Showing posts with label Supranatural. Show all posts
Showing posts with label Supranatural. Show all posts

31 October 2023

Pusaka Hyang Kalimasada

Pusaka Hyang Kalimasada adalah pusaka utama milik Semar yang dititipkan kepada Raja Yudistira. Dalam pakem wayang Jawa/Sunda, bila Raja Yudistira kehilangan pusaka ini, bencana akan menimpa para Pandawa beserta ksatria anak-anaknya. Lawan-lawan Pandawa biasanya mengincar pusaka ini sebelum menaklukan Pandawa. Pusaka ini sebenarnya berarti Pusaka Dua Kalimat Syahadat yang termasuk Rukun Islam. Disertakannya Dua Kalimat Syahadat berupa pusaka Hyang Kalimasada adalah kreasi para wali dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan menggunakan adat istiadat dan budaya setempat.

Walisongo atau walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17. Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo.

Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Walisanga ini adalah sebuah dewan yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel) pada tahun 1474. Saat itu dewan Walisanga beranggotakan Raden Hasan (Pangeran Bintara), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang, putra pertama dari Sunan Ampel), Qosim (Sunan Drajad, putra kedua dari Sunan Ampel), Usman Haji (Pangeran Ngudung, ayah dari Sunan  Kudus), Raden Ainul Yaqin (Sunan Giri, putra dari Maulana Ishak), Syekh Suta Maharaja, Raden Hamzah (Pangeran Tumapel) dan Raden Mahmud.

 Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orangtua Sunan Ampel adalah Ibrahim Asmarakandi yang berasal dari Champa dan menjadi raja di sana.

 Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan seorang putri yang kemudian menjadi istri Sunan Kalijaga.

 Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Mesjid Ampel, Surabaya. Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Jepara. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M di Pulau Bawean. Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang. Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Lamongan.

 Sunan Giri lahir di Blambangan, pada tahun 1442. Ayahnya bernama Maulana Ishak, saudara kandung dari Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri memiliki beberapa nama: Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin dan Jaka Samudra. Ketika kecil, Sunan Giri berguru pada Sunan Ampel, dan berkenalan dengan Sunan Bonang, yang kemudian bersama-sama pergi belajar ke tanah Arab. Setelah kembali ke Jawa, dia mendirikan pondok pesantren di daerah perbukitan desa Sidomukti, Gresik. Nama giri berasal dari bahasa Jawa, yang berarti gunung. Beberapa karya seni yang sering dihubungkan dengan Sunan Giri antara lain: permainan anak tradisional jawa seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng. Kemudian juga gending Asmaradana dan Pucung, seringkali dihubungkan dengan Sunan Giri.

Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Jaffar Shadiq. Dia adalah putra dari pasangan Sunan Ngudung, adalah panglima perang Kesultanan Demak, dan Syarifah, adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Sunan Kudus pernah menjabat juga sebagai panglima perang Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sultan Prawata, dia ikut bertempur melawan Arya Penangsang. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Kudus.

 

Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1500 M di Bintoro (Demak) oleh Pangeran Jimbun, putra Prabu Brawijaya V dari Majapahit dengan putri Champa. Setelah jadi sultan bergelar Raden Patah, dan memerintah selama 18 tahun. Dalam pemerintahannya dibantu oleh Walisongo. Setelah meninggal diganti putranya Pati Unus, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor, karena ia pernah memimpin armada laut Demak melawan Portugis di Selat Malaka pada tahun 1511 M. Pati Unus hanya memerintah  selama 3 tahun dan digantikan adiknya Pangeran Trenggono. Tahun 1527 atas jasa panglima perangnya Fatahillah berhasil mencegah pasukan Portugis yang hendak mendarat di Sundakelapa (kini Jakarta). Selama pemerintahannya banyak melakukan pembebasan ke daerah-daerah sekitarnya. Sultan Trenggono mati syahid dalam pembebasan Pasuruan. Sepeninggalnya terjadilah intrik dalam keluarga kesultanan Demak. Penggantinya Sunan Prawoto dibunuh oleh suruhan Aryo Penangsang, adipati Jipangpanolan yang membalas dendam atas kematian ayahnya. Namun akhirnya Aryo Penangsang tewas di tangan Sutowijoyo, putra angkat Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang diangkat jadi adipati di Pajang. Joko Tingkir memboyong pusaka keraton Demak ke Pajang dan sejak itu berakhirlah riwayat Demak sebagai kesultanan, dan berganti menjadi kadipaten[semar makaryo] 

dari buku cerita kecil judul Kisah Wali Songo, penerbit LIntas Media Jombang.

cuplikannya ya...

sebenarnya walisongo itu adalah suatu da'wah atau dewan mubaligh, apabila seorang dari anggota dewan itu meninggal mala akan di gantikan oleh wali lainnya.

seperti tersebut dalam kitab Kanzul Ulul Ibnul Bathuthah yg penulisnya dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Magrobi, walisongo melakukan sidang 3 kali yaitu:

1404 -- 9 wali

1436 -- masuk 3 wali pengganti

1463 -- masuk 4 wali pengganti

 

I. walisongo periode 1 waktu Sultan Muhammad 1 dari Turki, mengirimkan utusan untuk menyebarkan islam di tanah jawa karena mendengar kabar ada 2 kerajaan Hindu : Majapahit dan Pajajaran. pada tahun 808H/1404M para ulama berangkat ke pulau jawa

1. Maulana Malik Ibrahim-Turki-ahli mengatur negara-dakwah di jawa timur-wafat di gresik 1419M

2. Maulana Ishak - Samarqand(Rusia)-- ahli pengobatan--setelah Jawa pindah ke pasai- wafat dsana

3. Maulana Ahmad Jumadil Kubra--Mesir--dakwah keliling--Trowulan Mojokerto

4. Maulana Ahmad Al Mahrobi--Maroko--dakwah keliling--1465M di Jatinom

5. Maulana Malik Isroil--Turki--ahli mengatur negara--1435M--Di Gunung Santri

6. Maualana Muhammad Ali Akbar--Persia--ahli pengobatan --1435M- Di gunung Santri

7. Maulana Hasanuddin--Palestina--dakwah keliling--1462--Samping mesjid Banten Lama

8. Maulana Alayudin--Palestina--dakwah keliling--1462--samping Mesjid Banten Lama

9. Syekh Subakir--Persia--ahli menumbali tanah angker--kembali ke persia 1462M

 

II Periode 2 masuk 3 wali baru sidang diadakan di Ampel Surabaya

1. Raden Ahmad Ali Rahimatullah--Cempa-- menggantikan Malik Ibrahim

2. Sayyid Ja'far Sodiq--palestina--menggantikan Malik Isroil

3. Syarif Hidayatullah--palestina--mengantikan Maulana Ali Akbar

 

III Periode 3(1463M) masuk masuk 4 wali baru sidang berlangsung di Ampel Surabaya

1. Raden Paku(Syekh Maulana Ainul Yaqin) ---Sunan Giri--menggantikan Syekh Maulana Ishak

2. Raden Said (Sunan Kalijaga)--menggantikan Syekh Subakir

3. Raden Makdum Ibrahim(Sunan Bonang)--menggantikan Maulana Hasanuddin

 

IV Periode 4 masuk 2 wali menggantikan Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Magrhobi

1. Raden Hasan (Raden Patah)

2. Fathullah Khan

 

V Periode 5

Sunan Muria--Raden Umar Said

 

Syekh Siti Jenar konon masuk anggota wali tp diragukan karena ajarannya.

ada juga KH Kholil Bangkalan yg diyakini sebagai seorang wali, beliau adalah guru dari KH Hasyim Asy 'Arie kakek Gus Dur.

 

gw pernah denger di kumpulan ngaji temen gw. ada salah seorang temannya bertanya tentang "Janus Kalimasada", ga tau ya ini sama apa gak sama judul thread?

04 January 2022

Pusaka Leluhur

Kita kembali pada penghormatan leluhur dan elmu leluhur karena leluhur kita itu toto, titi, gemi, nastiti, ati-ati. Kita harus menghormati leluhur walaupun berbeda agama dan tidak benar kalau leluhur kita menganut Animisme. Saat ini kita harus kembali kepada Pusaka Leluhur dimana pusaka leluhur ada 2 macam :

1. Wujud : Tosan aji.

2. Tidak Wujud : Ajaran.


Meremehkan pusaka berarti meremehkan leluhur kita karena pusaka dibuat oleh beliau-beliau. Pusaka membuka rahasia-rahasia alam. Keris jumlahnya banyak sekali karena sesuai dengan rahasia alam dengan frekwensi-frekwensinya. Leluhur membuat keris dengan frekwensi-frekwensi umum sesuai dengan yang dibutuh-kan untuk menaikkan derajadnya. Kitab-kitab suci harus dijabarkan untuk mendapatkan apa yang tersirat demikian juga pusaka harus dijabarkan.

Zat-zat di dalam tubuh yang dapat diolah oleh pusaka :

  1. Astral Magnetisme.
  2. Kriya Sakti.
  3. Kundalini.
  4. Rahsa.
  5. Roh.
  6. Bayu.

Ketinggian bangunan bisa mempengaruhi seseorang untuk dapat terolah. Antara manusia dengan keris terjadi hubungan tarik-menarik :

- Mula-mula tingkat daya pada manusia ada di bawah daya keris.

- Daya pada manusia ditarik / diangkat oleh daya keris.


Manusia dalam keadaan diolah oleh keris.

- Daya pada manusia setingkat dengan daya keris. 


Manusia sudah menyatu dengan keris.

- Daya pada manusia berkembang ke tingkat yang lebih tinggi dari daya keris.

- Daya pada keris ditarik / diangkat naik bersama-sama dengan daya pada manusia ke udara.


Daya keris diudarakan oleh manusia.

Sebaiknya supaya tidak mempunyai ambisi di dalam memiliki pusaka. Pusaka (dan juga batu) dayanya cocok-cocokan dengan seseorang. Hal semacam ini termasuk dalam Cakra Manggilingan. Kalau dulu pusaka itu miliknya / buatan leluhurnya / milik leluhurnya maka sekarang akan menjadi miliknya lagi. Orang lain mencari (ingin mendapatkan) pusaka itu tidak mendapatkan, tetapi orang ini tidak mencari malah mendapatkan pusaka itu. Jika ada pusaka di dalam keluarga maka harus dikuasai benar dan dipesankan kepada keturunan bahwa nantinya akan mengalami hal-hal yang tidak wajar supaya keturunan nantinya tidak menjadi bingung dan tidak tahu harus bertanya kemana.

Jika seorang diberi pusaka pertama kali biasanya pusaka akan diganti-ganti,sampai pada suatu saat pusaka yang diberikan adalah pusaka tetap artinya dia sudah kuat oleh daya pusaka tersebut yang isinya semua daya-daya dari pusaka-pusaka sebelumnya ada pada pusaka yang ampuh tersebut.

Pusaka yang sudah menyatu atau manunggal dengan badan halus manusia, maka pusaka itu apabila hilang akan dapat kembali lagi bersamaan dengan pijaran sinar di dekat jantung. Dan jika orang tersebut meninggal dunia maka bersamaan dengan itu ujung pusaka tersebut lepas menembus rangkanya. Orang yang sudah manunggal dengan pusaka biasanya hanya mempunyai satu pusaka itu saja. Jika suatu pusaka sudah menyatu dengan sesorang maka daya pusaka itu sudah ada di badan orang tersebut (sudah terolah sehingga mempunyai daya pusaka tersebut), tanpa adanya pusaka tersebut maka badan orang tersebut bisa memancarkan daya seperti daya pusaka tersebut.

Di dalam menghunus pusaka hendaknya harus terhunus seluruhnya, jika seandainya terbuka hanya setengah lalu dimasukkan kembali maka apabila kita membatin / berjanji akan tertulis seperti apa yang telah ditetapkan.

Bila sedang menghunus pusaka dan gerak dari pusaka tersebut mengarah kebawah itu tandanya adalah putusan sesuai dengan apa yang dimohon.

Memandikan Pusaka :

Dengan campuran : air nanas (2) dan air kelapa (1). Setelah karat bersih lalu dibersihkan dengan air kemudian diangin-anginkan (dikeringkan tanpa dilap dan jangan terkena sinar matahari langsung), terakhir setelah kering diberi minyak wangi melati atau apa saja (mawar, cempaka, dll).

Waktu yang baik untu pembersihan pusaka: Boleh pada bulan Suro atau bulan Maulud, didalam bulan Suro sebaiknya setelah hari ke sepuluh karena dari tanggal 1 sampai tanggal 10 Suro, pusaka Keraton Yogya dan Solo sedang dimandikan dan dikhawatirkan terjadi benturan daya.


Pengolahan pusaka : 1 set.

* Bagian kiri (cakra X) :

- Getaran masuk dari sebelah kiri badan.

- Menerima kuliah.

- Ilmunya Syeh Maulana Magribhi.

* Bagian kanan (cakra XI) :

- Getaran masuk dari sebelah kanan badan.

- Wisuda tapi belum skop luas.

- Ilmunya Syeh Abdul Kadir Jaelani.

* Bagian tengah (cakra VII) :

- Getaran masuk dari bagian tengah badan.

- Sudah bisa mengobati dan mendayagunakan daya dari alam/jagad.

- Ilmunya Syeh Jumadil Qubro. Jumadil Qubro = Jumbuh Karo

Adiling Jagad = Ketemu dengan adilnya jagad. Qubro = Jagad.


Arti dari pada angka (daya yang berlaku dan luk pada pusaka) :

1 = Manusia.

2 = Manunggaling Kawulo Gusti.

3 = Allah, Muhammad, Rasullullah = Bapa, Putera, Roh Kudus. = Sang Hyang Nur Cahyo, Pikulun Podo Wenang, Ismoyo (Jinangkungan).

4 = Nafsu-nafsu manusia.

5 = Utusan (Honocoroko).

6 = Nentoake (Menentukan / Menetapkan).

7 = Pitulungan (Pertolongan).

8 = Turunnya Mahkuto Romo.

9 = Wali Songo (Ilmu Tuhan).

0 = Makrifatullah.

10 = Manusia yang mendekatkan diri ke Tuhan (Tuhan Sendiri).

11 = Manusia dengan Tuhannya (Dhat / Atom Allah).

12 = Apostle (Pengikut / Murid Kristus).


Contoh :

Luk 25 artinya : 2 = Manunggaling Kawulo Gusti, 5 = Utusan.

Jadi luk 25 artinya manunggaling kawulo gusti, dhat diolah agar

menjadi utusan


Arti angka pada badan manusia (bagian yang mengalami pengolahan) :

1 = Daerah Sex.?

2 = Pusar.?

3 = Solar Plexus.?

4 = Ulu Hati.?

5 = Bahu Kiri Kanan.?

6 = Punuk.?

7 = Leher.?

8 = Kepala.

9 = Jantung.


 Contoh :

Wahyu Makuto Romo kodenya angka 8, 8 = angka kepala.

Jadi untuk mendapatkan Wahyu Makuto Romo maka bagian badan yang terolah adalah kepala.

Luk 25 artinya : 2 : Manunggaling Kawulo Gusti.

5 : Utusan.

Jadi luk 25 artinya manunggaling kawulo gusti, dhat diolah agar menjadi utusan, dayanya : jika kita semedi maka para malaikat akan turun dan beliaupun akan turun.

Luk 17 artinya : 1 : Manusia.

7 : Langit-langit

Jadi luk 17 artinya kontak dengan para leluhur dari lapisan-lapisan langit.

Luk 12 artinya mengolah manusia dari sifat 12 apostle untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati (Podo Wenang), berjalan di jalan yang lurus (12 sifat manusia yang seperti 12 apostle akan diluruskan)

Luk 5 mengolah manusia menjadi utusan yaitu menjadi manusia yang relnya lurus di jalan Allah (moral, mental, watak, sifat, perilaku, spiritual dan pembawaan yang terpuji).


Khodam adalah isi keris, bukan daya dari keris. Tingkat dasar seseorang bisa mengetahui isi keris, syaratnya orang tersebut sudah terbuka Shadiqul Wa'dnya (Atom yang tak pernah ingkar) sehingga bisa mendapatkan keterangan yang sejelas-jelasnya. Apabila orang-orang banyak mengetahui daya dari pusaka-pusaka maka dikhawatirkan akan mengakibatkan pencurian pusaka-pusaka.

Pusaka-pusaka ada yang mempunyai hubungan gaib dengan suatu wilayah tertentu, misalnya : Pusaka A hubungan gaibnya dengan gaib dari Srandil.


Jika 2 pusaka dikatakan bertemu (pertemuan pusaka) maka itu bisa berarti pertemuan:

1. Antar isi pusaka (daya pusaka).

2. Antar gaib-gaib yang ada hubungannya dengan pusaka-pusaka tersebut.


Pusaka dan sesaji merupakan sarana untuk berdialog dengan Tuhan dan berhubungan dengan leluhur.

Manusia harus memakai sarana (kecuali dalam keadaan terpaksa/darurat) untuk menjaga jangan sampai manusia merasa seperti Tuhan (manusia itu kuasa tetapi tidak maha kuasa). Tanpa sarana pasti kodenya salib, orang digerakkan dalam cross position.

Jangan sengaja mendatangkan leluhur (ilmu menghadirkan itu dilarang agama) karena bisa ada jin / roh halus yang mengaku leluhur kita. Leluhur hadir tanpa kita menghadirkan dengan sengaja adalah hak Tuhan. Leluhur yang sudah di sisi Allah dikirim oleh Tuhan sebagai malaikat untuk kita (dari leluhur kita sendiri).

Mengetahui daya pusaka jika kita sedang kontak :

1. Tulang iga sebelah kiri kita hidup artinya kita kontak dengan Beliau perempuan.

2. Tulang iga sebelah kanan kita hidup artinya kita kontak dengan Beliau laki-laki.

Kode-kode penglihatan :

- Segitiga : Bagian jantung diolah secara spritual.

- Roda : Cokro Manggilingan (perjalanan hidup manusia).

- Bintang Lima : Petunjuk Tuhan (Surat An Najm).


Ada pusaka yang scopenya Jagad karena pusaka tersebut mengolah Atman. Pusaka itu mengolah manusia menjadi manusia An Naas sehingga manusia itu bisa memancarkan Atman yang bisa menembus apapun sehingga bisa mempengaruhi jagad. Daya dengan skope jagad keluar dari Cakra 7 (Cakra Mahkota). Daya dengan skope semesta keluar dari Cakra 10 dan 11 (Cakra-cakra Bahu Kiri dan Kanan).

Keris Majapahit umumnya tarikan vertikalnya tinggi. Ada pamor Ratuning Keris dan Pendetaning Keris, kedudukannya lebih tinggi Pendetaning Keris dari pada Ratuning Keris.

Pusaka dapat menunjuk surat dari al Qur'an atau al kitab dengan makna dan bimbingan dimaksud untuk manusia. Apabila pusaka di dalam dayanya menunjuk surat As Shaad, maka pengolahannya ada pada jantung dan sudah pasti levelnya tinggi. Karena dijantung terletak AKU sebagai zat Tuhan.

Pusaka putih :

- Pusaka putih licin disebut Panditone Pusaka.

- Pusaka putih kasar.

Pusaka tanpa pamor :

- Pusaka yang besinya hitam tidak ada pamornya dayanya adalah kuasa / kekuasaan.

- Pusaka yang besinya putih tidak ada pamornya dayanya adalah sifat putih.


Pusaka dengan besi kemerah-merahan / merah bata (Tosan Malik / Besi Melik) biasanya untuk santet dan untuk pertempuran. Sarananya dengan menggunakan serbuk besi. Pusaka ini bagus untuk bentengan, bisa Tumpes Sak Turunan (Tumpas Satu Turunan). Pusaka ini berdaya Olo Biso Becik Biso (Jahat bisa baik bisa) tanpa perlu sambatan, tanpa pamor juga berdaya bagus. Pusaka Wrani : Keris yang terdiri dari campuran besi dengan lumpur yang bisa berakibat kulit gatal-gatal, dapat membuat kulit dan daging dapat busuk, jika kena anginnya saja dapat berakibat kulit dan daging buduk.

Pusaka dari bahan Meteor tarikan vertikalnya tinggi, dayanya Hangliputing Jagad (meliputi dunia).

Pusaka pamor Tiban sifat vertikalnya tinggi sekali yaitu sifat Wahyu.

Pusaka-pusaka yang bisa menghidupkan / menggerakkan / mengudarakan pusaka-pusaka lainnya :

- Keris Oumyang Majapahit.

- Keris Sangkelat.

- Keris Nogo Balik.


Pusaka pamor inti biasanya dayanya khusus (1 daya), tetapi ada juga pusaka dengan pamor inti yang isinya 4 daya. Pusaka dengan pamor inti ini harus diukup tiap-tiap Jumat Legi / Kliwon supaya jika kita sedang dalam bahaya maka isi dari pusaka tersebut (keluar seperti orang / manusia) akan masuk ke dalam badan kita untuk membentengi kita dari bahaya (misalnya jika kita mau diracun orang).Contoh pamor inti: pamor Gambar Sunyo.

Pusaka-pusaka yang sifatnya menetralisir dan bentengan harus sering-sering diberi minyak wangi (melati dll) untuk membersihkan dari daya-daya yang disedotnya.

Sebelum 4 Mpu dari Jawa Barat datang ke Jawa Timur, di Jawa Timur ada Mpu Pitrang dan Mpu Gandring. Selain dibuat ke 2 Mpu tadi keris-keris Majapahit dibuat oleh resi-resi dimana keris buatan mereka pamornya tidak jelas.

Empu Keleng didalam membuat pusaka mempunyai ciri khas pada pamor dengan gambar binatang.


Ornamen pada keris :

  • Harimau : lambang kekuasaan.
  • Harimau duduk : menjaga.
  • Harimau berdiri : kuasa tetapi pasrah pada Allah.
  • Burung Hong (Phoenix) : lambang rejeki.
  • Padi : lambang kelurusan dan rejeki.
  • Naga horizontal : daya pusaka masuk ke dalam tubuh manusia.
  • Gajah adalah lambang jalan lurus (gajah jika berjalan selalu lurus ke depan, tidak berbelok).
  • Kuda laut adalah lambang menegakkan kelurusan (kuda laut selalu berenang tegak, tidak rebah seperti ikan)
  • Kalajengking / Scorpio adalah lambang bila ilmunya lurus maka akan selamat tetapi bila tidak lurus maka akan buruk akibatnya (jika kalajengking ekornya lurus tidak berbahaya, tetapi jika ekornya melengkung / tidak lurus maka bisa menyengat / terkena racun).


Empu Ki Kuwung didalam membuat pusaka mempunyai ciri khas memasukkan sabda Beliau : Sopo Sing Kanggonan, Sesok Uripe Kan Raharjo (Siapa ketempatan pusaka ini (pusaka Ki Kuwung) hidupnya akan sejahtera). Cirinya : Kerisnya agak lebar dan di pejetannya ada ciri khasnya.

Orang yang masih senang dengan sifat duniawi disebut "Gandrung", tetapi orang yang mempunyai sifat vertikal (keTuhanan) yang sangat tinggi disebut "Gandring". Oleh karena itu pusaka Mpu Gandring sangat ampuh.

Kayu Tumongo (Timoho) yang rupanya asli belang-belang dipakai untuk warangka dan pegangan keris yang tua, sifat vertikal tinggi.


Pusaka Kerajaan Kahuripan (Jawa Timur).

Pusaka kerajaan Kahuripan (Jawa Timur) ada 2 :

1. Pusaka Erlangga (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi)

2. Pusaka Dewi Sekar Taji (Pusaka II / Pusaka kerajaan).


Pusaka Erlangga.

Adalah Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi.


Pusaka Dewi Sekar Taji.

Pusaka Dewi Sekar Taji luk 10 adalah pegangan wanita.

Sekar = Bunga. Ta = Tesing Gusti = Atom Allah.Ji = Aji.


Pusaka Kerajaan Pajajaran (Jawa Barat).

Pusaka kerajaan Pajajaran (Jawa Barat) ada 2 :

1. Pusaka Singa Putih (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi)

2. Pusaka Manglar Mongo (Pusaka II / Pusaka kerajaan)


Pusaka Singa Putih.

Adalah Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi.


Pusaka Manglarmongo.

Punya pengaruh di jantung, orang yang memegang pusaka ini harus putih.

Manglar : Mengembang / meluaskan sayap.

Mongo : singkatan dari Mo – Go – Bo – To – Ngo, yaitu mematikan hawa nafsu / teguh dalam iman.

Manglar Mongo : Meluaskan sayap tetapi teguh dalam iman.

Gajah : Kelurusan.

Gajah Mongo : Lurus dalam iman (teguh).

Ada keris pamor Naga Manglar Mongo dan Ganesha Manglar Mongo. Cakra mahkota (cakra VII) kalau disamakan dengan keris pamornya Manglarmongo dengan gambaran burung garuda yang mengembangkan sayapnya dengan lebar.

Maksudnya adalah : Mongo = cakra VII, Manglar = menjangkau dengan luas. Daya yang skopenya Jagad keluar dari Cakra Mahkota.

Contohnya : Daya yang diolah oleh pusaka Manglar Mongo.

Daya yang skopenya Semesta tapi belum jagad keluar dari Cakra-Cakra Bahu (Cakra 10 dan 11).

Contohnya : Daya yang diolah oleh pusaka Wahyu / Wali Songo untuk menggerakkan Gaib-gaib kenegaraan se Indonesia.


Pusaka Kerajaan Majapahit (Jawa Timur).

Pusaka kerajaan Majapahit (Jawa Timur) ada 2 :

1. Pusaka Sangkelat (Pusaka I / Pusaka pegangan raja / pusaka raja pribadi).

2. Pusaka Condong Campur (Pusaka II / Pusaka kerajaan).


Pusaka Sangkelat.

Sangkelat : Sang Komo Lati = Hayat hidup diucapkan jadi.

Sang = Sifat tinggi.

Komo = Hayat hidup.

Lati = Ucapan.

Sifatnya tidak ingin diungguli / diserang oleh pusaka-pusaka lainnya (kedudukan-nya sangat tinggi : sifatnya diatas pamor pusaka lainnya.

(Zaman Majapahit) ).

Mpu Supo Sepuh adalah pembuat pusaka Sangkelat.

Pusaka Sangkelat adalah pusaka Raja Majapahit sejak Raja Raden Wijaya. Dayanya semua daya dari pamor-pamor yang ada pada pusaka-pusaka baik pamor inti maupun pamor campur ada di pusaka Sangkelat (pusakanya / pegangan Raja).

Dalam riwayat pusaka Sangkelat pernah lepas dari rangkanya dan bertarung diudara dengan pusaka lainnya yang menyerang. Prabu Brawijaya tidak dapat menurunkan pusaka tersebut dari udara, maka dipanggillah Mpu Supo untuk menurunkan pusaka tersebut. Mpu Supo dengan menggunakan Pusaka Condong Campur akhirnya dapat menurunkan pusaka-pusaka yang sedang bertarung tersebut ke bawah.


Pusaka Condong Campur.

Condong campur maksudnya campur dengan aspirasi rakyat. Istilahnya seluruh daya dari pusaka-pusaka menjadi campur. Sifatnya menetralisir pusaka-pusaka lain yang berlawanan sehingga tidak terjadi benturan-benturan / perang antar pusaka (Dibuat oleh Mpu Supo). Condong Campur adalah pusaka untuk kewibawaan dalam wilayah, berwibawa terhadap rakyat. Pusaka ini adalah pusaka zaman Majapahit yaitu pusaka kerajaan / negara.


Pada zaman Islam pusaka raja adalah pusaka Nogo Sosro Sabuk Inten.

Sifatnya membentuk kejiwaan raja dan kesaktian.

Dibuat oleh Mpu Supo Gati (adik dari Mpu Supo Sepuh).

Nogo Sosro = Sejuta Nur Gaib.

Dalam Agama Budha daya pusaka Nogo Sosro ini sama dengan Sejuta Budha.


Pusaka Pengayom / Pelindung Nuswantara Pada Zaman Majapahit.


Pusaka pengayom / pelindung Nuswantara pada zaman Majapahit :

1. Pusaka Oumyang Majapahit.

2. Pusaka Sabdo Palon (SP).

Pasangan / Gandengan pusaka Oumyang Majapahit adalah pusaka Sabdo Palon (SP). Pusaka Oumyang Majapahit tanpa pusaka Sabdo Palon (SP) akan pincang.


Pusaka Oumyang Majapahit.

Oumyang = Yang Maha Tinggi.

= Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa atas segala kekayaan. Enersi yang maha tinggi bersifat keTuhanan.

Menurut Buku Keris, Pamor Oumyang Majapahit adalah pamor Pakar (orang yang ahli / keahlian), diistilahkan : Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak / sesakti apapun musuhnya kalah / habis semua).


Daya pusaka Oumyang Majapahit (dari pamor Pakar) :

1. Kuat angkat junjung drajad. Kuat junjung drajad :

- Kuat junjung orang dari kegelapan.

- Kuat junjung derajad orang.

- Kuat menyembuhkan keadaan yang sakit (perlu pusaka skope jagad). Kuat angkat junjung berarti kuat angkat orang / bangsa dari kegelapan. Sebelum dijunjung, orang / bangsa harus diangkat dari kegelapan. Caranya dengan : Angleledo, Bejane sing dipunduti candrane kahening siro sedoyo. --> Ciri Satrio Piningit.

Angleledo = menyamarkan / menggoda.

Dipunduti = sepertinya diminta untuk memenuhi suatu persyaratan agar hidupnya terangkat.

Semua kegelapan manusia bersumber dari Amarah (tetapi Amarah ini banyak kawannya), jika kita bisa mengendalikan Amarah maka akan bisa mengawali dan bisa mengakhiri sehingga bisa menggarisbawahi cukup sampai disini (seperti Aku - kembali kepada Tuhan).

2. Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak/sesakti apapun musuhnya kalah/habis semua). Sesakti apapun musuhnya jika dihidupkan Akunya tidak akan berdaya.

3. Ojo pisan-pisan siro kumawani,sing wani yen ora loro yo edan (Jangan sekali-kali terlalu berani (anggap remeh), jika berani akan sakit atau gila.

Isinya : Wanita (wadah suci) Lambang Isi Oumyang Majapahit : Semuanya ada disitu (Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa atas segala kekayaan).


Karena semuanya ada disitu maka Tuhan-Tuhan Kecil akan pergi, roh-roh halus sesakti apapun tidak berani (seperti Lengkung Kusumo). 

Tuhan kecil --> membuat nafsu menjadi dayanya --> daya mistik.

Surat yang ditunjuk :

1. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan). --> Alif.

2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka). --> Lam.

3. Surat An Fushshilat (Yang dijelaskan). --> Mim.

Ujian dari pusaka Oumyang Majapahit adalah membawakan sifat cinta kasih (sifat pemurah, pengasih dan penyayang).


Pengaruh Oumyang Majapahit :

- Dilayani / diladeni orang-orang.

- Jika orang sedang bertapa didatangi pusaka ini maka dia harus menghentikan tapanya (harus selesai).

Daya pada orang yang menyatu dengan Oumyang Majapahit :

1. Tidak ada yang tersembunyi.

2. Kata dari sana diucapkan maka akan seperti sajadah terbentang (diberi selubung yang hanya orang itu yang bisa melepaskannya) jika orangnya sudah keterlaluan. Oumyang Majapahit warangkanya harus diberi selongsong emas (lambang kemuliaan).

Pusaka Oumyang Majapahit sifat dayanya adalah kuasa ilmu dan orang diajak untuk marifat. Oumyang Majapahit adalah sumber elmu. Sifat dayanya adalah kuasa ilmu dan mengajak orang untuk marifat. Dan siapa yang berani menghunus pusaka ini maka harus berani untuk diajak marifatullah dengan ilmu-ilmu gaib. Bila seseorang yang masih menggunakan nafsunya maka dia tidak akan kuat atau tidak tahan jika dia datang ke Tebet karena mau tidak mau dia akan terolah dengan Pusaka Oumyang Majapahit. Selama orang masih menganut ilmu yang sifatnya kesaktian atau yang sifatnya mistik maka bila orang itu ke Tebet akan berakibat ilmu tersebut akan Badar (hapus). Bagi yang datang ke Tebet sadar atau tidak sadar akan ditempelkan Condronya Beliau melalui Pusaka Oumyang Majapahitnya, oleh karena itu jika kita dipernahake (dinasehati) oleh Bapak maka kita harus menurut dan mengerjakan apa yang diminta. Didalam pengolahan terhadap Pusaka Oumyang Majapahit maka akan terdapat istilah : Yen Lakumu Lan Sowanmu Ketompo, Sak Penjaluke Ing Roso Katekan, maksudnya adalah asalkan laku / amalanmu dan kedatanganmu diterima maka bila melaksanakan suatu permohonan dengan membatin di dalam hati, maka permohonannya akan sampai.

Rahasia dari Pusaka Oumyang Majapahit adalah dapat menghidupkan / mengudarakan pusaka-pusaka yang lainnya. Pusaka Oumyang Majapahit mengolah manusia untuk ditingkatkan spiritualnya tingkat demi tingkat dilewatkan Jembatan Shiraathal Mustaqiim sampai Alam Lahut yang menghasilkan daya Sastro Jendro Hayu Ningrat Pangruwating Diyu artinya manusianya bisa mempunyai daya Ngudari Benang Ruwet (menguraikan masalah). Oumyang Majapahit itu pengolahannya pada Aku (Gaib Tuhan sendiri) yaitu Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan, Yang Awal dan Yang Akhir (Dalam Al Kitab : Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan dan Aku akan datang sebagai Manusia untuk menghakimi). Juga mengolah manusia untuk dapat mempunyai daya Kun Fa Yakuun. Karena pengolahannya pada Aku maka jika Oumyang Majapahit dihunus akan berdaya untuk menghidupkan dan mematikan sesuatu, mengawali dan mengakhiri sesuatu sehingga tidak boleh dihunus secara sembarangan (diistilahkan : Kudu Ono Gawe / Kudu Entuk Gawe = Harus ada yang dikerjakan).


Jadi bila terpaksa dihunus harus ditentukan tujuannya :

- Yen arep nguripke, nguripke opo/sopo. 

(Jika ingin menghidupkan, menghidupkan apa/siapa)

- Yen arep mateni, mateni opo/sopo. 

(Jika ingin mematikan, mematikan apa / siapa)

- Yen arep ngawali, ngawali opo. 

(Jika ingin mengawali, mengawali apa)

- Yen arep ngakhiri, ngakhiri opo.  

(Jika ingin mengakhiri, mengakhiri apa)


Daya Oumyang Majapahit adalah daya Surat Adz Dzaariyaat : Kuasa Mukjizat.

Pengolahan Oumyang Majapahit untuk mendapatkan Enersi Yang Maha Tinggi sehingga bisa melepaskan manusia dari lepetan-lepetan / dosa dalam waktu singkat.

Pusaka Oumyang Majapahit mengolah Enersi Yang Maha Tinggi pada diri manusia sehingga:

- Bisa mengetahui daya-daya yang akan turun dari langit.

- Mempunyai firasat yang tinggi.

- Manusia yang memegang pusaka tersebut dapat terkabul permohonannya (Sak Penjaluke Ing Roso Katekan).


Pusaka Oumyang Majapahit mengolah pada :

1. Mematikan nafsu darah (Wahyu Sastro Jendro Hayu Ningrat Pangruwating Diyu).

Gunanya untuk mengangkat / melepaskan dosa-dosa kita / orang lain akibat perbuatan hidupnya / dosanya sendiri. Untuk memberikan terang kepada orang yang terkena elmu tidak bisa dengan daya ini.

2. Mendayagunakan Atom dari Energi Yang Maha Gaib.

Dayanya mengangkat / melepaskan / memberikan terang kepada kita/orang lain dari elmunya sendiri maupun diserang orang lain. Bila sudah berhasil mendayagunakan Atom dari Energi Yang Maha Gaib maka dapat disebut Marifat dari Marifatullah.


Oumyang Majapahit mengolah seseorang untuk menjadi marifat, mengolah cakra 13 dan orang diajak supaya bisa mencapai nol / kosong baik itu materi, fisik maupun rohani lalu dilewatkan Jembatan Shiraathal Mustaqiim.

Bila lulus diolah pusaka ini maka mengenai rezeki dan lainnya akan bagaikan air mengalir di sungai Kautsar asal hidupnya harus lurus bagaikan relnya Al Qur'an. Oumyang Majapahit adalah kuasa ilmu-ilmu gaib, bisa mengudarakan pusaka-pusaka lain.


Riwayat dari pusaka Oumyang Majapahit :

Dibuat oleh seorang Empu yang mana setelah pusaka itu jadi, Empu tersebut takut bilamana pusaka ini jatuh atau ketempatan pada orang yang salah. Lalu oleh Empu tersebut pusaka ini dibuang ke laut dengan harapan suatu saat akan ada orang yang benar-benar cocok dan sanggup akan ketempatan pusaka ini. Pada suatu ketika ada seseorang nelayan melihat seorang putri berteriak minta tolong di laut, lantas oleh nelayan tersebut putri itu ditolongnya. Namun begitu dipegang oleh nelayan, putri terbut berubah menjadi sebuah keris.

Pusaka ini konon oleh Paku Buwono X dicari–cari dengan mengadakan sayembara karena Beliau mengetahui mengenai kedahsyatan dan kehebatan dari pusaka ini. Dalam sayembara itu dikatakan bahwa tidak hanya pusaka tersebut yang akan dirawat oleh Beliau tetapi juga orang yang menemukannya / menyimpannya akan diboyong ke keraton untuk dijadikan abdi dalem keraton karena Beliau sendiri merasa tidak kuat untuk ketempatan pusaka tersebut akibat gawatnya daya dari pusaka tersebut. Tetapi nelayan yang mendapatkannya tidak datang bahkan dicari ke desanya tidak ketemu, menghilang bersama pusaka tersebut. Pusaka ini didapatkan oleh Bapak Parwoto ketika bersama-sama tentara Indonesia di jaman Jepang memasuki kantor tentara Jepang yang sudah ditinggalkan. Saat itu sebagaimana lazimnya masa peperangan semua besi-besi yang ada dirampas oleh tentara pendudukan dan dikumpulkan untuk keperluan perang dalam hal ini termasuk juga pusaka-pusaka. Di dalam kantor tentara Jepang itu ada banyak pusaka hasil rampasan tentara Jepang (salah satunya adalah Oumyang Majapahit) yang kemudian dibagi-bagi di antara tentara Indonesia. Bapak Parwoto mendapatkan pusaka Oumyang Majapahit tanpa mengetahui pusaka apa itu sebenarnya

(tidak memilih secara sengaja). Pusaka Oumyang Majapahit ini baru dikenali ketika akan diberi warangka, dibawa ke toko pembuat warangka dan dikenali oleh pemilik toko tersebut.


Pusaka Sabdo Palon (SP).

Sabdo = Sabda, ucapan.

Palon = Panutaning Ngaurip = Tuntunan Hidup.

Sabdo Palon = Sabdo Panutaning Ngaurip.

Noyo = Wajah.

Genggong = Langgeng.

Noyo Genggong = Langgeng Sifate.

Sabdo Palon Noyo Genggong = Sabdo Panutaning Ngaurip Langgeng Sifate. = Tuntunan Hidup Yang Bersifat Langgeng.

Yang dimaksud dengan Sabdo Palon Noyo Genggong adalah Ajaran-Ajaran Yang Tersirat Dalam Kitab Suci (Al Qur'an, Al Kitab dll).

Dahulu Ajaran ini dikumpulkan berupa sebuah buku yang ditulis oleh Beliau Wali X.Yang datang bersamaan dengan datangnya pusaka SP : Anak-Anak Kecil Bersayap.

Menurut buku keris, pamor pusaka SP adalah Pamor Ikar yang dayanya :

1. Wong Siji Biso Katon Sepuluh (Orang 1 bisa terlihat ada 10).

2. Biso Neka-ake Angin Prahoro (Bisa mendatangkan angin prahara).

3. Biso Anjagani Negoro (Bisa menjaga negara).

4. Sosok Kendit Mimang : Wong Sing Nduwe Karep Olo Bakal Bingung

(Bagaikan Kendit Mimang / Akar Mimang) : Orang yang berniat jahat

akan bingung sendi-ri).

Pusaka SP mengolah pada Cahaya Cinta Kasih, syaratnya orang harus mati nafsu da-gingnya (Kristus menebus dosa manusia dengan darahnya). Lambang Isinya : Dia datang tanpa diduga, dia pergi tanpa diketahui (Aku datang bagaikan pencuri dalam kelengahanmu).

Surat yang ditunjuk :

1. Surat Al Qiyamah (Kebangkitan). --> Alif.

2. Surat Al Furqan (Pembeda). --> Lam.

3. Surat Al Fajr (Terbit Fajar). --> Mim.

Menurut buku keris, bila SP dihunus : Bakal Nekano Angin Prohoro, 

Wong-wong Sing Nang Duwur Sing Ora Bener Bakal Tibo (Akan mendatangkan Angin Prahara (Adz Dzaariyaat), orang-orang yang di atas (para pemimpin) yang tidak benar akan berjatuhan).

Daya pusaka ini :

1. Bisa memisahkan yang bathil dan yang benar.

2. Bisa melepaskan orang dan yang bersifat bathil dari kegelapan supaya menda-pat terang.

3. Wus Biso Wulang Wuruk (Bisa mengajar / memberi keterangan tentang hal-hal yang Wingit (tentang gaib).

Pemegang pusaka SP mempunyai daya :

- Bagaikan Kendit Mimang (Akar Mimang) : Orang yang berniat jahat akan bingung sendiri (terkena daya Surat Al Furqon).

Akar Mimang adalah akar yang melingkar-lingkar, bisa untuk menangkal daya negatif.

- Daya Salib Penyembuhan (Karunia Rohul Kudus Kuasa Menyembuhkan).


Pusaka ini mendatangkan cobaan dan ujian hidup yang berat (Aku akan datang sebagai manusia. Jika Tuhan hidup mendekat kepada anda, maka bukan kebahagiaan dan kemuliaan yang datang tetapi justru cobaan dan ujian yang berat ).

Walaupun cobaan dan ujian dari pusaka SP berat tetapi pusaka ini mendatangkan Keadilan dan untuk menyelesaikan suatu persoalan (menggaris bawahi sampai disini saja).

Pusaka ini tidak mau diberi emas, cukup Kayu Tumongo / Timoho (Aku tidak butuh emas, kalau sampai pusaka ini minta diberi selongsong emas maka habislah orang-orang kaya yang mendapatkan kekayaannya dengan tidak sah).

Kalau pusaka ini dipaksa masuk ke selongsong emas maka pusaka ini akan keluar / naik dari warangkanya. Umumnya Kayu Cendana, paling bagus di Kayu Gaharu tetapi berbahaya untuk orang lain, cukup pegangan dan pendoknya saja, dayanya bagus.


Riwayat dari pusaka Sabdo Palon :

Tahun 1960 ada orang tua datang ke Pak Atmo menitipkan pusaka ini dengan pesan bahwa isi dari pusaka ini ada di Jakarta / di Pak Parwoto (Isinya datang) dan orangnya akan datang mengambil, lalu orang tua itu pergi, dicari tidak ketemu (seperti menghilang). Pusaka ini mendatangkan cobaan dan ujian hidup yang berat. Tahun1967 ada cobaan dipundutnya putri kesayangan Beliau. Tahun 1968 ada cobaan berat harta benda. Tahun 1969 pusaka diambil oleh Pak Parwoto (Wadahnya dijemput). Yang datang bersamaan dengan datangnya pusaka SP : Anak-Anak Kecil Bersayap.

Tahun 1970 pada Malam Natal turun Cahaya Allah yang gambarannya berupa Bunda Maria dan Yesus. Pengertiannya adalah Bunda Maria = Wadah Suci & Yesus = Roh Kudus = Roh Suci, berarti yang diterima Pak Parwoto hakekatnya adalah : Sucikan wadah (badan) karena Roh Kudus akan masuk (akan memakai wadah), dengan kata lain akan diolah untuk menerima Karunia Roh Kudus. Berarti harus memelihara badan supaya selalu dalam kondisi siap dipakai Tuhan sebagai wadah dengan cara :

- Merendahkan hati.

- Memelihara diri dari nafsu darah.

Tahun 2000 pusaka ini dengan pusaka Oumyang Majapahit keduanya bersatu aktif dalam kenegaraan (bergerak minta diudarakan).


7.6 Perbedaan Antara Pusaka Oumyang Majapahit Dengan Pusaka Sabdo Palon :


Pusaka Oumyang Majapahit :

1. Pamornya :

Pamor Pakar (orang yang ahli).

Diistilahkan : Sepiro musuhe kekes kabeh (Sebanyak / Sesakti apapun musuh-nya habis semua).

2. Isinya :

Wanita (wadah suci).

3. Lambang Isinya :

Semuanya ada disitu (Yang Maha Kuasa : Kuasa atas segala kekuasaan dan kuasa atas segala kekayaan).

5. Surat yang ditunjuk :

1. Surat Adz Dzaariyaat (Angin yang mencerai-beraikan).

2. Surat Al Ghaasyiyah (Hari selubung malapetaka).

3. Surat An Fushshilat (Yang dijelaskan).

6. Ujiannya :

Membawakan sifat cinta kasih (sifat pemurah, pengasih dan  penyayang).

7. Pengaruhnya :

- Dilayani / diladeni orang-orang.

- Jika orang sedang bertapa didatangi pusaka ini maka dia harus menghentikan tapanya (harus selesai).

7. Pengolahannya :

- Mengolah manusia untuk ditingkatkan spiritualnya tingkat demi tingkat dilewatkan Jembatan Shiraathal Mustaqiim sampai Alam Lahut untuk mendapatkan Enersi Yang Maha Tinggi (Atom Yang Maha Gaib --> Aku), sehingga punya daya Ngudari Benang Ruwet (menyelesaikan masalah).

- Juga mengolah manusia untuk dapat mempunyai daya Kun Fa Yakuun.

8. Dayanya :

Pemegang pusaka ini mempunyai daya :

1. Tidak ada yang tersembunyi.

2. Kata dari sana diucapkan maka akan seperti sajadah terbentang (diberi selubung yang hanya orang itu yang bisa melepaskannya) jika orangnya sudah keterlaluan.

9. Jika dihunus :

1. Kudu Ono Gawe / Kudu Entuk Gawe (Harus ada yang dikerjakan).

2. Siapa yang berani menghunus pusaka ini maka harus berani untuk diajak ma'rifatullah dengan ilmu-ilmu gaib.

10. Warangkanya :

Pusaka ini warangkanya harus diberi selongsong emas (lambang kemuliaan).


26 November 2021

Im Yang TAO

Taoisme (Tionghua) juga diejakan Daoisme, diprakarsai oleh Laozi (pinyin:Lǎozǐ) sejak akhir Zaman Chunqiu.  Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berasaskan Daode Jing (pinyin:Dàodé Jīng).  Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi yang merupakan tokoh penulis kitab yang judul Zhuangzi. 

Tao tidak berbentuk, merupakan "Sesuatu" yang sudah ada sebelum semuanya ada. Arti Tao sulit dipahami, artinya sangat luas sehingga sulit diterangkan secara jelas dan rinci melalui sebuah kalimat atau kata-kata. Arti Tao yang paling sederhana adalah "Jalan".  Ada juga yang mengartikannya "Kelogisan", "Hukum", "Pedoman" atau "Aturan". 

Taoisme berasalkan dari "Dao" yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia.  Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah De. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah.  Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi.  Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai kesedaran Dao dan akan menjadi dewa.  Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai kesedaran Dao dan juga mendewakan. 


Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang, dalam Daode Jing Bab 42:

Berarti: Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yinyang saling bertindak balas menghasilkan tenaga atua kuasa, dengan adalah tenaga ini, hasil jutaan benda di dunia.  Setiap benda dalam alam, samada hidup atau tidak, mengandungi Yinyang yang saling bertindak untuk mencapai keseimbangan. 

Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif.  Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa.  Bahkan magnet, magnet kepunyaan positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak wujudnya negatif, tidak jadinya magnet. 

Dan itu semua didasari oleh Wu, dimana Wu dalam Tao yang secara harafiah dapat diartikan sebagai "Kesadaran dan nalar yang tinggi". 

Wu adalah pola berpikir yang melewati pertimbangan "Hati nurani" dan "Akal sehat" dengan mempertimbangkan "Situasi", "Kondisi", dan "Cara" untuk menghasilkan suatu keputusan atau tindakan yang "Paling Tepat". 

Dalam Wu, suatu keputusan atau tindakan tidak hanya dilihat pada keputusan atau tindakan itu sendiri, melainkan juga mempertimbangkan pengaruh atau akibat dari keputusan atau tindakan tersebut. Dengan daya Wu yang tinggilah akan dihasilkan suatu keputusan atau tindakan yang "Bijaksana". 


Wu Wei

Wu Wei adalah salah satu prinsip Tao yang paling terkenal dan "hebat".  Tetapi karena pemahaman Wu Wei yang kurang tepat, banyak orang yang salah terima terhadap Tao. 

Banyak orang mengira bahwa Wu Wei yang artinya "Tidak Berbuat" bermakna "diam saja" atau "pasif" dan tidak melakukan kegiatan apa pun.  Padahal makna sebenarnya sangatlah dalam dan tidak sesederhana itu. 

Tao "tidak berbuat" apapun, tetapi karena Nya lah segalanya "tercipta". Di jaman kuno, seorang murid yang berucap sembarangan tanpa mengetahui kebenaran atau fakta dapat dihukum mati oleh gurunya.  Demikian pula kapan pun dan di mana pun tempat di dunia ini: pertumpahan darah terjadi karena masing-masing mempertahankan "kebenaran" menurut versinya sendiri. 


Lalu apakah sebenarnya "Kebenaran" yang dipertahankan itu?

Tiadakah suatu titik temu?

Apakah "Kebenaran" itu milik segolongan orang tertentu?

Ataukah merupakan suatu hal yang majemuk?

Dimanakah letak "keberadaban" manusia yang kacau karena kesadaran-nya yang rabun?


Nah, kata kuncinya adalah kesadaran.  Paling tidak (minimal) dapat berarti: kemampuan mengetahui kesalahan diri dan mencari cara memperbaikinya.  Memang hanya segelintir orang yang memiliki bibit baik yang bisa terus melatih hingga taraf tinggi. 

Pengalaman menunjukkan bahwa "alam pikiran" merupakan hal yang unik.  Bagaikan cermin.  Cermin yang retak memantulkan bayangan yang retak, meskipun obyeknya utuh.  Namun maukah dan mampukah cermin tersebut menyadari dirinya?

Untungnya kita adalah mahluk hidup yang berbudi, sehingga senantiasa dapat merevisi diri.  Memang sulit untuk keluar dari lautan kebodohan sementara diri kita sedang tenggelam.  Tetapi dalam artikel ini, saya ingin mengajak saudara-saudari semua memulai langkahnya yang pertama (dasar-dasar) untuk melatih kesadaran masing-masing. 

Wu (baca: U), dapat diterjemahkan secara singkat sebagai "mengerti", "sadar", "memahami".  Seringkali kesadaran ini menjadikan kita begitu terpesona sehingga akhirnya menjadi mati di satu titik.  Tetapi ingat bahwa "pemahaman" itu sendiri bukanlah titik akhir, melainkan sesuatu kondisi kesadaran yang tetap harus diikuti oleh sikap batin yang selalu berusaha untuk menyempurnakan pengertian-pengertiannya.  Inilah yang membedakan antara "Wu" yang sejati dengan sikap keras kepala.  Maka dikatakan: "Wu, Wu, dan Wu lagi". 

Sebenarnya "Wu" adalah sebuah kondisi dimana pikiran kita bisa "menembus" kedalam pengertian-pengertian yang hakiki secara komplit (komprehensif) dan memiliki kelincahan dalam menangkap dan menganalisa suatu obyek. 

Sesuatu yang kelihatannya sulit dan kompleks, dapat ditembus dengan satu benang merah yang sederhana. 

Otomatis dalam tarafnya yang tertinggi, perbedaan-perbedaan akan melebur, hanya tersisa satu Kebenaran saja.  Itulah yang Hakiki (Tao).  Tombak (mao) dan tameng (dun) dapat disatukan (kamus: maodun = konflik).  Dari taiji kembali pada wuji. 


Pedoman untuk Wu

Dalam menghadapi masalah sehari-hari, kita seringkali sudah merasa berpikir keras dan merasa telah mengambil keputusan yang terbaik.  Tetapi apakah sesungguhnya kriteria dari "yang terbaik" itu?

Untuk melatih diri mengarah kepada tingkat Wu yang semakin tinggi, ada 3 hal yang harus terpenuhi:

1. He Qing, sejalan dengan perasaan atau batin. 

2. He Li, sejalan dengan logika, nalar, rasio. 

3. He Fa, sejalan dengan etik, norma, hukum, peraturan. 

Poin pertama dan kedua memiliki ruang-lingkup ke dalam diri kita (dimensi subyektif).  He Fa, memiliki ruang lingkup keluar terhadap lingkungan di sekitar kita (dimensi obyektif).  Setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing.  Problem akan timbul bahwa tingkat pengertian dari tiap individu berbeda-beda, sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang berbeda-beda terhadap sebuah masalah yang sama.  Bagaimanakah cara menyikapinya?

Setiap manusia memiliki hak azasinya masing-masing untuk mempertahankan keunikan dirinya.  Meskipun demikian, ingat bahwa tiada seorang pun yang dapat menjalankan kemanusiannya secara normal dengan hidup tanpa orang lain.  Oleh karena itu, untuk menghadapi perbedaan-perbedaan yang timbul dalam pengertian masing-masing, kita memerlukan Wu pada suatu level yang lebih tinggi lagi. 

 Ada beberapa tips:

  1. Sadar bahwa tidak selalu diri kita pasti benar.  Oleh karena itu, perlu sikap jujur terhadap diri sendiri, lapang dada, dan rendah hati (misal: berani mengakui dan menerima kesalahan). 
  2. Sadar bahwa selalu ada orang lain yang lebih pintar dalam satu atau beberapa hal atau bidang tertentu.  Oleh karena itu, perlu sikap mengalah, terus mau belajar dan menyempurnakan diri.  Sementara anda belajar mengasah "Wu" anda, ikutilah petunjuk dari yang lebih tahu (senior, atasan, pemimpin, dsb). 
  3. Sadar bahwa kepintaran bukan segala-galanya.  Pada waktu dan kondisi tertentu, kita perlu menyadari posisi kita dalam kaitannya dengan budaya dan tradisi.  Ini adalah dasar menuju Wu juga: belajar untuk konform pada "yang telah ada", walaupun terus aktif menganalisa dan bersikap kritis. Memang sulit, karena disamping perlu kerendahan hati dan sikap fleksibel juga perlu wawasan yang luas dan dalam.  Misal: meskipun merasa diri kita sudah benar, namun mampu memberikan respon berupa sikap yang sesuai dengan budaya dimana kita berada.  Misal: sikap terhadap "Shi" (shifu, shixiung, shijie, shidi, shimei, dll)
  4. Sadar bahwa setiap masalah tidak sama urutan kepentingan atau prioritasnya.  Ada yang prinsipil, ada pula yang sepele sehingga lebih baik mengalah saja, atau dikorbankan. 
  5. Sadar akan tujuan, motivasi dan konstrain (kendala, batasan).  Belum tentu yang diajarkan atau diberikan oleh seseorang itu menyatakan sebuah pernyataan yang lengkap, mengingat adanya tujuan yang lain, misalnya: untuk mendidik dan merangsang untuk berpikir sendiri. 


Hal-hal yang mendukung dalam peningkatan Wu:

1.  Melatih "He Qing". 

Pemurnian hati nurani, sering melakukan introspeksi diri, menilai kemampuan dan keku-rangan diri, jujur terhadap diri sendiri, mencari jalan untuk mengerti "aku sejati", melatih kepekaan terhadap perasaan orang lain (empati). 

2.  Melatih "He Li". 

Memahami pengertian-pengertian dasar, berlatih mengenai "cara berpikir" yang baik, bersikap kritis, memiliki dasar (kenyataan, fakta, logika), tidak berprasangka dulu (apriori), tidak pretensius, wawasan harus luas dan mendalam (sekolah, kursus, bergaul, dsb), mempunyai pengetahuan terhadap cara pandang orang pada umumnya, tidak melakukan hal-hal aneh / sekedar berbeda. 

3.  Melatih "He Fa". 

Bersikap sosial, membuka diri terhadap lingkungan sekitar, mempelajari budaya, etika, norma, tata aturan dan hukum yang berlaku.  Melatih pengendalian diri yang baik. 


Secara global, disamping rajin menggunakan akal dan budi, kecerdasan dapat ditingkatkan melalui latihan Jing Zuo [Cing Co], yang juga termasuk salah satu cara memupuk kepekaan dan kecerdasan. 


Ciri-ciri mencapai Wu

Menurut pendapat saya, sulit untuk mengukur sampai dimanakah taraf Wu kita.  Jadi lebih baik kita berhenti untuk ukur-mengukur taraf Wu diri sendiri maupun orang lain.  Namun meskipun demikian, biasanya terdapat beberapa gejala yang berkorelasi dengan tingkat pencapaian seseorang.  Menurut saya, suatu sikap atau tindakan dapat dikatakan "Wu" biasanya memiliki karakteristik a. l. :

1. Fair terhadap pihak-pihak yang terlibat. 

2. Memancarkan kuasa (authoritative power) dan kesan yang baik (goodwill). 

3. Membina ke arah hubungan antar manusia dan pergaulan yang baik. 

4. Pada akhirnya akan mempunyai nilai positif untuk semua pihak. 

5. Memiliki nilai kebenaran universal. 


Saran:

  • Wu sangat mendasar dan penting bagi Siu Tao ( ) kita.  Bagi yang baru belajar Tao (), lebih baik mematangkan soal "Wu" ini sebelum mencoba mengerti konsep-konsep lain yang lebih sulit dan mendalam. 
  • Jangan cepat putus-asa, atau sebaliknya juga jangan terlalu berambisi (semuanya akan sampai sendiri pada waktunya), juga jangan cepat tersinggung apabila menerima kritik ataupun pendapat lain yang berbeda. 
  • Jangan menjadikan "Wu" sebagai tameng, sebagai alat mengadili orang lain.  Tidak tahu katakanlah tidak tahu.  Tidak boleh memberitahu, katakanlah belum saatnya.  Bila salah, akui salah.  Bila kalah, akui kalah.  Jangan membalik bahwa orang lain yang belum "Wu", karena anda sendiri yang akan rugi. 
  • Rajin-rajin mendengar Ciang Tao.  Aktif berdiskusi kelompok.  Rajin membaca buku yang baik, walau harus kritis menyaring dan berpikir sambil membaca.  Rendah hati saling belajar satu dengan yang lainnya.  Ingat bahwa dari pernyataan yang "pro" dan "kontra", kita akan lebih banyak mendapatkan pelajaran dari suatu pendapat yang "kontra".  Alangkah tentramnya dunia ini apabila semua orang bisa mencapai taraf tertinggi dalam Wu-nya, walaupun saya percaya bahwa hal ini adalah suatu impian yang mustahil belaka.  Perbedaan akan selalu timbul, karena itu adalah sesuatu kodrat juga.  Oleh karena itu, sangat penting memupuk sifat Lapang Dada.  Ini juga merupakan suatu Wu juga. 
  • Untuk melatih "Wu" diperlukan sikap-sikap lain yang merupakan dasar dari Siu Tao ( ) kita, misal: Zheng Yi (sikap yang satu), kemantapan atau percaya diri, dll. 


Sumber:
http://aindra.blogspot.com/2007/10/tao.html

Tahapan Menembus Dimensi Alam Jin


Banyak orang yang ingin menembus alam jin, atau mengundang mereka. Ternyata, untuk mewujudkan impian ini bukanlah pekerjaan mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus kita kuasai, sebelum kita memulai ritual memembus alam jin. Seperti apakah itu…?

Budaya hidup yang Hedonis yang menitikberatkan pada kepuasaan materi, pada akhirnya turut menggiring manusia untuk selalu mengedepankan rasionalitas dalam ukuran akal semata. Pemahaman ilmu batin atau keparanormalan menjadi terabaikan, sebab bidang ilmu ini dianggap tidaklah memenuhi ukuran aspek materialistik. Akibatnya, adat leluhur kian terkikis, bahkan cenderung dilupakan. Norma-norma ajaran nenek moyang, misalnya saja ajaran para Wali, sudah mulai pudar dan dianggap usang.

Seiring dengan terjadinya kecenderungan itu para ahli khoarik, pertapa dan ahli batin lainnya mulai sulit dicari. Hal ini memang seiring dengan perkembangan zaman yang lebih terfokus pada hal yang bersifat teknologi, iptek, ata sayen. Sementara aspek-aspek keilmuan di luar itu hanya dianggap takhyul, atau bahkan dongeng isapan jempol.Kendati demikian, sebentuk keyakinan masih tetap saja muncul di hati para pencari ilmu bersifat batiniah. Mereka masih punya rasa percaya diri untuk mencari suatu kemaslahatan tentang ilmu Allah SWT, dalam mengarungi kebesaranNya lewat kehidupan makhluk tak kasat mata.

Hanya saja dalam merilis ilmu supranatural di zaman sekarang memang tak semudah seperti yang kita bayangkan. Walau dalam kenyataannya banyak jasa paranormal yang memberikan layanan khusus seputar ilmu supranatural, namun semuanya lebih terfokus kearah produk jadi atau instan, bukan mengarah ke jalur olah batin yang pada intinyab mengajarkan bagaimana kita bisa dekat dengan mereka, para makhluk yang ada dalam di mensi lain.

Lewat pemahaman ahli Al-Hikmah, sesungguhnya di zaman melinium akhir seperti sekarang ini, amatlah sulit mencapai puncak keberhasilan dalam mengolah batin secara akurat. Mengapa? Sebab di samping kita hidup di era yang penuh akan godaan duniawi yang stiap saat selalu kita lihat dan begitu memikat, di sisi lainnya faktor penghayatan terhadap ilmu juga semakin kurang menunjang. Contoh kasus paling rumit sepeti susahnya mencari guru spiritual. Ditambah lagi sulit mencari tempat-tempat yang sepi dan tenang untuk berkhalwat, sebab kini hampir semua tempat sudah mulai ramai, sehingga ketenangan batin kita mudah terganggu karenanya.

Dalam hal keyakinan, semangat dan penghayatan dalam hal ilmu supranatural di masa kini semakin dangkal, bahkan cenderung dianggap remah. Padahal, inilah salah satu faktor penentu dalam menapaki ilmu bersifat kebatinan, yang pada akhirnya seringkali gagal di tengah jalan.

Sebagai suatu pemahaman, kunci dasar untuk bisa menguasai bermacam sifat supranatural terdiri dari tiga bagian, yaitu: semangat dan keyakinan, guru pembimbing, dan pengontrolan hati.


SEMANGAT DAN KEYAKINAN

Untuk memulai menjadi seorang suprantural, kita dituntut agar terus bersemangat secara alamiah tanpa ada perasaan terbebani maupun keterpaksaan. Makna semangat dan keyakinan ini terbagi menjadi dua hal, yakni yang keluar dari pikiran atau kemudian menjelma menjadi semangat, dan yang keluar dari sifat hati yang kemudian berwujud menjadi keyakinan.

Semangat yang berada dalam pikiran biasanya hanya ada di permukaan atau dzohir saja, dan seterusnya akan menjadi suatu kegagalan, jika hal ini tidak dilandasi dengan adanya keyakinan yang kuat dalam hati sanubari kita. Sebagai contoh, kita disuruh menjalankan puasa dan wiridan selama 7 hari berturut-turut. Jika kita hanya punya semangat tapi tidak punya keyakinan, maka kita akan ragu dan selanjutnya kegagalanlah yang kita hadapi. walnya kita memang bersemangat, namun setelah menjalani dua malam berturut-turut dan kelelahan serta kejenuhan mulai terasa, maka seketika pikiran kita menjadi kacau, rasa capek, malas, takut, lapar dan lain sebagainya akan mudah mempengaruhi organ tubuh kita sehingga niat membatalkan puasa ini akan mudah sekali kita jumpai.

Sedangkan “semangat yang keluar dari sifat hati” atau keyakinan, biasanya akan terus dijaga oleh seorang supranaturalis sejati. Sebab, rasa tanggungjawab untuk sampai mengakhiri masa ritual lebih diutamakan, sehingga hawa pikiran negative bisa ditutup dengan serapat-rapatnya.


GURU PEMBIMBING

Dalam memahami ilmu supranatural, guru pembimbing sangat berperan dalam menentukan suatu keberhasilan ilmu bagi anak didiknya. Disamping sang guru bisa mengarahkan tentang sebuah arti keyakinan, sang guru juga bisa memberi kesemangatan secara akurat sehingga sang murid akan mudah mengikuti jejak atau ajaran-ajarannya.


PENGONTROLAN HATI

Bila seorang supranatural sudah bisa memahami tentang makna semangat, keyakinan dan penghayatan ilmu yang diberikan lewat bimbangan guru spiritualisnya, maka sang supranaturalis tadi tinggal mengolah keyakinannya sendiri dengan terus mengontrol kepekaan hati sehingga apa yang diinginkannya akan mudah tercapai.

Nah, sebagai penghayatan yang lebih luas tentang seputar ilmu supranatural, berikut ini Penulis akan membeberkan rahasia menembus dimensi alam jin. Hanya saja, dalam pembedaranya nanti, penulis akan memaparkan lewat tahapan demi tahapan. Maksudnya tiada lain agar bagi mereka yang suka akan dunia mistik, bisa dengan mudah memahaminya. Seperti apakah tahapannya? Inilah uraian selengkapnya…:

Lewat pemahaman yang disarikan dari kitab Manba’u Usulul Hikmah Bimuallif, karangan Imam Ali Albuny, diterangkan sebagai berikut:

Bahwa setiap manusia yang menginginkan berjumpa atau masuk ke alam bangsa jin, maka dia harus bisa melewati dua alam terlebih dahulu, yaitu: Alamul Ahmar dan Alamul Abdul Jumud.

Di samping hal tersebut, kita juga harus bisa memahami tentang pintu-pintu gaib yang bakal kita tempuh atau kita lalui. Mengapa? Sebab, sedikit saja kita salah jalan, bukan bangsa jin (dalam hal ini yang dimaksud adalah Jin Muslim-Pen) yang bakal kita temui, melainkan bangsa alam lain yang samar-samar dan tak kasat mata. Walhasil, bukan keinginan kita yang akan tercapai, melaikan kefatalan dan tipu muslihat dari bangsa gaib yang menyesatkan itu yang akan kita terima.

Mengenai arti alam sendiri, jauh-jauh para ulama sudah menuliskannya di beberapa kitab. Salah satunya seperti pendapat dari Imam Bujeremi, dalam kitabnya “IQNA”. Imam Bujeremi menuliskan beberapa tingkatan alam yang terdiri dari makhluk tak kasat mata, dimulai dari alam manusia, Ahmar, Abdul Jumud, Ahyar, Jin, Azrak, Khoarik, Thurobi, Barri, Adli, Sama’, Majazi, Malaikat, Jabarut, Qolam, dan Arsy.

Nah, dari kehidupan makhluk-makhluk yang berada di alamnya masing-masing, manusia bisa saja menemui atau menembus ke salah satu alam yang diinginkan bila manusia itu sendiri memang sudah cukup ilmu dan pengetahuan untuk menembusnya.

Mari kita kembali ke tahapan menembus dimensi alam jin. Lewat pembedaran yang sama dari kitab “Manba”u Usulul Hikmah”, dijabarkan bahwa siapapun orangnya bisa menembus dimensi alam jin apabila manusia itu sendiri sudah menguasai dua alam sebagai tingkatan alam dibawahnya, yakni alam Ahmar dan alam Abdul Jumud.

Alam Ahmar: Sebuah alam yang dihuni jutaan makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi dan lautan. Ahmar juga disebut dengan istilah “Bangsa Lelembut” yang masih keturunan dari bangsa manusia lewat silsilah Anfus, anak dari Nabiyullah Syiet, yang diturunkan lewat zaman sanghiyang. Yang termasuk ke dalam golongan penghuni Alam Ahmar ini adalah: Nyi Roro Kidul, Dewi Lanjar, dan seluruh wadya balanya.

Abdul Jumud: Sebuah alam yang dihuni oleh bangsa makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi, batu dan pepohonan. Abdul Jumud disini disebut juga dengan istilah “Dedemit”. Mereka juga masih keturunan bangsa manusia dari zaman Togog. Contohnya seperti: Kuntilanak, Memedi, Perkayang dan lain sejenisnya.

Nah, untuk bisa menguasai kedua alam ini, di setiap akan ritual menembus dimensi alam jin, siapkan sesaji berupa: bunga setaman, melati, mawar dan kelapa hijau. Hal seperti ini ditunjukkan untuk menghormati bangsa Ahmar sebagai wasilah jalannya.

Sedangkan untuk melewati alam bangsa Abdul Jumud disarankan agar membakar madat apel jin di awal mau memulai ritual. Niscaya bangsa Abdul Jumud ini akan paham dan tidak mengganggu prosesi ritual yang kita jalankan.

Untuk membuka pintu alam jin sendiri, salah satu rituanya adalah dengan menaburkan terus kemenyan putih yang sudah dihaluskan secara terus menerus. Hanya saja dalam pengenalan menembus alam jin harus sangat hati-hati. Terutama siapa nama dari jin itu sendiri yang akan kita temui.

Di sisi lain, kita sebagai manusia haruslah tahu, kapan waktunya kita menjalankan ritual, dengan ayat apa kita memanggil, lewat pintu mana kita masuk, dan permohonan apa yang kita inginkan. Sebab bangsa jin tidak seperti bangsa manusia pada umumnya. Mereka selalu memakai aturan dan tatakrama yang penuh akan kedisiplinan. Mereka juga bisa dikatakan sangat temperamental dan mudah tersinggung apabila kita bangsa manusia tidak bisa memahami watak dari sifat mereka.

Sebagai suatu kewaspadaan, bangsa jin disini terbagi menjadi dua golongan, yaitu Abyad dan Aswad (Jin Putih/Muslim dan Jin Hitam/Kafir). Di samping itu bangsa jin terdiri dari empat sifat perilaku, tergantung dari alam yang ditempatinya, yakni: tanah, air, bangunan, dan awang-awang (angkasa).

Dari empat sifat yang menjadi tempat tinggal mereka, semua mempunyai perbedaan dalam menerima kita manusia, baik dari segi pemanggilan, ayat atau amalan yang dibaca, maupun sesaji ritual yang disajikan untuk mereka.

Apabila kita tidak memahami secara mendetil tentang ritual untuk menembus ke alam mereka, golongan bangsa Jin Hitam atau Jin Kafir-lah yang akan berperan untuk menemui kita dengan seribu tipu daya yang menyesatkan. Misalnya saja, kita akan diming-imingi kekayaan, harta karun, bisa menarik pusaka dan lain-lain perkara musykil yang tidak bisa diterima akal.

Intinya, pikiran kita akan terus dicecoki oleh bermacam hayalan yang menggiurkan. Ucapan kita jadi ngelantur, mudah emosi, mudah tersinggung, senang menutup diri dalam kamar, suka melamun dan tidak menerima akan nasehat apapun dari orang lain.

Bukan hanya itu saja, golongan jin hitam atau Jin Kafir juga akan terus menjumpai kita dengan taktik berupa kelembutan, serta berperan dalam kebaikan, seperti halnya figure guru gaib yang benar-benar mau mengajarkan seluruh ilmunya kepada kita. Nah, bila sudah seperti ini jadinya, kita sudah melenceng jauh dari jalan yang sebelumnya kita harapkan. Lebih fatal lagi, kita bisa melenceng dari akidah beragama (Islam)

Sekedar tips, apabila dalam suatu ritual yang kita jalani selama ini, seringkali didatangi makhluk-makhluk dari dimensi lain, maka cobalah perhatikan kedatangan mereka. Apabila makhluk lain alam ini datang menjumpai kita dari arah depan, belakang, samping kanan atau kiri, maka janganlah digubris kedatangannya. Sebab cara kedatangan mereka seperti itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka berasal golongan bangsa jin hitam atau Jin Kafir.

Kitab Manba’u Usulul Hikmah sendiri mengupasnya, “Jangan sesekali Anda percaya akan tipu muslihat dari beragam makhluk gaib yang datang dari arah empat penjuru. Sesungguhnya, hanya satu arah yang mereka lewati sebagai teman kita yang benar, yaitu lewat arah atas.”

Lewat pembedaran salah satu tahapan ini, tentu diharapkan akan bisa menjadi bahan intropeksi kita bersama, bahwa sejatinya tidak ada ilmu yang bersifat instant dimuka bumi ini, kecuali kita sendiri mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menguasainya.

Nah, untuk tahap terakhir dalam menembus dimensi alam jin, pelajarilah ayat-ayat,ajian, atau amalan pemanggilan secara matang. Sebab, kesemuanya itu akan menentukan suatu pilihan kita untuk bisa memilih, siapa (maksudnya bangsa jin-Pen) yang akan kita temui kelak.

Sebagai bahan dasar, pelajari arti, naktu, huruf, angka, rujukan dan dari mana sumbernya. Bisa juga lewat rahasia huruf Abajadun. Sebab rahasia huruf, Abajadun, memuat 99 keistimewaan, yang mana salah satunya termasuk dari rahasia alam jin itu sendiri. Seperti contoh, huruf Alif yang mempunyai angka 1. Penjaga dari huruf Alif ini adalah malaikat bernama Tholthobausin, dari bangsa gaibnya bernama Ahmar. Ayat dari Alif sendiri adalah Al-Quddus. Dari bangsa gaib yang bernama Ahmar ini sudah jelas masuk dalam katagori huruf Alif.

Jadi pada intinya, apabila kita ingin menembus alam Ahmar atau alam lelembut, maka perbanyaklah dengan membaca ayat Al-Quddus, untuk bilangan angka 1 yang terdapat dalam huruf Alif. Hal itu menunjukkan nama yang dituju, seperti nama Ibu Ratu Kidul jatuh pada naktu: Ya Adzim. Bila ingin memanggil beliau, gabunglah dua asma’ Ahmar dan dan nama Ibu Ratu: Al-Quddus Ya Adzim…dan seterusnya.

Sumber:
https://mystys.wordpress.com/2008/05/13/tahapan-menembus-dimensi-alam-jin/


Rahasia Meraga Sukma

 Oleh: Kumara Qulmi

Banyak orang yang ingin mengusai Ilmu Meraga Sukma. Bagaimanakah rahasia yang sebenarnya? Benarkah Meraga Sukma hanya bisa dilakukan dengan metode tirakat atau dengan meminta bantuan jin…?

Anda mungkin pernah mendengar cerita seseorang berilmu tinggi, yang mampu mengunjungi familinya hanya dengan berkonsentrasi. Atau, Anda mungkin pernah menonton film yang berkisah tentang seorang pendekar yang bertarung dari jarak jauh dengan “tubuh halus”-nya dengan pendekar yang menjadi lawannya. Hal semacam itu merupakan ciri dari seorang yang memiliki Ilmu Meraga Sukma, yang memang dapat dipergunakan untuk melepas sukmanya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Proyeksi Astral, Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, Out of Body Experience, bahkan Astral Projection, adalah suatu proses pelepasan sukma dari raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata.

Apakah meraga sukma diperbolehkan dalam syariat Islam? Marilah kita baca firman Allah SWT ini, “Seluruh jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman:33).

Penjelasannya bahwa Allah Azza Wa Jalla telah memberikan suatu fasilitas dalam tubuh manusia untuk melakukan perjalanan ke penjuru langit dan bumi secara fisik (teknologi: ilmu pengetahuan) dan non fisik (energi: sukma) jika memang manusia itu memiliki kekuatan atau kemampuan.

Perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.

Sukma atau jiwa adalah kemampuan manusia yang bersifat kasat mata, gaib, atau metafisika. Sedangkan sukma atau jiwa ini sangatlah kompleks yang terdiri dari beberapa sub-sub penyusun.

Salah satu dari sub-sub tersebut adalah kemampuan Bawah Sadar atau orang ada yang menyebutnya ESP (Extra Sensory Perception), atau juga disebut Indera Keenam. Kemampuan Bawah Sadar inipun sebenernya kompleks juga. Hanya yang pasti, kesemuanya ini jelas merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, sejak dia lahir dengan sifatnya yang khas.

Sifat khas dari kemampuan Indera Keenam ini adalah kemampuan sensoriknya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan sifat uniknya ini maka Indera Keenam mampu melakukan aktivitas “antar dimensi” atau Transdimensi.

Juga mungkin difahami secara sederhana, apa yang disebut sukma atau jiwa ini dapat dianalogikan sebagai perangkat lunak (software) pada komputer. Kita tahu bahwa software sendiri terbagi dalam beberapa klasifikasi sesuai kebutuhan penggunanya.

Jika dalam software komputer dikenal yang namanya Operating System sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas komputer maka, dalam jiwa atau sukma kita pun ada komponen yang berfungsi sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas hidup kita yang dalam bahasa Qur’an disebut sebagai QALBU

Jadi sebenarnya kegiatan melepas sukma bukan membuat tubuh kita menjadi kosong tanpa ada roh yang mengisinya. Mengapa? Karena sebenarnya kita bukan “MELEPASKAN” sukma tapi mendayagunakan kemampuan Extra Sensorik kita untuk melakukan penjelajahan antar dimensi

Proses melepas sukma hanya memanfaatkan kemanpuan otak yang kompleks. Tidak seperti yang diperkirakan orang yang menyangka melepas sukma adalah berupa sinar dan saudara empat lima pancer. Hal ini jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Otak manusia adalah suatu organ tubuh yang sangat luar biasa dan teramat kompleks. Seperti kita ketahui otak manusia terbagi-bagi menjadi banyak sekali bagian yang masing-masing mengatur suatu fungsi sistem tubuh manusia, seperti ada yang khusus mengatur syaraf sensorik, lalu ada yang mengatur khusus untuk syaraf motorik, dan lain-lain. Dan salah satu fungsi penting di dalam otak, ada suatu bagian otak yang mempunyai tugas sebagai “pengawas”, yaitu mengawasi seluruh kerja tubuh kita sehingga berjalan dengan semestinya. Nah, bagian otak ini terus-menerus bekerja walau kita tertidur pulas. Buktinya adalah walau kita tidur pulas sekali, bagian tubuh seperti jantung terus memompa darah dari dan ke seluruh tubuh, atau paru-paru yang terus menghisap oksigen dan melepas CO2, dan lain-lain. Tanpa bagian otak ini tubuh kita akan tidak dapat berfungsi ketika kita tidur sehingga akibatnya kita bisa mati, karena kegagalan fungsi tubuh.

Salah satu bagian otak yang penting lainnya adalah suatu bagian otak yang bertugas untuk menganalisis setiap pesan sensorik yang diterima tubuh lalu dikirim dalam bentuk neurotransmitter ke otak, seperti dari mata, sehingga kita bisa melihat, dari kulit sehingga kita bisa merasai sakit ketika kita tertusuk duri, dari telinga sehingga kita bisa mendengar, dan lain sebagainya. Bagian otak ini sangat penting bagi manusia karena jika bagian otak ini tidak berfungsi dengan baik maka kita tidak akan bisa melihat, mendengar, merasakan, membaui, dan lain-lain. Walaupun mata, telinga, kulit, dan hidung kita normal tidak ada yang rusak sama sekali, namun jika bagian otak tadi rusak maka tidak akan ada artinya sama sekali.

Jika kita bisa memfungsikan dua bagian otak di atas secara maksimal, maka kita akan bisa melepas sukma. Caranya adalah kita harus bisa membuat kesadaran otak kita tetap terjaga, walau tubuh kita tertidur pulas sekali. Dengan menjaga kesadaran otak yang penuh ketika kita tidur, maka ketika kita tidak lagi merasakan tubuh (tidak bisa menggerakkan/ merasakan tubuh kita sama sekali tapi kita masih sadar sepenuhnya), maka pikiran kita ini bisa “melayang-layang” kemana-mana, pergi ke manapun yang kita mau dengan bebas seakan-akan kita sudah bangun.

Suatu hal penting yang perlu ditegaskan adalah kemampuan melepas sukma ini adalah murni kemampuan memanipulasikan kemampuan otak, bukan roh. Jadi kalau kita mengganggap melepas sukma adalah melepas nyawa atau roh, hal ini jelas sama tidak benar. Buktinya adalah kita masih bisa bebas balik lagi ke tubuh wadag kita, tanpa ada hal-hal yang aneh. Bayangkan, kalau roh tentu kita tidak bisa balik lagi ke tubuh wadagnya, kecuali atas izin Allah SWT dalam kasus yang yang spesifik dan langka sifatnya.

Orang yang ingin melepas sukma harus memiliki energi tubuh yang cukup besar supaya mampu melontarkan sukma ke luar raga, dan dipergunaskan untuk proses perjalanan luar tubuh. Orang itu harus mengetahui teknik melepas sukma untuk dilatih dengan disilpin dan kontinyu.

Seorang teman Misteri pernah mengajarkan sebuah buku petunjuk latihan metoda Chikung yang berisi berbagai teknik latihan indra ke-6 dengan pernafasan murni. Salah satunya metoda melepas sukma dengan metoda rileks, dibarengi pernafasan tertentu untuk melepaskan sukma yang dinamakan Meditasi Levitasi Pikiran. Metoda ini sangat aman dan efektif untuk dilakukan pemula. 

Berikut caranya:

  1. Anda berbaring di lantai dengan nyaman. Tangan diletakkan di samping tubuh dengan jempol dan telunjuk saling bersentuhan. Pejamkan mata dan taruh lidah di langit-langit.
  2. Anda lakukan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut dengan aturan nafas:

  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 50% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 90% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 1% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan 100% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuannya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 30% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuanya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 20% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semuanya.

3. Anda bernafaslah alami selama 5 menit dan akhiri dengan meditasi.

4. Anda membuka mata dan niatkan untuk meraga sukma. Setelah itu biarkan tubuh Anda rilaks dan tetap berbaring sambil tidur-tiduran sampai Anda memasuki kondisi sangat relaks atau setengah tidur. Sebab pada saat itu Anda mengalami sensasi seperti berputar atau gerakan energi dari dalam tubuh yang ingin keluar. Apabila tubuh Anda menjadi dua maka Anda tinggal mengendalikan “tubuh halus” alias sukma untuk berjalan-jalan.


Teknik meraga sukma metoda Meditasi Levitasi Pikiran Chi Kung ini sangat aman dan efektif. Anda yang melakukan tahapan latihan dengan benar manpu melepas sukma hanya beberapa kali latihan saja. Apabila Anda ingin mengembalikan “badan halus” alias sukma hanya tinggal meniatkan menarik sukma masuk tubuh dan membuka mata Anda.

Sesungguhnya, apa yang disebut sebagai Ilmu Meraga Sukma hanya memanfaatkan pontesi otak untuk menproyeksikan dan melevitasikan pikiran untuk keluar tubuh. Prosesnya membutuhkan bantuan energi tubuh besar yang bisa dirangsang dengan motada pernafasan tertentu.

Perlu dikatahui, dalam penguasaan melepas sukma ini banyak sekali orang yang memakai metoda tirakat yang biasanya meminta bantuan jin. Metoda bantuan jin ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara syariat Islam karena kita telah berkolaborasi dengan jin yang dilarang Allah untuk berhubungan dengan jin (Baca QS. Al-Jin:9).

Selain itu, metoda tirakat kolaborasi dengan jin jelas sekali memiliki efek-efek negatif secara medis. Sebagai contoh, si jin hanya membantu menproyeksikan dan melevitasikan pikiran keluar tubuh dengan merekayasa sistem syaraf otak kita, sehingga potensial bisa mengganggu sistem syaraf kita jika saja kita tidak kuat dan sungguh-sungguh telah siap.

Metoda teraman dan terefektik adalah dengan memanfaat pontesi tubuh manusia sendiri, yakni hanya dengan meningkatkan kapasitas energi tubuh supaya mampu menlontarkan sukma keluar tubuh, dan melakukan proses perjalanan luar tubuh. Tentunya membutuhkan latihan yang intensif dengan jangka waktu tertentu.

MERAGA SUKMA DENGAN AMALAN SURAH AL-KAHFI

Jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempol semata….

Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini terdiri dari 30 juz, 114 surah, yang isi kandungannya menyelimuti seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Ada masalah Tauhid, hukum, ilmu pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin atau kisah orang-orang shaleh yang begitu gigih dan berani berkorban demi mempertahankan iman kepada Allah SWT. Salah satunya adala kisah para pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as, di masa pemerintahan raja Dikyanus (Dicius). Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi. Kisah tentang mereka terdapat dalam Surah Al-Kahfi.

Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga diceritakan tentang Nabi Musa as yang disertai salah seorang muridnya mencari Nabi Khidir as dipertemuan dua arus laut untuk belajar ilmu gaib, namun sayang Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba ilmu tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika seseorang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu minggu sesudahnya.

Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi yang telah membuktikan kebenarannya.

Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam. Ketika itu, saya masih kuliah di salah satu perguruan Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai mahasiswa, saya amat suka membeli dan membaca buku, baik yang berhubungan dengan mata kuliah, maupun buku-buku yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau buku-buku ilmu hikmah.

Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan amalkan adalah Kitab Mujarabat. Saya pernah mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya yang bernama Syekh Abdul Wahid, namun saya tidak berhasil untuk bertemu dengan khodam tersebut.

Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang terjadi?

Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda ingin bertemu dengan ruh diri Anda sendiri, atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir surat Al-Kahfi sebanyak 160x. Diceritakan bahwa amalan ini pernah diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman Belanda.

Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi oleh ruh dirinya sendiri yang mengatakan bahwa dia sebentar lagi akan dibebaskan dari penjara. Tidak lama kemudian, orang tersebut benar-benar dibebaskan dari penjara.

Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi. Waktu itu, kebetulan saya tinggal sendiri dikos-kosan. Dengan demikian saya bisa membuat persiapan yang dibutuhkan dengan matang. Seperti menyediakan hio cap buah Tao, serta puasa hari kamis. Malam Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di atas susuai dengan petunjuk yang ada dalam Mujarobat.

Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan amalan tersebut. Namun, Alhamdulillah, penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu, saya membakar hio kemudian berbaring di atas dipan. Posisi tubuh telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada seperti orang shalat sambil berdzikir.

Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas inisiatif sendiri.

Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa sampai suatu ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran anak-anak kecil berusia lima tahunan. Mereka melempari tubuh penulis dengan bola-bola tenis.

Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka. Kemudian saya bangun untuk mengusir mereka. Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit, ternyata penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri yang telentang di atas dipan. Anehnya, hal yang musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis malah langsung mengusir anak-anak tersebut hingga akhirnya mereka menghilang. Setelah itu, saya terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih terbaring di atas dipan.

Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya bertambah yakin dengan kebenaran petunjuk di dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut, membuat penulis ingin mengulanginya kembali.

Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun saya melakukan prosesi yang serupa. Hingga sampailah ketika saya sedang asyik dengan dzikiran, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan orang-orang tinggi besar.

Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai flafon. Tubuhnya yang tinggi besar ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka juga hanya dibungkus dengan cawat putih, dengan mata sebesar bola pingpong berwarna merah.

Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang menyala. Dalam hati penulis berpikir, “Pasti mereka adalah orang tua dari anak-anak yang malam Jum’at sebelumnya menggangguku. Tentu orang tua mereka menuntut balas padaku!”

Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit dari tidur. Aneh, sama seperti kejadian sebelumnya, tubuh penulis ketinggalan di atas dipan. Namun saya tidak menghiraukan hal tersebut. Dengan gigih saya membalas serangan mereka dengan menangkap lemparan obor-obor mereka. Setelah berhasil saya tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah mereka.

Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka selalu bisa menghindari lemparan penulis. Hingga, pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat Qursyi. Kemudian melempar obor api itu dengan sekuat tenaga. Akhirnya, terdengar lengkingan panjang. Merekapun menghilang.

Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!

Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka pada malam Jum’at berikutnya, penulis mengulang lagi amalan tersebut diatas. Namun kejadian kali ini sungguh luar biasa bagi penulis yang waktu itu belum pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak mengerti kejadian apa yang sedang penulis alami.

Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan tubuh saya dapat naik dan berputar-putar seperti spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok ke bawah, maka saya dapat melihat tubuh sendiri yang masih telentang dengan posisi tangan bersedekap seperti orang shalat.

Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi di saat yang sama ada kenikmatan luar biasa yang belum pernah penulis rasakan seumur hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis sempat melewati bintang-bintang dengan aneka warna yang sangat indah. Setelah itu, barulah penulis ingat akan tubuhku yang masih tertinggal di bumi, tepatnya di atas dipan.

Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam perjalanan menuju ke alam kematian. Alangkah enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa sewaktu ruhnya mau keluar dari raga. Tetapi yang saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan yang luar biasa.”

Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini, penulis teringat kedua orangtua. Mereka mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak sebagaimana saudara-saudara penulis yang kuliahnya berhenti di tengah jalan. “Lantas, kalau aku mati, pupuslah harapan mereka!” Batin penulis. Karena itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau mati saat itu. Ya, penulis ingin kembali ke dunia!

Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai terlonjak. Saya pun lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak didengar oleh para tetangga, maka saya pun menutup mulut dengan bantal.

Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi tersebut. Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak bisa kembali lagi dan mati, untuk kemudian dikubur. Padahal bisa jadi, saat itu saya belum semestinya mati.

Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu dengan seorang yang ahli dalam ilmu Hikmah. Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang berderajat Waliyullah yang kebetulan bertemu dengan penulis di kampung Karang Tengah, Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa sebenarnya kejadian yang saya alami itu bukan menuju alam kematian, tetapi menuju suatu tempat dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan ilmu laduni.

Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa orang yang mengamalkan 4 ayat terkahir surah Al-Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan. Tapi orang yang mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya harus mempunyai pagaran badan yang kuat agar tidak diganggu makhluk gaib sewaktu ruh atau sukmanya meninggalkan badan.

Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak melakukan meraga sukma untuk beberapa waktu. Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan agar kalau sedang meraga sukma tidak akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Amalan untu pagaran badan ini berupa puasa selama 7 hari, serta wirid selama 7 malam berturut-turut.

Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran badan, penulis diajak meraga sukma oleh guru. Setelah itu penulis dengan mudah melakukan meraga sukma berkat mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi.

Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni sendiri. Semoga ada hikmahnya. Pesan saya, jangan sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa bimbingan seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.


Sumber:

https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000000869054/meraga-sukma/4