia 1462M

 

II Periode 2 masuk 3 wali baru sidang diadakan di Ampel Surabaya

1. Raden Ahmad Ali Rahimatullah--Cempa-- menggantikan Malik Ibrahim

2. Sayyid Ja'far Sodiq--palestina--menggantikan Malik Isroil

3. Syarif Hidayatullah--palestina--mengantikan Maulana Ali Akbar

 

III Periode 3(1463M) masuk masuk 4 wali baru sidang berlangsung di Ampel Surabaya

1. Raden Paku(Syekh Maulana Ainul Yaqin) ---Sunan Giri--menggantikan Syekh Maulana Ishak

2. Raden Said (Sunan Kalijaga)--menggantikan Syekh Subakir

3. Raden Makdum Ibrahim(Sunan Bonang)--menggantikan Maulana Hasanuddin

 

IV Periode 4 masuk 2 wali menggantikan Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Magrhobi

1. Raden Hasan (Raden Patah)

2. Fathullah Khan

 

V Periode 5

Sunan Muria--Raden Umar Said

 

Syekh Siti Jenar konon masuk anggota wali tp diragukan karena ajarannya.

ada juga KH Kholil Bangkalan yg diyakini sebagai seorang wali, beliau adalah guru dari KH Hasyim Asy 'Arie kakek Gus Dur.

 

gw pernah denger di kumpulan ngaji temen gw. ada salah seorang temannya bertanya tentang "Janus Kalimasada", ga tau ya ini sama apa gak sama judul thread?

17 July 2021

Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Huruf Jawa

Maaf bagi yang tidak mengetahui huruf Jawa tidak usah paranoid dulu ya karena inti tulisan ini bukan huruf Jawa itu sendiri, tetapi lebih ke masalah makna kehidupan. Anda tidak begitu membutuhkan kemampuan dan/atau pengetahuan tentang huruf Jawa kok, yang penting membacanya pelan dan jangan terpaku pada huruf Jawa-nya. Fokuslah pada penjelasannya.

(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )

Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.

Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .

Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


 (2) DA TA SA WA LA

DA TA SA WA LA (versi pertama):

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA (versi kedua):

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).



(4) MA GA BA THA NGA :

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


 Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).


(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:

**) Ketelanjangan=kejujuran

Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh 😀 ). Sedangkan  CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.


**)) Pengembangan potensi

Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).

Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).

(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.

Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.


DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA = sama kuat

Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.


(4) MA GA BA THA NGA:

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.


Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.

 

*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *

Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN.


Sumber: https://deking.wordpress.com/2007/04/05/makna-kehidupan-di-balik-huruf-jawa/

Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa


Catatan "Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa" ini saya lampirkan di akhir buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU"
Penerbit Studia Press
ISBN: 9793760575
Di bawah ini data yang bersumber dari sebuah situs di internet yang data aslinya dalam bahasa Inggris pada bab The Myth of Creation (Mythology and Cosmology of Cirebonese Traditions) di situs ini:

http://epress.anu.edu.au/islamic/itc/mobile_devices/ch03s02.html

Kemudian saya terjemahkan secara bebas. Di dalamnya terdapat kisah Idajil sebagai sebutan Azazil bagi orang Jawa.

Penduduk dan Agama Asli Jawa

Gagasan bahwa umat manusia berasal dari Adam diceritakan oleh mitos lain yang menghubungkan mata rantai antara generasi saat ini dan nenek moyang mereka. Menurut mitos di kalangan penduduk Cirebon, pertama kali Adam mendapat keturunan adalah ketika ia berusia sekitar 130 tahun, Hawa mengandung dan melahirkan anak kembar, satu pria dan satu wanita, yang diberi nama Qabil dan Iqlima. Secara keseluruhan Hawa melahirkan sampai 42 kali, dan setiap kelahiran adalah kembar (satu laki-laki dan satu perempuan), kecuali pada kelahiran yang ke-6, yaitu ketika Hawa mengandung hanya satu anak laki-laki, yaitu Syits, dan yang ke-40 kali, yaitu ke-tika mengandung hanya seorang anak perempuan, Hunun.

Ketika Hawa melahirkan pasangan kembar yang kelima, Adam menetapkan aturan perkawinan, bahwa anak lak-laki yang tampan harus menikah dengan anak perempuan yang tidak cantik, sedangkan anak laki-laki yang tidak tampan harus menikah dengan anak perempuan yang cantik. Karena setiap Hawa melahirkan selalu kembar dua, sehabis kembar cantik dan tampan, kemudian kembar tidak cantik dan tidak tampan, dengan demikian menurut aturan ini dipastikan bahwa tak seorang anaknya pun yang bisa menikahi kembarannya.

Pada tahap ini, Iblis —yang telah menyebabkan mereka dilempar dari surga— menyiapkan sebuah rencana baru. Ia mencoba lagi mengganggu Adam dan Hawa, tetapi tidak bisa melakukannya dengan cara yang sama seperti ia telah melakukan di surga, sebab alam mereka telah menjadi sangat berbeda. Adam dan Hawa adalah makhluk fisik (jasmani, kasar), sedangkan iblis sendiri adalah makhluk non-fisik (rohani, halus). Iblis kemudian memasuki hati Siti Hawa dan berbisik kepadanya agar memberontak melawan terhadap aturan perkawinan Adam dengan menentang dan mengesankan sebagai aturan yang kontroversial; yaitu, putranya yang tampan juga harus menikah dengan putrinya yang cantik, dan putra yang tidak tampan juga harus menikah dengan putrinya yang tidak cantik.

Untuk mendukung pernyataan mereka, Adam dan Hawa masing-masing mengklaim berhak atas anak-anak mereka dan oleh karena itu juga berhak untuk menetapkan peraturan perkawinan. Masing-Masing bersikeras bahwa anak-anak itu benar-benar berasal dari badannya; menurut Adam dari spermanya dan menurt Hawa dari sel telornya. Untuk memecahkan masalah tersebut akhirnya mereka sepakat untuk menuangkan kedua unsur tersebut (sperma dan sel telur) ke dalam dua bejana (atau cupu) yang berbeda untuk memohon bimbingan Tuhan.

Suatu hari setelah berdoa, muncullah angin yang cukup kencang menerbangkan bejana Siti Hawa. Ketika itu Adam berusia sekitar 160 tahun, di dalam bejananya berkembanglah seorang bayi laki-laki yang manis. Mereka kemudian paham bahwa semua yang telah terjadi adalah Kehendak Tuhan lalu memberi nama bayi itu Syits. Sejak saat itu, aturan perkawinan yang dirancang oleh Adam pun berlaku. Keseluruhan populasi manusia dunia, oleh karena itu turun dari Adam melalui/sampai anak-anak nya (kecuali Hunun, yang tidak menikah sebab dia dilahirkan tanpa kembaran, dan Habil, yang dibunuh sebelum mempunyai anak), termasuk Syits, yang mendapatkan isterinya dengan cara berbeda.

Gagal menggoda Hawa, Iblis tidak berhenti mengganggu; ia beralih kepada anak-anaknya. Sebagai hasil usahanya, diluar dari yang empatpuluh perkawinan antara anak-anak Adam, ada tiga pasang yang memilih menentang aturan perkawinan dan menikahi pasangan kembar mereka yang tampan dan cantik. Mereka adalah: pasangan kembar sulung, Kabil menikahi Aklima; pasangan kembar kelima, Harris menikahi Dayuna; pasangan kembar kelimabelas, Lata menikahi Ujiah (‘Uzza). Kabil menikahi Aklima setelah pembunuhan suaminya, Habil. Untuk menyatakan pemberontakannya mereka meninggalkan tempat Adam; Kabil-Aklima ke selatan Afrika; sedangkan Lata-Ujiah ke arah barat Afrika (Eropa?); dan Harris-Dayuna pergi ke arah timur ke negeri China.

Tanpa menetapkan dari pasangan mana penduduk asli Jawa dimulai, mitos ini mengatakan bahwa ekspedisi laut yang pertama ke Pulau Jawa diadakan oleh Wazir Asia barat, Alexander The Great (Iskandar Zulkarnain, Nabi Dzul Qarnayn). Ia sengaja mengirim sebanyak 2.000 laki-laki dan perempuan untuk menduduki Pulau Jawa. Sayangnya mereka menemui ketidakramahan dan sebagian besar mereka dibunuh oleh penghuni asli, termasuk beberapa macam binatang buas liar, lelembut dan dedemit (hantu). Tidak lebih dari 100 orang yang tersisa dan kembali ke Asia barat.

Ekspedisi kedua dikirim lagi tetapi dengan kewaspadaan tinggi, turut serta sejumlah tetua yang bijak dan suku-suku yang berbeda, terutama sekali orang-orang dari selatan dan Asia tenggara (Keling dan Campa). Ada sekitar 20.000 laki-laki dan perempuan, yang dipimpin oleh Syeikh Subakir yang mendarat di Pulau Jawa. Syeikh Subakir segera pergi ke Gunung Tidar di mana ia menemui Semar dan Togog, para pemimpin mahluk halus di Jawa dan merundingkannya dengan mereka.

Mereka akhirnya mencapai suatu persetujuan dengan membiarkan pendatang baru itu untuk tinggal di Pulau Jawa dengan syarat mereka harus sadar bahwa Pulau Jawa sesungguhnya dihuni oleh banyak mahluk halus, sehingga kedua belah pihak —terutama pendatang pertama (penghuni asli)— yang lebih dulu harus berusaha untuk mendukung kehidupan bersama yang tenang (rukun) satu sama lain. Sejak saat itu Pulau Jawa telah dihuni oleh makhluk halus dan juga manusia.

Posisi keturunan Adam, Syits, menjadi makin signifikan. Mitos mengatakan bahwa Syits tadinya adalah salah satu dari anak-anak Adam yang paling terkasih, dan oleh generasi kemudian kepadanya figur mitos penting ditujukan. Ia menikah Dewi Mulat, namun siapa dia, dari mana dia datang, dan bagaimana Syits berjumpa dengannya, tidak diuraikan. Syits, pada sisi lain, digambarkan sebagai anak yang berkelakuan baik, sehingga kemudian setelah Adam meninggal pada usia 960 tahun, Syits menerima warisan kenabian Adam.

Hal ini menjadikan kebanggan dan sekaligus kecemburuan pada diri Idajil, Raja jin. Idajil ingin, dan kemudian mencoba, untuk mempunyai keturunan yang bisa mengambil alih, atau paling tidak, membawa kemuliaan Adam dan Syits. Ia ingin Syits menikahi putrinya, Delajah. Namun sayangnya, Syits telah menikahi Dewi Mulat. Bagaimanapun juga Idajil tidak berputus asa, sebagai gantinya, ia membuat segala cara yang mungkin untuk mewujudkan hasratnya. Ia menyindir putrinya, Delajah, ke dalam diri Dewi Mulat dan dengan diam-diam menaruhnya di samping Syits. Pada waktu yang sama ia membawa Dewi Mulat. Setelah tahu dengan pasti bahwa Delajah telah dihamili ia melepaskannya dan dengan seketika menggantinya dengan Dewi Mulat karena takut ketahuan.

Dari perkawinannya dengan Syits, Dewi Mulat melahirkan anak kembar. Yang satu adalah seorang manusia sempurna bernama Anwas. Yang satu lagi adalah seorang yang mengesankan sebagai cahaya dalam figur manusia, bayi spiritual yang sebenarnya adalah putra Delajah dan Syits. Dinamakan Anwar (bentuk jamak dari kata Arab “Nur” yang artinya “cahaya”).

Dua bayi tersebut (satu manusia dan satunya lagi, sesungguhnya, adalah jinn), dirawat dengan cinta dan kasih sayang, bahkan ketika Adam telah sadar bahwa Idajil yang telah campur tangan dalam hubungan tersebut. Selama masa kanak-kanak mereka, mereka menghormati kakek dan nenek dan orang tua mereka dengan sangat baik, dan bangga akan mereka, tetapi kemudian Anwas dan Anwar menunjukkan pilihan dan kebiasaan yang jelas sangat berbeda.

Anwas sangat jelas mengikuti kebijaksanaan dari kakek dan bapaknya, menjadi seorang yang beriman dengan tulus, gemar akan pelajaran kebenaran dan iman. Anwar, bagaimanapun, senang akan pengembaraan untuk mencari kebijaksanaan melalui perenungan dalam ketenangan dan tempat-tempat asing/aneh seperti di atas pegunungan, di dalam rimba raya dan di dalam gua. Sebelum kematiannya, Adam menceritakan kepada Syits agar seksama bahwa para putranya Anwas dan Anwar akan mengambil alur berbeda. Ramalan ini sebenarnya setelah Adam meninggal. Anwar selalu bersedih ketika mengingat bahwa manusia akhirnya mati, tak bisa bergerak dan dikuburkan. Syits menceritakan kepadanya bahwa itu adalah proses yang alami dan bahwa itu akan terjadi pada semua orang tanpa perkecualian. Tetapi duka cita Anwar tak tertahankan dan ia mengolah pikirannya untuk meninggalkan orang tuanya dan untuk mengambil tindakan apapun yang akan memungkinkan dia untuk menghindari penyakit dan kematian. Ia mengembara mencari-cari sesuatu yang akan memastikan harapannya. Idajil dengan segera mengambil keuntungan dari kesempatan; ia menemui Anwar, yang sesungguhnya adalah cucunya, dan menceritakan kepadanya bahwa keputusannya adalah baik dan ia berjanji untuk membantunya.

Idajil membimbing Anwar ke arah utara, ke Dulmat. Di sini Idajil melakukan suatu tindakan magis, pertama dengan membuat awan tebal yang membungkus badan mereka bersama-sama. Seketika awan menghilang, sebuah sumber air nampak di depan mereka. Ia meminta Anwar untuk minum sebanyaknya, sekuat kemampuannya, serta agar berendam di sumber air yang disebut Tirta Marta Kamandanu (air kehidupan), air kehidupan kekal. Ia juga memberi Anwar bejananya Siti Hawa, yang disebut Cupu Manik Astagina, bejana permata dengan delapan keistimewaan, yang telah ditemukan Idajil setelah bejana itu diterbangkan oleh angin yang kencang. Ia meminta Anwar untuk mengisinya dengan air, untuk beberapa keperluan di masa mendatang. Salah satu keistimewaan bejana tersebut bahwa air di dalamnya tidak pernah dapat habis.

Idajil kemudian memimpinnya keluar dari tempat ini dan menceritakan kepadanya agar mengambil sekuntum tumbuhan Rewan yang akan ia temukan dalam perjalanan kembalinya, akarnya disebut Latamansadi, yang mujarab untuk mengobati segala macam penyakit. Idajil kemudian menghi-lang, membiarkan Anwar dalam keadaan ragu-ragu kemana akan pergi. Tetapi pada akhirnya Anwar menemukan tumbuhan tersebut dan ia dengan gembira mengambil sebagian dari akar latamansadi.

Pada waktu itu Anwar telah menemukan berbagai hal yang penting yang ia benar-benar menginginkan: menghindari penyakit, dengan menguasai latamansadi, dan menghindari kematian dengan minum dan mandi dengan air kehidupan kekal. Ia mempunyai lebih banyak lagi bejana permata delapan keistimewaan dan beberapa cadangan air kehidupan kekal. Setiap ia menginginkan masih ada lagi.

Mitos melanjutkan dengan cerita bagaimana Anwar di bawah bimbingan Idajil, dapat berjalan dan bergerak dengan kecepatan rohani yang hebat. Misalnya, ia terdorong untuk melakukan petualangan lebih lanjut: ke laut Iraq, dimana disana ia berjumpa dengan para malaikat yang dikutuk, yaitu Harut Dan Marut, yang mengajarinya ilmu astrologi untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang.

Di Afrika ia berjumpa dengan paman dan bibinya, Lata dan Ujiah (‘Uzza), putra dan putri Adam yang suka menentang yang mengajarinya bagaimana cara memperoleh hidup nyaman dengan berkelimpahan.

Di Gunung Cauldron di muara Sungai Nil, Anwar berjumpa lagi dengan Idajil, tetapi ia tak mengenalinya. Idajil memberinya pengalaman mistis melihat surga; diajarinya agar dapat bergerak lebih cepat dari angin; dan memberinya hadiah yang mahal, Ratna Dumilah, sebuah intan permata seperti lampu bersinar yang bisa membimbingnya ke jalan yang lebih terang; Idajil mengajarinya, dan memberinya hak otoritas untuk mengajarkan doktrin tentang kehidupan kekal melalui ‘reinkarnasi’, dan untuk mencapai surga bagi mereka yang tidak ingin menjelma lagi (dalam reinkarnasi).

Idajil juga memintanya untuk mengejar pengetahuan yang lebih lanjut seperti pencerahan di Maladewa (Maldive), suatu pulau di Lautan India, sebelah barat-daya India.

Setelah mengikuti semua instruksinya, Anwar meraih prestasinya yang paling tinggi dalam suatu bentrokan singkat dengan Nuradi, raja jin di pulau Maladewa, Nuradi menyerah kepadanya dan mengaku bahwa Anwar jauh lebih kuat. Nuradi menyerahkan tahtanya kepada Anwar. Ia meminta para pengikutnya untuk memuja Anwar dan menghormatinya sebagai dewa sejati. Mereka menyebut Anwar sebagai raja dewa yang baru dengan julukan Sang Hyang Nur Cahya, artinya Roh Super Cahaya.

Sejak Anwar memperoleh kekuasaan, ‘agama Sang Hyang’ secara formal dibentuk dengan reinkarnasi sebagai dok-trin utamanya. Ia menikahi Putri Nuradi, Dewi Rini, yang dengannya ia memperoleh keturunan. Agama Sang Hyang ini kemudian dibawa ke Pulau Jawa oleh Batara Guru, keturunan ke-4 Sang Hyang Nur Cahya. Batara Guru datang ke Pulau Jawa dari India, menikahi seorang perempuan Jawa dan memperoleh seorang putra. Ketika Batara Guru kembali ke India, posisinya digantikan oleh putranya yang asli Jawa. Ketika Bhagawan Abiyasa dan Pandu Dewanata —Keturunan ke-14th dan ke-13th Sang Hyang Nur Cahya dari Bhatara Guru— mengambil kepemimpinan, Agama Sang Hyang ini tersebar lebih luas. Agama ini telah diadopsi oleh orang Jawa sampai Islam datang.

Tidak sama dengan Anwar —yang dulu dilahirkan sebagai roh dan yang membentuk agamanya sendiri setelah mela-kukan perenungan dan pencarian panjang dalam hal kebijaksanaan di bawah bimbingan Idajil— Anwas dilahirkan sebagai manusia nyata, yang mengikuti agama risalah dari kakeknya (Adam) dan bapaknya (Syits). Ia memperoleh keturunan yang juga nabi, termasuk Muhammad, nabi yang terakhir. Mereka meneruskan agama Allah kepada yang mau menerimanya.

Menurut mitos, skenario Idajil tidak berakhir dengan Anwar, yang menjadi perhatian utamanya adalah untuk mempunyai keturunan yang menjaga kemuliaan Syits antara jin atau manusia. Di kemudian hari, dari perkawinan silang keturunan Anwar dengan jenis manusia, muncullah beberapa jenis keturunan, ada yang jin, ada yang manusia, juga ada yang sete-ngah jin setengah manusia. Beberapa di antara mereka adalah figur terhormat: dari kalangan jin yaitu Sang Hyang, dari jenis manusia adalah Sang Prabu, Pandhita, dll., dan di antara yang setengah jin setengah manusia adalah Bhatara, dan Bhagawan. Keturunan yang terakhir ini, dengan tradisi agama mereka (agama Sang Hyang) yang menduduki Pulau Jawa yang mendahului Islam.

Di lingkungan wilayah Cirebon, keseluruhan mitos ini menjadi bagian dari tradisi kesusasteraan yang berkaitan dan menjadi mata rantai dengan bapak penemu mereka, Sunan Gunung Jati. Dari Adam dapat diusut dari kedua sisi: Anwar dan Anwas. Ibu Sunan Gunung Jati, Rarasantang, adalah putri Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, Keturunan Jawa ke-41 dari Batara Guru, dan keturunan ke-45 dari Sang Hyang Nurasa, Putra Syits, putra Adam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah Syarif Abdullah, Wazir Kerajaan Turki di Mesir, keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad, sedangkan Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan ke-37 dari Anwas, putra Syits, putra Adam.

Pesan di balik mitos ini telah jelas sudah: pada satu sisi, Sunan Gunung Jati dan keturunannya mempunyai hak-hak legitimasi kepemimpinan baik secara rohani maupun politis bagi seluruh penduduk Jawa, baik itu para pengikut Sang Hyang, orang Islam, makhluk halus, atau manusia, sepanjang mereka adalah keturunan Adam atau jin. Dengan begitu mereka semua harus tinggal dalam keselarasan (rukun) di bawah kepemimpinan keturunannya.

Pada sisi lain, mitos ini secara implisit menyatakan bahwa Allah adalah Yang Maha Tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan dewa-dewa lain yang sebagian besar jenis Sang Hyang adalah tak lain hanya nenek moyang kita yang layak untuk dihormati tetapi tidak untuk dipuja/disembah. Mereka tak berdaya menghadapi kuasa ilahi mandiri dan riil. Jika mereka menunjukkan suatu kekuatan, adalah sebab Tuhan telah memberikan kepada mereka. Kekuatan mereka dapat dicabut kapan saja Tuhan mau. Lebih dari itu, seperti halnya kita, mereka hanya keturunan Syits, putra Adam. Adam sendiri adalah ciptaan Tuhan, yang pernah suatu kali dihukum. Ia selamat setelah tobat dan telah diserahi posisi sebagai Wakil Tuhan di atas bumi (khalîfatullâh fil ardh), setelah dicurahkan RahmatNya. Meski demikian, ia juga mengalami mati karena ia hanya makhluk ciptaan.

Idajil, jinn hebat yang kuat, yang telah mendukung kelahiran Sang Hyang, adalah tak lain hanya sosok makhluk, posisinya di bawah Adam, bahkan di bawah Syits. Musuh mereka yang umum adalah setan, Iblis dan setan, yang selalu menawarkan godaan untuk melakukan kejahatan dan menyebabkan penderitaan. Bagaimanapun juga, Idajil telah jatuh ke dalam cobaan/tipuan ini.

Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/pertama-kali-iblis-datang-ke-jawa.html

Anwas - Anwar Lahir


 Kisah ini menceritakan tentang peristiwa pembunuhan pertama di dunia, perkawinan Sis, dan kelahiran anak-anak Sis yang bernama Anwas dan Anwar. Kelak, tokoh bernama Anwar ini akan menjadi dewa pertama yang bergelar Sanghyang Nurcahya.


Sumber yang dipakai dalam penyusunan kisah ini adalah Serat Paramayoga karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan kisah-kisah tradisi dari Timur Tengah.

Kediri, 25 April 2014


Heri Purwanto 


------------------------------ ooo ------------------------------

SITI HAWA MENGIDAM BUAH-BUAHAN SURGA

Di Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan dari Taman Surga.

Dalam pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu kepada sang ayah.

Nabi Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.

Nabi Adam kembali membicarakan kehamilan Siti Hawa. Dulu mereka berdua telah melanggar larangan Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga harus dikeluarkan dari Taman Surga. Kini Siti Hawa sedang mengandung dan merindukan kelezatan buah-buahan dari tempat yang serba indah itu. Putra keenam bernama Sayidina Sis mengajukan diri untuk mewujudkan idaman sang ibu. Nabi Adam sangat yakin pada kemampuan Sayidina Sis dan memberikan restu kepadanya untuk berangkat.


SITI HAWA MENCERITAKAN KELAHIRAN SAYIDINA SIS

Nabi Adam masuk ke dalam puri dan disambut Siti Hawa. Kepada sang istri, ia menceritakan jalannya pertemuan, di mana Sayidina Sis bersedia mengusahakan terwujudnya buah-buahan dari Taman Surga. Ia juga menceritakan kekecewaan Sayidina Kabil karena beristrikan Siti Damimah yang buruk rupa.

Siti Hawa mengungkit cerita masa lalu di mana antara dirinya dan sang suami pernah berselisih paham mengenai tata cara perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam berpendapat, putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri kedua, sedangkan putra kedua dinikahkan dengan putri pertama. Putra ketiga dinikahkan dengan putri keempat, sedangkan putra keempat dinikahkan dengan putri ketiga. Begitulah seterusnya. Di lain pihak, Siti Hawa berpendapat putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri pertama, putra kedua dinikahkan dengan putri kedua, dan seterusnya, dengan alasan mereka sudah berjodoh sejak dalam kandungan.

Perbedaan pendapat itu membuat keduanya berselisih tanpa ada yang mau mengalah, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Masing-masing lalu mengeluarkan benih dari dalam tubuh untuk ditempatkan di dalam pusaka Cupumanik Astagina. Benih Nabi Adam ditempatkan pada tutup cupumanik, sedangkan benih Siti Hawa ditempatkan di badan cupumanik. Setelah beberapa hari, atas kehendak Tuhan, benih milik Nabi Adam berubah menjadi calon janin, sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.

Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang atas perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menyatukan calon janin tersebut dengan benih Siti Hawa sehingga menjadi bayi hidup, yang kemudian diberi nama Sayidina Sis. Dengan demikian, anak pertama sampai kelima selalu lahir sepasang laki-laki perempuan, sedangkan putra keenam ini hanya seorang laki-laki, yaitu Sayidina Sis tersebut. Tidak lama kemudian muncul angin topan yang menerbangkan Cupumanik Astagina entah ke mana.

Siti Hawa mengakhiri ceritanya. Nabi Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya, dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka. Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.


KEBERANGKATAN SAYIDINA SIS MENCARI BUAH-BUAHAN SURGA

Sayidina Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu. Di tengah perjalanan, Sayidina Sis dan keempat saudaranya itu diganggu oleh kaum setan pengikut Malaikat Ajajil yang dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan. Terjadilah pertempuran di mana para setan tersebut dapat diusir pergi.

Sesampainya di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk melanjutkan perjalanan seorang diri. Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis lalu kembali ke Kusniya Malebari dan mendoakan perjalanan Sayidina Sis supaya berhasil dan selalu mendapatkan perlindungan.


SAYIDINA SIS MENDAPATKAN ANUGERAH

Seorang diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga. Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya. Sayidina Sis sangat gembira, dan ia pun berangkat dengan pertolongan Malaikat Jibril.

Di dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.

Sayidina Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.

Setelah tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti Indunmaras.


SAYIDINA KABIL MEMBUNUH SAYIDINA HABIL

Pada suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan supaya sadar.

Maka, kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi, seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah hewan-hewan yang terbaik pula.

Tuhan Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima. Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul kepala Sayidina Habil hingga pecah.

Melihat adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat Sayidina Habil seperti gagak itu.

Sayidina Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.


MALAIKAT AJAJIL MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN

Malaikat Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam.  Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa menjadi raja dan penguasa umat manusia.

Tuhan Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya, dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Malaikat Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa mengandung benih Sayidina Sis.

Malaikat Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya, Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.


LAHIRNYA SAYIDINA ANWAS DAN SAYIDINA ANWAR

Sembilan bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri Kusniya Malebari.

Sementara itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.

Malaikat Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.

Nabi Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama Sayidina Anwar. Nabi Adam meramalkan bahwa Sayidina Anwas kelak akan menurunkan para nabi, sedangkan Sayidina Anwar kelak tidak mau mengikuti agamanya dan memilih jalan hidup sendiri, namun keturunannya juga banyak yang menjadi raja dan tokoh besar di dunia. Hal ini membuat Sayidina Sis bimbang dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada takdir Tuhan.

------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------


Sumber: http://albumkisahwayang.blogspot.com/2014/04/anwas-anwar-lahir.html

19 October 2018

Puasa Islam dan Puasa Kejawen


Bagi saya orang kejawen, puasa orang islam hanya seperti dagelan tanpa isi. Seperti tong kosong nyaring bunyinya. Tidak membawa manfaat apa-apa kecuali kelaparan di siang hari. Apalagi sekarang sebagian orang islam demikian sombong sehingga memaksa warung-warung makan tutup agar mereka tidak tergoda untuk makan. Katanya puasa islam itu untuk menahan hawa nafsu, lha kalau pemancing-pemancing hawa nafsu dihilangkan semua terus apa yang dipuasai? Tidak ada. Lantas hawa nafsu apa yang ditahan? Nafsu makan dan minum? Nafsu seks? Emangnya orang-orang islam ini hobinya main seks di sing hari ya?

Pada kenyatannya tidak ada manfaat puasa islam kecuali kelaparan. Saya tidak melihat orang-orang islam menjadi lebih arif, sabar, pemurah, dan penuh kasih sayang setelah puasa. Sebaliknya mereka tambah rakus, penuh kepalsuan dan egois. Setelah puasa mereka juga tidak memiliki kekuatan batin apapun yang biasanya dimiliki orang yang telah menjalani puasa tertentu. Jadi hasil puasa islam adalah NOL BESAR.

Kata puasa berasal dari ajaran Hindu yaitu UPAVASA yang artinya duduk dekat. Duduk dekat siapa? Duduk dekat Tuhan. Jadi orang yang sedang menjalani puasa sebenarnya berusaha agar bisa mencapai kedudukan yang dekat dengan Tuhan. Bila puasanya berhasil maka seseorang yang berpuasa akan mendapatkan apa yang menjadi sebabnya ybs berpuasa karena pada waktu berpuasa kedudukannya demikian dekat dengan Tuhan sehingga dengan perkenan Tuhan apapun yang diinginkan akan terkabul. Bahkan bila ybs berpuasa tanpa mengharapkan apapun, maka harapan-harapannya yang terpendam dan tak terkatakan akan dikabulkan.

Sekarang saya beritahu puasa yang dijalani orang jawa. Ada puasa mutih yaitu makan nasi putih dan minum air putih saja. Puasa ngulup, makan daun-daunan yang direbus saja, minumnya air putih. Puasa ngrowot, makan umbi-umbian yang direbus saja dan minumnya air putih. Dan puasa ngayep, puasa boleh makan apapun tapi tidak boleh mengandung garam (rasa asin dan gurih) sedang minumnya air putih. Selain itu juga tidak boleh berhubungan seks, mabuk, marah dsb apapun yang berupa hawa nafsu. Ketiga puasa di atas tenggang waktunya harus ganjil yaitu minimal 7 hari, 21 hari dan maksimal 41 hari. Lain dengan puasa islam, puasa kejawen dimulai dan diakhiri setelah matahari terbenam sebab perhitungan hari orang jawa mengikuti perhitungan hari alam halus. Puasa-puasa ini tidak boleh diulang-ulang dalam waktu dekat dan biasanya dilakukan 1 tahun sekali saja mengikuti hari kelahiran atau weton.

Yang terakhir puasa pati geni yaitu puasa tidak makan dan minum, tidak boleh kena sinar matahari dan tidak boleh tertidur selama 3 hari. Puasa ini bukanlah puasa sembarangan dan dilakukan secara sembarangan. Hanya karena keadaan-kedaan khusus saja yang menyangkut hidup dan mati baru boleh dijalankan. Bukan saja karena puasa ini sangat sulit dijalankan juga karena keampuhannya yang luar biasa.

Di luar puasa-puasa di atas, kalau anda mendengar atau diajari puasa-puasa kejawen jenis lain, misalnya puasa ngalong(tidur seperti kalong, kaki di atas kepala di bawah), puasa mendem (ditanam di dalam tanah) dsb itu bukan ajaran kejawen. Itu adalah ajaran penganut jaya kawijayan (orang jawa yang berusaha yang mencari kesaktian agar menjadi kebal senjata tajam atau tidak terlihat dsb.). Ajaran kejawen bukan untuk mendapatkan kesaktian tetapi agar bisa menyatu dengan Tuhan.

Puasa kejawen adalah puasa yang bertuah. Siapapun yang lulus menjalaninya akan mendapatkan sesuatu entah itu sifatnya duniawi atau spiritual.

Hanacaraka Bagian 1


Hanacaraka

Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata.

Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat: 

  • Hana Caraka (Terdapat Pengawal); 
  • Data Sawala (Berbeda Pendapat); 
  • Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya); 
  • Maga Bathanga (Keduanya mati).

Adapula tafsir berbeda yang diajarkan oleh Pakubuwono IX, Raja Kasunanan Surakarta. Tafsir tersebut adalah:

  • Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).
  • Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data " saatnya ( dipanggil ) " tidak boleh sawala " mengelak " manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
  • Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok " tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu " menang, unggul " sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan " sekedar menang " atau menang tidak sportif.
  • Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.

Makna Huruf

  1. Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
  2. Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
  3. Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
  4. Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
  5. Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
  6. Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
  7. Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
  8. Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
  9. Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
  10. La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
  11. Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
  12. Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
  13. Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
  14. Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
  15. Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
  16. Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
  17. Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
  18. Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
  19. Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
  20. Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.

Pasangan

Jika Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis (kesukukataan), bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati. Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri) konsonan dengan suku kata berikutnya.
Sebagai contoh kata "banda" yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah "ban" dan "da". Suku kata yang pertama suku kata ban. Untuk menuliskan ban ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara Ba terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara Na karena aksara Na mewakili dua buah huruf latin yakni N dan A sehingga kita tidak bisa langsung menuliskan aksara da. Untuk mematikan huruf Na, maka kita harus menuliskan bentuk pasangan da.

Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara Na diikuti pasangan Da yang berarti Na akan dibaca sebagai N.

Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.

Bentuk-bentuk pasangan itu adalah:


16 October 2018

Petuah Romo Semar Ben ojo Gampang Nesu


Di hari libur Minggu Pahing, Punokawan berkunjung ke Karang Kedempel, rumah Ki lurah Semar, dan seperti biasa, terjadi dialog kecil kecilan :

Gareng: Romo... pernah dicaci maki seseorang?
Semar: Pernah
Petruk: Pernahkah dimusuhi seseorang, Mo?
Semar: Pernah
Bagong: Apa pernah dibenci seseorang, Mo?
Semar: Pernah
Gareng: Sampean juga pernah dihujat seseorang, Mo?
Semar: Pernah

Petruk: Apakah semua itu dilakukan secara terang-terangan, Mo?
Semar: Ada yg dilakukan secara terang-terangan, ada juga yg hanya dilakukan secara diam-diam dari belakang.
Bagong: Lantas apa yg Romo lakukan terhadap orang-orang itu?
Semar: Anak-anakku cah bagus, podo di rungokno yo... Aku tidak balik mencaci maki dia, aku pun tidak merasa harus memusuhinya, tidak pula akan membencinya dan aku juga tidak berpikir akan membalas hujatannya.
Gareng: Kenapa bisa gitu, Mo?
Semar: Itu karena pikiran serta hatiku tdk terfokus pada siapa yg mencaci maki, siapa yg memusuhi, Siapa yg membenci, dan siapa yg menghujat. Pikiran dan hatiku hanya terfokus pada siapa yg menggerakkan lidah mereka, sehingga mencaci maki aku. Siapa yg menggerakkan jiwa mereka sehingga memusuhi aku? Siapa yg menggerakkan hati mereka sehingga membenci aku? dan siapa yg menggerakkan pikiran mereka sehingga membuat mulutnya menghujat aku?
Petruk: Siapa, Mo?
Semar:
Dia adalah GUSTI yang Maha menggenggam Ruh dan Jasad setiap makhluk-NYA.
DIA-lah sebagai Maha yang berkuasa atas segala sesuatu yang sudah, belum, sedang, dan yang akan terjadi.
Ya hanya DIA-lah satu-satu-NYA yang memberi kemampuan dan kekuatan pada orang-orang itu, sehingga lidahnya bisa mencaci maki, jiwanya bisa memusuhi, pikirannya bisa membenci dan bibirnya bisa menghujat diri ini.
Tanpa-NYA tentu mustahil bisa terjadi. Sehingga aku beranggapan, sebenarnya cacian, kebencian, permusuhan dan hujatan itu sengaja dihadirkan GUSTI, agar jiwaku menjadi kuat melewati rintangan dan hatiku menghebat, tatkala menghadapi ujian.
Jadi adalah salah besar, jika aku menyalahkan orang-orang itu, apalagi membalasnya oh... Bagiku itu tidak perlu. Bahkan aku memiliki keyakinan, bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kehidupan ini tidak mungkin terjadi secara tiba-tiba. Semua sudah diatur sedemikian rupa oleh DIA, maka apapun kenyataan yg aku terima kemarin, hari ini atau suatu hari nanti, tidak ada kata sia-sia, bahkan dibalik semua itu, pasti ada hikmah terbaik yg bisa merubah kehidupanku agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena aku tahu, sesungguhnya GUSTI itu MAHA BAIK, maka sangat mustahil DIA berbuat jahat.

Anak-anakku semuanya...

Jangan takut dihina dan jangan senang dipuji. Tidak penting dianggap baik, tetapi yang penting teruslah belajar jadi orang yg bertanggung jawab


Akhirnya semua tertawa....Gareng, Petruk, Bagong...matur nuwun romo Semar..

Istilah Islam Kejawen


Syariat

Mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-NYA.

Tarekat

Jalan spritual (kebatinan) menuju kepada-NYA.

Hakikat

Mengetahui arti makna sesuatu pada kehidupan TAPI hamba itu diam pada orang awamKARENA itulah ikatan janjinya kepada ALLAH SWT.

Ma’rifat

Mengetahui pengenalan dirinya kepada ALLAH SWT seperti yang  dikatakan para Ahli Sufi Waliyullah “Man Arafa Nafsahu Fakade Arafa Rabbahu” Barang siapa mengenal dirinya, niscaya pasti mengenali Tuhan-Nya,  jadi maknanya kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenali ALLAH setelah engkau Mengenali-Nya maka bersatulah wujud hakikimu BERSAMANYA. “Subhanallah Wabihamdihi”.

Musyahadah

Penyaksian fenomena kegaiban NUR ALLAH SWT Di langit dan di bumi, ia menyaksikan-NYA bersama para wali-wali ALLAH, nabi-nabi ALLAH dan khususnya Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW

Mukasyaf

Terbukanya Hijab Tabir rahasia-rahasia Allah seluruhnya dilangit dan di bumi, para mukasyaf saat ini hanya terdiri dari 111 orang saja di seluruh  dunia. Setiap ada yang wafat ada juga yang menggantikan Wali tersebut. Jadi  berbahagialah hamba yang telah menemukannya dan menemuinya karena mereka biasanya tidak terkenal dan tidak diketahui. Tidak sama dengan ustad-ustad “kondang” yang terkenal.

Mahabbah

Kecintaan kepada ALLAH SWT dengan penglihatan pada setiap gerakan nafas dan hidupnya ada kasih sayang-NYA Yang Maha Pemberi dan Maha Pemurah. Tingkatan ini hanya ALLAH SWT saja yang tahu tentang kedudukan hambanya, karena Maqom Kecintaan sendiri itu ada pada ke Ikhlasan, Kesabaran, Istiqomah, Tawakkal, Keyakinan, dan Ketakwaan. Tetapi ketahuilah saudara Wali-NYA saat ini yang mencapai tingkatan MAHABBAH cuma berjumlah 11(sebelas) orang saja Di dunia ini dan setiap ada yg kembali kehadirat-NYA akan ada yg menggantikannya (sama para Mukasyaf), maka sangat Berbahagialah di dunia dan Akherat orang-orang yang telah menjumpainya.

15 October 2018

Keunikan Angka Dalam Bahasa Jawa


Selawe - Seket - Sewidak

Dalam bahasa Indonesia urutan bilangan diucapkan :
Dua Puluh Satu, Dua Puluh Dua,...s/d Dua Puluh Sembilan.
Dalam bahasa Jawa tidak diberi nama: Rongpuluh Siji, Rongpuluh Loro, dst;
Melainkan
“Selikur, Rolikur, Telulikur, Papatlikur, Selawe, Enemlikur, Pitulikur, Wolulikur, Songo Likur.”
Di sini terdapat satuan LIKUR, yang merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi.

Keterangan:Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “ TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis dan lain sebagainya.
Namun ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi.

Selawe

Bilangan 25 tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE yang merupakan kependekan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok.
Keterangan:Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten).
Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola :
Telung Puluh, Telung Puluh Siji, Telung Puluh Loro, dst.

Seket

Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Setelah Sepuluh, Rongpuluh, Telung Puluh, Patang puluh, mestinya Limang Puluh.
Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET yang merupakan kependekan dari SEneng KEthunan:
Keterangan:suka memakai kethu/tutup kepala topi/kopiah). Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih. Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah. Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya.
Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat.

Sewidak

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem Puluh melainkan SEWIDAK yang merupakan kependekan dari SEjatine WIs wayahe tinDAK.

Keterangan:Sesungguhnya sudah siap-siap untuk pergi. Tinggal menunggu waktu saja.


Wassalam...

12 October 2018

Pitutur Wong Jowo Kuno


  • Wong Nrimo, Uripe Dowo
  • Wong Sabar, Rejekine Jembar
  • Wong Ngalah, Uripe bakal Berkah
  • Sopo sing Jujur, uripe Makmur
  • Sopo sing Suloyo, uripe Sengsoro
  • Sopo sing Sombong, amale bakal Kobong
  • Sopo sing Telaten, bakal Panen
  • Ojo podo Nggresulo, mundak gelis Tuwo
  • Sing wis Lungo, Lalekno
  • Sing durung Teko, Entenono
  • Sing wis Ono, Syukurono
  • Iki pituture wong tuwo, ojo nganti lali, eling-elingono lan lakonono..
-----------------------------------------------------------------------------------------

SEHAT KUWI YEN:

  • Awake waras,
  • Nduwe beras,
  • Utange lunas,
  • Mangan enak,
  • Turu kepenak,
  • Ngibadah jenak,
  • Tonggo semanak,
  • Keluarga cedhak,
  • Bondo cemepak,
  • Suwargo mbukak,
  • Sedulur grapyak,
  • Ono panganan ora Cluthak,
  • Ketemu konco grapyak,
  • Ora seneng nggetak-nggetak,
  • Gaweane ora mung macak,
  • Opo maneh mung mencak-mencak,
  • Karo konco yo semanak,
  • Omongane ora tau sengak,
  • Di rungokke yo kepenak .
-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip ing donyo
  • Minangkane mampir ngombe
  • Kudu nrimo, kudu sabar
  • Kudu momong karo awake dhewe ugo wong liyo
  • Syukur karo sing kuoso
  • Sifat Adigang, Adigung, Adiguno ora bakal menangke lakon
  • Ojo dumeh dadi wong biso
  • Ojo dumeh dadi wong sugih
  • Ojo dumeh dadi wong kanggo
  • Kui kabeh naming pacoban urip
  • Balung biso ajur, bondo biso enthek
  • Wong bagus ora saklawase, Wong ayu ora saksuene
  • Ora ono sing langgeng liyane Allah SWT
  • Sing jujur ojo ngapusi, sing pinter ojo keblinger
  • Nek koe kroso loro di jiwet, ojo njiwet wong liyo
  • Sing do eling ngger...leh mu dadi menungso
-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip kuwi cumo mampir ngombe
  • Ojo dipekso yen ora biso
  • Kabeh kuwi wis ono sing ngatur
  • Di oyak soyo adoh
  • Di pikir soyo bingung
  • Digelani soyo rekoso
  • Wis kersane gusti allah mawon

-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Ono awan,
  • Ono pangan,
  • Ono bengi,
  • Ono rejeki,
  • Gelem obah bakal mamah,
  • Gelem temandang bakal kesandang,
  • Gelem sedekah bakal berkah,
  • Gelem tetulung ora kepentung.
  • Ojo kuatir ora keduman,
  • Selagi isih gelem temandang.
  • Rejeki bakal mili,
  • Jodho wis ono sik ngeteri,
  • Mati wis ono jek nakdiri,
  • Intine garik le do nglakoni.


-----------------------------------------------------------------------------------------
  • Urip iku sakdermo,
  • Yen ora biso yo ojo di pekso,
  • Di oyak sansoyo adoh,
  • Di gelani ora bali,
  • Dipikir dadi kentir,
  • Kabeh iku wis ono sing ngatur,
  • Nerimo ing pandum.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Ojo mung eling butuhe urip, nganti lali gunane urip
Akehno anggonmu syukur nikmat, ben lali carane sambat

11 October 2018

Filosofi Jawa Para Leluhur



Di jaman -millineal- saat ini yang peradaban lebih condong dunia barat menjadikan pergeseran peradaban budaya. Budaya jawa di anggap kuno dan klenik. Anak-anak jaman now lebih kenal bintang film korea daripada sejarah kakek nenek moyangnya yang disangka dongeng belaka. Atribut jawa dianggap jadul dan memalukan.

Pencapaian masa depan kita berbanding lurus dengan seberapa jauh kita menarik busur ke sejarah masa silam. Apalagi di jaman yang di katakan sudah serba teknologi canggih atau jamam maju. Tapi di sisi lain hampir bisa di pastikan terjadi kemunduran nilai-nilai akhlaq dan kemrosotan martabat diri. Hilang mental ksatrian yang tersisa jiwa mental ringkih. Sedikit-dikit galau, stres dan gamon -Gagal move on-.

‎Ada baiknya kita merenung dan mundur selangkah demi pencapaian kedepan lebih baik. Diharapkan di era jaman now kita tidak hancur tergerus arus badai globalisasi yang lupa sejarah jaman old. Berikut 12 filosofi jawa dari leluhur kita yang syarat makna dan nilai-nilai spritual yang mendalam :

Urip iku Urup

Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik."

Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro

Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, Kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, Serakah dan tamak.

Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Segala sifat keras hati, Picik, Angkara murka, Hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho

Berjuang tanpa perlu membawa massa, Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan, Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, Kaya tanpa di dasari kebendaan.

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan

Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman

Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah kolokan atau manja.

Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman

Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, Kebendaan dan kepuasan duniawi.

Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka

Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo

Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, Cantik, Indah. Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.

Ojo Adigang, Adigung, Adiguno

Jangan sok kuasa, Sok besar, Sok sakti.

Alang Alang Dudu Aling Aling , Margining Kautaman.

Persoalan persoalan dlm kehidupan bukan penghambat, jalannya kesempurnaan.

Sopo Weruh Ing Panuju Sasat Sugih Pager Wesi.
Dalam kehidupan siapa yg punya Cita-cita luhur, jalannya seakan Tertuntun



Semoga ini bisa menjadi benih-benih kehidupan kidz jaman now dan berlanjut hingga generasi anak cucu kita

Belajar Ikhlas dengan Mas Samin



Cuplis : kang, sampeyan ngasih duit ke si A ?
Samin : Iya
Cuplis : sampeyan diapusi, dia itu kaya
Samin : ngapusi aku? iku dudu urusanku. Kui urusane dekne karo Gustine
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : Lho sendalmu endi, kang ? Kok cekeran ?
Samin : ilang
Cuplis : ora mbok golek'i sopo sing nyolong ?
Samin : ora, ah? mbiyen lahir yo ora sandalan
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, sampeyan dirasani karo si kae
Samin : ben wae
Cuplis : sampeyan ora nesu
Samin : Lha saiki kowe yo ngrasani si kae, si kae yo ra nesu
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, pitikmu dipangan asune si kae
Samin : wes ben
Cuplis : kok sampeyan biasa wae ? Ora njaluk ganti ?
Samin : walah... aku malah kaget nek pitikku sing mangan asune si kae
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, tanduranmu rusak dipangan weduse pak kae
Samin : ben. Untung doyane tanduran. Yen weduse doyan papan , malah omahku sing dipangan
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, kowe ki ket mau mlaku ngalor ngidul ora jelas?
Samin : Lha yo kui. Nek jelas , mesthi aku mlakune ngalor thok opo ngidul thok
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, klambi sing mbok jemur dicolong uwong
Samin : ben. Wong salahku dewe, aku njemur klambi tak pamer-pamerke ning njobo
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, kok mlaku? Sapi sing biasa mbok tumpaki endi?
Samin : ilang...hehehe
Cuplis : kok malah ngguya ngguyu?
Samin : lha untunge dicolong pas ora tak tumpaki
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, bayarane kae luweh gede timbang kowe, lho
Samin : Ben
Cuplis : kan ora adil
Samin : adil ora kudu podo. Kowe tak pakani katul podo karo pitik yo emoh tho
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Cuplis : kang, pelem-mu dicolong si kae
Samin : Ben
Cuplis : kok ben ?
Samin : lha kowe kok iyik tho? Biasane dicolong codot wae aku yo meneng wae
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Cuplis : kang, jare wingi omahmu kelebon maling?
Samin : Iyo
Cuplis : kok iyo ? Brarti sampeyan ngerti ?
Samin : ngerti. Tp aku mumet mergo isin ra duwe barang sing iso dimaling..
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Semoga menginspirasi ....

Sumber: facebook.com