Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

28 May 2024

Pertanyaan Dahsyat

 Ada beberapa pertanyaan....

  1. Sebutkan satu yang tiada duanya,
  2. Dua yang tiada tiganya,
  3. Tiga yang tiada empatnya,
  4. Empat yang tiada limanya,
  5. Lima yang tiada enamnya,
  6. Enam yang tiada tujuhnya,
  7. Tujuh yang tiada delapannya,
  8. Delapan yang tiada sembilannya,
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya,
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya,
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya,
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya.
  14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
  15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
  16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
  17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
  18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
  19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
  20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
  21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
  22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?"
Tanpa melihat jawaban dibawah, coba tebak apa jawabannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

  1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
  2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami)." (Al-Isra':12).
  3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika me-negakkan kembali dinding yang hampir roboh.
  4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al- Qur'an.
  5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
  6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ke-tika Allah SWT menciptakan makhluk.
  7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang." (Al-Mulk:3).
  8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,"Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka." (Al-Haqah: 17).
  9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu'jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang
  10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah ke-baikan. Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluhkali lipat." (Al-An'am: 160).
  11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
  12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu'jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, "Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air." (Al-Baqarah: 60).
  13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
  14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, "Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menying-sing. " (At-Takwir:18).
  15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
  16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf,yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,"Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala." Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepadamereka," tak ada cercaaan ter-hadap kalian." Dan ayah mereka Ya'qub berkata, "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
  17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai." (Luqman: 19).
  18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
  19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, "Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim." (Al-Anbiya': 69).
  20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
  21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar." (Yusuf: 28).
  22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.

26 November 2021

Tahapan Menembus Dimensi Alam Jin


Banyak orang yang ingin menembus alam jin, atau mengundang mereka. Ternyata, untuk mewujudkan impian ini bukanlah pekerjaan mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus kita kuasai, sebelum kita memulai ritual memembus alam jin. Seperti apakah itu…?

Budaya hidup yang Hedonis yang menitikberatkan pada kepuasaan materi, pada akhirnya turut menggiring manusia untuk selalu mengedepankan rasionalitas dalam ukuran akal semata. Pemahaman ilmu batin atau keparanormalan menjadi terabaikan, sebab bidang ilmu ini dianggap tidaklah memenuhi ukuran aspek materialistik. Akibatnya, adat leluhur kian terkikis, bahkan cenderung dilupakan. Norma-norma ajaran nenek moyang, misalnya saja ajaran para Wali, sudah mulai pudar dan dianggap usang.

Seiring dengan terjadinya kecenderungan itu para ahli khoarik, pertapa dan ahli batin lainnya mulai sulit dicari. Hal ini memang seiring dengan perkembangan zaman yang lebih terfokus pada hal yang bersifat teknologi, iptek, ata sayen. Sementara aspek-aspek keilmuan di luar itu hanya dianggap takhyul, atau bahkan dongeng isapan jempol.Kendati demikian, sebentuk keyakinan masih tetap saja muncul di hati para pencari ilmu bersifat batiniah. Mereka masih punya rasa percaya diri untuk mencari suatu kemaslahatan tentang ilmu Allah SWT, dalam mengarungi kebesaranNya lewat kehidupan makhluk tak kasat mata.

Hanya saja dalam merilis ilmu supranatural di zaman sekarang memang tak semudah seperti yang kita bayangkan. Walau dalam kenyataannya banyak jasa paranormal yang memberikan layanan khusus seputar ilmu supranatural, namun semuanya lebih terfokus kearah produk jadi atau instan, bukan mengarah ke jalur olah batin yang pada intinyab mengajarkan bagaimana kita bisa dekat dengan mereka, para makhluk yang ada dalam di mensi lain.

Lewat pemahaman ahli Al-Hikmah, sesungguhnya di zaman melinium akhir seperti sekarang ini, amatlah sulit mencapai puncak keberhasilan dalam mengolah batin secara akurat. Mengapa? Sebab di samping kita hidup di era yang penuh akan godaan duniawi yang stiap saat selalu kita lihat dan begitu memikat, di sisi lainnya faktor penghayatan terhadap ilmu juga semakin kurang menunjang. Contoh kasus paling rumit sepeti susahnya mencari guru spiritual. Ditambah lagi sulit mencari tempat-tempat yang sepi dan tenang untuk berkhalwat, sebab kini hampir semua tempat sudah mulai ramai, sehingga ketenangan batin kita mudah terganggu karenanya.

Dalam hal keyakinan, semangat dan penghayatan dalam hal ilmu supranatural di masa kini semakin dangkal, bahkan cenderung dianggap remah. Padahal, inilah salah satu faktor penentu dalam menapaki ilmu bersifat kebatinan, yang pada akhirnya seringkali gagal di tengah jalan.

Sebagai suatu pemahaman, kunci dasar untuk bisa menguasai bermacam sifat supranatural terdiri dari tiga bagian, yaitu: semangat dan keyakinan, guru pembimbing, dan pengontrolan hati.


SEMANGAT DAN KEYAKINAN

Untuk memulai menjadi seorang suprantural, kita dituntut agar terus bersemangat secara alamiah tanpa ada perasaan terbebani maupun keterpaksaan. Makna semangat dan keyakinan ini terbagi menjadi dua hal, yakni yang keluar dari pikiran atau kemudian menjelma menjadi semangat, dan yang keluar dari sifat hati yang kemudian berwujud menjadi keyakinan.

Semangat yang berada dalam pikiran biasanya hanya ada di permukaan atau dzohir saja, dan seterusnya akan menjadi suatu kegagalan, jika hal ini tidak dilandasi dengan adanya keyakinan yang kuat dalam hati sanubari kita. Sebagai contoh, kita disuruh menjalankan puasa dan wiridan selama 7 hari berturut-turut. Jika kita hanya punya semangat tapi tidak punya keyakinan, maka kita akan ragu dan selanjutnya kegagalanlah yang kita hadapi. walnya kita memang bersemangat, namun setelah menjalani dua malam berturut-turut dan kelelahan serta kejenuhan mulai terasa, maka seketika pikiran kita menjadi kacau, rasa capek, malas, takut, lapar dan lain sebagainya akan mudah mempengaruhi organ tubuh kita sehingga niat membatalkan puasa ini akan mudah sekali kita jumpai.

Sedangkan “semangat yang keluar dari sifat hati” atau keyakinan, biasanya akan terus dijaga oleh seorang supranaturalis sejati. Sebab, rasa tanggungjawab untuk sampai mengakhiri masa ritual lebih diutamakan, sehingga hawa pikiran negative bisa ditutup dengan serapat-rapatnya.


GURU PEMBIMBING

Dalam memahami ilmu supranatural, guru pembimbing sangat berperan dalam menentukan suatu keberhasilan ilmu bagi anak didiknya. Disamping sang guru bisa mengarahkan tentang sebuah arti keyakinan, sang guru juga bisa memberi kesemangatan secara akurat sehingga sang murid akan mudah mengikuti jejak atau ajaran-ajarannya.


PENGONTROLAN HATI

Bila seorang supranatural sudah bisa memahami tentang makna semangat, keyakinan dan penghayatan ilmu yang diberikan lewat bimbangan guru spiritualisnya, maka sang supranaturalis tadi tinggal mengolah keyakinannya sendiri dengan terus mengontrol kepekaan hati sehingga apa yang diinginkannya akan mudah tercapai.

Nah, sebagai penghayatan yang lebih luas tentang seputar ilmu supranatural, berikut ini Penulis akan membeberkan rahasia menembus dimensi alam jin. Hanya saja, dalam pembedaranya nanti, penulis akan memaparkan lewat tahapan demi tahapan. Maksudnya tiada lain agar bagi mereka yang suka akan dunia mistik, bisa dengan mudah memahaminya. Seperti apakah tahapannya? Inilah uraian selengkapnya…:

Lewat pemahaman yang disarikan dari kitab Manba’u Usulul Hikmah Bimuallif, karangan Imam Ali Albuny, diterangkan sebagai berikut:

Bahwa setiap manusia yang menginginkan berjumpa atau masuk ke alam bangsa jin, maka dia harus bisa melewati dua alam terlebih dahulu, yaitu: Alamul Ahmar dan Alamul Abdul Jumud.

Di samping hal tersebut, kita juga harus bisa memahami tentang pintu-pintu gaib yang bakal kita tempuh atau kita lalui. Mengapa? Sebab, sedikit saja kita salah jalan, bukan bangsa jin (dalam hal ini yang dimaksud adalah Jin Muslim-Pen) yang bakal kita temui, melainkan bangsa alam lain yang samar-samar dan tak kasat mata. Walhasil, bukan keinginan kita yang akan tercapai, melaikan kefatalan dan tipu muslihat dari bangsa gaib yang menyesatkan itu yang akan kita terima.

Mengenai arti alam sendiri, jauh-jauh para ulama sudah menuliskannya di beberapa kitab. Salah satunya seperti pendapat dari Imam Bujeremi, dalam kitabnya “IQNA”. Imam Bujeremi menuliskan beberapa tingkatan alam yang terdiri dari makhluk tak kasat mata, dimulai dari alam manusia, Ahmar, Abdul Jumud, Ahyar, Jin, Azrak, Khoarik, Thurobi, Barri, Adli, Sama’, Majazi, Malaikat, Jabarut, Qolam, dan Arsy.

Nah, dari kehidupan makhluk-makhluk yang berada di alamnya masing-masing, manusia bisa saja menemui atau menembus ke salah satu alam yang diinginkan bila manusia itu sendiri memang sudah cukup ilmu dan pengetahuan untuk menembusnya.

Mari kita kembali ke tahapan menembus dimensi alam jin. Lewat pembedaran yang sama dari kitab “Manba”u Usulul Hikmah”, dijabarkan bahwa siapapun orangnya bisa menembus dimensi alam jin apabila manusia itu sendiri sudah menguasai dua alam sebagai tingkatan alam dibawahnya, yakni alam Ahmar dan alam Abdul Jumud.

Alam Ahmar: Sebuah alam yang dihuni jutaan makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi dan lautan. Ahmar juga disebut dengan istilah “Bangsa Lelembut” yang masih keturunan dari bangsa manusia lewat silsilah Anfus, anak dari Nabiyullah Syiet, yang diturunkan lewat zaman sanghiyang. Yang termasuk ke dalam golongan penghuni Alam Ahmar ini adalah: Nyi Roro Kidul, Dewi Lanjar, dan seluruh wadya balanya.

Abdul Jumud: Sebuah alam yang dihuni oleh bangsa makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi, batu dan pepohonan. Abdul Jumud disini disebut juga dengan istilah “Dedemit”. Mereka juga masih keturunan bangsa manusia dari zaman Togog. Contohnya seperti: Kuntilanak, Memedi, Perkayang dan lain sejenisnya.

Nah, untuk bisa menguasai kedua alam ini, di setiap akan ritual menembus dimensi alam jin, siapkan sesaji berupa: bunga setaman, melati, mawar dan kelapa hijau. Hal seperti ini ditunjukkan untuk menghormati bangsa Ahmar sebagai wasilah jalannya.

Sedangkan untuk melewati alam bangsa Abdul Jumud disarankan agar membakar madat apel jin di awal mau memulai ritual. Niscaya bangsa Abdul Jumud ini akan paham dan tidak mengganggu prosesi ritual yang kita jalankan.

Untuk membuka pintu alam jin sendiri, salah satu rituanya adalah dengan menaburkan terus kemenyan putih yang sudah dihaluskan secara terus menerus. Hanya saja dalam pengenalan menembus alam jin harus sangat hati-hati. Terutama siapa nama dari jin itu sendiri yang akan kita temui.

Di sisi lain, kita sebagai manusia haruslah tahu, kapan waktunya kita menjalankan ritual, dengan ayat apa kita memanggil, lewat pintu mana kita masuk, dan permohonan apa yang kita inginkan. Sebab bangsa jin tidak seperti bangsa manusia pada umumnya. Mereka selalu memakai aturan dan tatakrama yang penuh akan kedisiplinan. Mereka juga bisa dikatakan sangat temperamental dan mudah tersinggung apabila kita bangsa manusia tidak bisa memahami watak dari sifat mereka.

Sebagai suatu kewaspadaan, bangsa jin disini terbagi menjadi dua golongan, yaitu Abyad dan Aswad (Jin Putih/Muslim dan Jin Hitam/Kafir). Di samping itu bangsa jin terdiri dari empat sifat perilaku, tergantung dari alam yang ditempatinya, yakni: tanah, air, bangunan, dan awang-awang (angkasa).

Dari empat sifat yang menjadi tempat tinggal mereka, semua mempunyai perbedaan dalam menerima kita manusia, baik dari segi pemanggilan, ayat atau amalan yang dibaca, maupun sesaji ritual yang disajikan untuk mereka.

Apabila kita tidak memahami secara mendetil tentang ritual untuk menembus ke alam mereka, golongan bangsa Jin Hitam atau Jin Kafir-lah yang akan berperan untuk menemui kita dengan seribu tipu daya yang menyesatkan. Misalnya saja, kita akan diming-imingi kekayaan, harta karun, bisa menarik pusaka dan lain-lain perkara musykil yang tidak bisa diterima akal.

Intinya, pikiran kita akan terus dicecoki oleh bermacam hayalan yang menggiurkan. Ucapan kita jadi ngelantur, mudah emosi, mudah tersinggung, senang menutup diri dalam kamar, suka melamun dan tidak menerima akan nasehat apapun dari orang lain.

Bukan hanya itu saja, golongan jin hitam atau Jin Kafir juga akan terus menjumpai kita dengan taktik berupa kelembutan, serta berperan dalam kebaikan, seperti halnya figure guru gaib yang benar-benar mau mengajarkan seluruh ilmunya kepada kita. Nah, bila sudah seperti ini jadinya, kita sudah melenceng jauh dari jalan yang sebelumnya kita harapkan. Lebih fatal lagi, kita bisa melenceng dari akidah beragama (Islam)

Sekedar tips, apabila dalam suatu ritual yang kita jalani selama ini, seringkali didatangi makhluk-makhluk dari dimensi lain, maka cobalah perhatikan kedatangan mereka. Apabila makhluk lain alam ini datang menjumpai kita dari arah depan, belakang, samping kanan atau kiri, maka janganlah digubris kedatangannya. Sebab cara kedatangan mereka seperti itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka berasal golongan bangsa jin hitam atau Jin Kafir.

Kitab Manba’u Usulul Hikmah sendiri mengupasnya, “Jangan sesekali Anda percaya akan tipu muslihat dari beragam makhluk gaib yang datang dari arah empat penjuru. Sesungguhnya, hanya satu arah yang mereka lewati sebagai teman kita yang benar, yaitu lewat arah atas.”

Lewat pembedaran salah satu tahapan ini, tentu diharapkan akan bisa menjadi bahan intropeksi kita bersama, bahwa sejatinya tidak ada ilmu yang bersifat instant dimuka bumi ini, kecuali kita sendiri mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menguasainya.

Nah, untuk tahap terakhir dalam menembus dimensi alam jin, pelajarilah ayat-ayat,ajian, atau amalan pemanggilan secara matang. Sebab, kesemuanya itu akan menentukan suatu pilihan kita untuk bisa memilih, siapa (maksudnya bangsa jin-Pen) yang akan kita temui kelak.

Sebagai bahan dasar, pelajari arti, naktu, huruf, angka, rujukan dan dari mana sumbernya. Bisa juga lewat rahasia huruf Abajadun. Sebab rahasia huruf, Abajadun, memuat 99 keistimewaan, yang mana salah satunya termasuk dari rahasia alam jin itu sendiri. Seperti contoh, huruf Alif yang mempunyai angka 1. Penjaga dari huruf Alif ini adalah malaikat bernama Tholthobausin, dari bangsa gaibnya bernama Ahmar. Ayat dari Alif sendiri adalah Al-Quddus. Dari bangsa gaib yang bernama Ahmar ini sudah jelas masuk dalam katagori huruf Alif.

Jadi pada intinya, apabila kita ingin menembus alam Ahmar atau alam lelembut, maka perbanyaklah dengan membaca ayat Al-Quddus, untuk bilangan angka 1 yang terdapat dalam huruf Alif. Hal itu menunjukkan nama yang dituju, seperti nama Ibu Ratu Kidul jatuh pada naktu: Ya Adzim. Bila ingin memanggil beliau, gabunglah dua asma’ Ahmar dan dan nama Ibu Ratu: Al-Quddus Ya Adzim…dan seterusnya.

Sumber:
https://mystys.wordpress.com/2008/05/13/tahapan-menembus-dimensi-alam-jin/


Rahasia Meraga Sukma

 Oleh: Kumara Qulmi

Banyak orang yang ingin mengusai Ilmu Meraga Sukma. Bagaimanakah rahasia yang sebenarnya? Benarkah Meraga Sukma hanya bisa dilakukan dengan metode tirakat atau dengan meminta bantuan jin…?

Anda mungkin pernah mendengar cerita seseorang berilmu tinggi, yang mampu mengunjungi familinya hanya dengan berkonsentrasi. Atau, Anda mungkin pernah menonton film yang berkisah tentang seorang pendekar yang bertarung dari jarak jauh dengan “tubuh halus”-nya dengan pendekar yang menjadi lawannya. Hal semacam itu merupakan ciri dari seorang yang memiliki Ilmu Meraga Sukma, yang memang dapat dipergunakan untuk melepas sukmanya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Proyeksi Astral, Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, Out of Body Experience, bahkan Astral Projection, adalah suatu proses pelepasan sukma dari raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata.

Apakah meraga sukma diperbolehkan dalam syariat Islam? Marilah kita baca firman Allah SWT ini, “Seluruh jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman:33).

Penjelasannya bahwa Allah Azza Wa Jalla telah memberikan suatu fasilitas dalam tubuh manusia untuk melakukan perjalanan ke penjuru langit dan bumi secara fisik (teknologi: ilmu pengetahuan) dan non fisik (energi: sukma) jika memang manusia itu memiliki kekuatan atau kemampuan.

Perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.

Sukma atau jiwa adalah kemampuan manusia yang bersifat kasat mata, gaib, atau metafisika. Sedangkan sukma atau jiwa ini sangatlah kompleks yang terdiri dari beberapa sub-sub penyusun.

Salah satu dari sub-sub tersebut adalah kemampuan Bawah Sadar atau orang ada yang menyebutnya ESP (Extra Sensory Perception), atau juga disebut Indera Keenam. Kemampuan Bawah Sadar inipun sebenernya kompleks juga. Hanya yang pasti, kesemuanya ini jelas merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, sejak dia lahir dengan sifatnya yang khas.

Sifat khas dari kemampuan Indera Keenam ini adalah kemampuan sensoriknya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan sifat uniknya ini maka Indera Keenam mampu melakukan aktivitas “antar dimensi” atau Transdimensi.

Juga mungkin difahami secara sederhana, apa yang disebut sukma atau jiwa ini dapat dianalogikan sebagai perangkat lunak (software) pada komputer. Kita tahu bahwa software sendiri terbagi dalam beberapa klasifikasi sesuai kebutuhan penggunanya.

Jika dalam software komputer dikenal yang namanya Operating System sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas komputer maka, dalam jiwa atau sukma kita pun ada komponen yang berfungsi sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas hidup kita yang dalam bahasa Qur’an disebut sebagai QALBU

Jadi sebenarnya kegiatan melepas sukma bukan membuat tubuh kita menjadi kosong tanpa ada roh yang mengisinya. Mengapa? Karena sebenarnya kita bukan “MELEPASKAN” sukma tapi mendayagunakan kemampuan Extra Sensorik kita untuk melakukan penjelajahan antar dimensi

Proses melepas sukma hanya memanfaatkan kemanpuan otak yang kompleks. Tidak seperti yang diperkirakan orang yang menyangka melepas sukma adalah berupa sinar dan saudara empat lima pancer. Hal ini jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Otak manusia adalah suatu organ tubuh yang sangat luar biasa dan teramat kompleks. Seperti kita ketahui otak manusia terbagi-bagi menjadi banyak sekali bagian yang masing-masing mengatur suatu fungsi sistem tubuh manusia, seperti ada yang khusus mengatur syaraf sensorik, lalu ada yang mengatur khusus untuk syaraf motorik, dan lain-lain. Dan salah satu fungsi penting di dalam otak, ada suatu bagian otak yang mempunyai tugas sebagai “pengawas”, yaitu mengawasi seluruh kerja tubuh kita sehingga berjalan dengan semestinya. Nah, bagian otak ini terus-menerus bekerja walau kita tertidur pulas. Buktinya adalah walau kita tidur pulas sekali, bagian tubuh seperti jantung terus memompa darah dari dan ke seluruh tubuh, atau paru-paru yang terus menghisap oksigen dan melepas CO2, dan lain-lain. Tanpa bagian otak ini tubuh kita akan tidak dapat berfungsi ketika kita tidur sehingga akibatnya kita bisa mati, karena kegagalan fungsi tubuh.

Salah satu bagian otak yang penting lainnya adalah suatu bagian otak yang bertugas untuk menganalisis setiap pesan sensorik yang diterima tubuh lalu dikirim dalam bentuk neurotransmitter ke otak, seperti dari mata, sehingga kita bisa melihat, dari kulit sehingga kita bisa merasai sakit ketika kita tertusuk duri, dari telinga sehingga kita bisa mendengar, dan lain sebagainya. Bagian otak ini sangat penting bagi manusia karena jika bagian otak ini tidak berfungsi dengan baik maka kita tidak akan bisa melihat, mendengar, merasakan, membaui, dan lain-lain. Walaupun mata, telinga, kulit, dan hidung kita normal tidak ada yang rusak sama sekali, namun jika bagian otak tadi rusak maka tidak akan ada artinya sama sekali.

Jika kita bisa memfungsikan dua bagian otak di atas secara maksimal, maka kita akan bisa melepas sukma. Caranya adalah kita harus bisa membuat kesadaran otak kita tetap terjaga, walau tubuh kita tertidur pulas sekali. Dengan menjaga kesadaran otak yang penuh ketika kita tidur, maka ketika kita tidak lagi merasakan tubuh (tidak bisa menggerakkan/ merasakan tubuh kita sama sekali tapi kita masih sadar sepenuhnya), maka pikiran kita ini bisa “melayang-layang” kemana-mana, pergi ke manapun yang kita mau dengan bebas seakan-akan kita sudah bangun.

Suatu hal penting yang perlu ditegaskan adalah kemampuan melepas sukma ini adalah murni kemampuan memanipulasikan kemampuan otak, bukan roh. Jadi kalau kita mengganggap melepas sukma adalah melepas nyawa atau roh, hal ini jelas sama tidak benar. Buktinya adalah kita masih bisa bebas balik lagi ke tubuh wadag kita, tanpa ada hal-hal yang aneh. Bayangkan, kalau roh tentu kita tidak bisa balik lagi ke tubuh wadagnya, kecuali atas izin Allah SWT dalam kasus yang yang spesifik dan langka sifatnya.

Orang yang ingin melepas sukma harus memiliki energi tubuh yang cukup besar supaya mampu melontarkan sukma ke luar raga, dan dipergunaskan untuk proses perjalanan luar tubuh. Orang itu harus mengetahui teknik melepas sukma untuk dilatih dengan disilpin dan kontinyu.

Seorang teman Misteri pernah mengajarkan sebuah buku petunjuk latihan metoda Chikung yang berisi berbagai teknik latihan indra ke-6 dengan pernafasan murni. Salah satunya metoda melepas sukma dengan metoda rileks, dibarengi pernafasan tertentu untuk melepaskan sukma yang dinamakan Meditasi Levitasi Pikiran. Metoda ini sangat aman dan efektif untuk dilakukan pemula. 

Berikut caranya:

  1. Anda berbaring di lantai dengan nyaman. Tangan diletakkan di samping tubuh dengan jempol dan telunjuk saling bersentuhan. Pejamkan mata dan taruh lidah di langit-langit.
  2. Anda lakukan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut dengan aturan nafas:

  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 50% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 90% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 1% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan 100% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuannya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 30% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuanya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 20% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semuanya.

3. Anda bernafaslah alami selama 5 menit dan akhiri dengan meditasi.

4. Anda membuka mata dan niatkan untuk meraga sukma. Setelah itu biarkan tubuh Anda rilaks dan tetap berbaring sambil tidur-tiduran sampai Anda memasuki kondisi sangat relaks atau setengah tidur. Sebab pada saat itu Anda mengalami sensasi seperti berputar atau gerakan energi dari dalam tubuh yang ingin keluar. Apabila tubuh Anda menjadi dua maka Anda tinggal mengendalikan “tubuh halus” alias sukma untuk berjalan-jalan.


Teknik meraga sukma metoda Meditasi Levitasi Pikiran Chi Kung ini sangat aman dan efektif. Anda yang melakukan tahapan latihan dengan benar manpu melepas sukma hanya beberapa kali latihan saja. Apabila Anda ingin mengembalikan “badan halus” alias sukma hanya tinggal meniatkan menarik sukma masuk tubuh dan membuka mata Anda.

Sesungguhnya, apa yang disebut sebagai Ilmu Meraga Sukma hanya memanfaatkan pontesi otak untuk menproyeksikan dan melevitasikan pikiran untuk keluar tubuh. Prosesnya membutuhkan bantuan energi tubuh besar yang bisa dirangsang dengan motada pernafasan tertentu.

Perlu dikatahui, dalam penguasaan melepas sukma ini banyak sekali orang yang memakai metoda tirakat yang biasanya meminta bantuan jin. Metoda bantuan jin ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara syariat Islam karena kita telah berkolaborasi dengan jin yang dilarang Allah untuk berhubungan dengan jin (Baca QS. Al-Jin:9).

Selain itu, metoda tirakat kolaborasi dengan jin jelas sekali memiliki efek-efek negatif secara medis. Sebagai contoh, si jin hanya membantu menproyeksikan dan melevitasikan pikiran keluar tubuh dengan merekayasa sistem syaraf otak kita, sehingga potensial bisa mengganggu sistem syaraf kita jika saja kita tidak kuat dan sungguh-sungguh telah siap.

Metoda teraman dan terefektik adalah dengan memanfaat pontesi tubuh manusia sendiri, yakni hanya dengan meningkatkan kapasitas energi tubuh supaya mampu menlontarkan sukma keluar tubuh, dan melakukan proses perjalanan luar tubuh. Tentunya membutuhkan latihan yang intensif dengan jangka waktu tertentu.

MERAGA SUKMA DENGAN AMALAN SURAH AL-KAHFI

Jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempol semata….

Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini terdiri dari 30 juz, 114 surah, yang isi kandungannya menyelimuti seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Ada masalah Tauhid, hukum, ilmu pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin atau kisah orang-orang shaleh yang begitu gigih dan berani berkorban demi mempertahankan iman kepada Allah SWT. Salah satunya adala kisah para pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as, di masa pemerintahan raja Dikyanus (Dicius). Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi. Kisah tentang mereka terdapat dalam Surah Al-Kahfi.

Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga diceritakan tentang Nabi Musa as yang disertai salah seorang muridnya mencari Nabi Khidir as dipertemuan dua arus laut untuk belajar ilmu gaib, namun sayang Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba ilmu tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika seseorang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu minggu sesudahnya.

Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi yang telah membuktikan kebenarannya.

Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam. Ketika itu, saya masih kuliah di salah satu perguruan Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai mahasiswa, saya amat suka membeli dan membaca buku, baik yang berhubungan dengan mata kuliah, maupun buku-buku yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau buku-buku ilmu hikmah.

Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan amalkan adalah Kitab Mujarabat. Saya pernah mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya yang bernama Syekh Abdul Wahid, namun saya tidak berhasil untuk bertemu dengan khodam tersebut.

Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang terjadi?

Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda ingin bertemu dengan ruh diri Anda sendiri, atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir surat Al-Kahfi sebanyak 160x. Diceritakan bahwa amalan ini pernah diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman Belanda.

Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi oleh ruh dirinya sendiri yang mengatakan bahwa dia sebentar lagi akan dibebaskan dari penjara. Tidak lama kemudian, orang tersebut benar-benar dibebaskan dari penjara.

Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi. Waktu itu, kebetulan saya tinggal sendiri dikos-kosan. Dengan demikian saya bisa membuat persiapan yang dibutuhkan dengan matang. Seperti menyediakan hio cap buah Tao, serta puasa hari kamis. Malam Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di atas susuai dengan petunjuk yang ada dalam Mujarobat.

Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan amalan tersebut. Namun, Alhamdulillah, penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu, saya membakar hio kemudian berbaring di atas dipan. Posisi tubuh telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada seperti orang shalat sambil berdzikir.

Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas inisiatif sendiri.

Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa sampai suatu ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran anak-anak kecil berusia lima tahunan. Mereka melempari tubuh penulis dengan bola-bola tenis.

Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka. Kemudian saya bangun untuk mengusir mereka. Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit, ternyata penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri yang telentang di atas dipan. Anehnya, hal yang musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis malah langsung mengusir anak-anak tersebut hingga akhirnya mereka menghilang. Setelah itu, saya terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih terbaring di atas dipan.

Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya bertambah yakin dengan kebenaran petunjuk di dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut, membuat penulis ingin mengulanginya kembali.

Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun saya melakukan prosesi yang serupa. Hingga sampailah ketika saya sedang asyik dengan dzikiran, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan orang-orang tinggi besar.

Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai flafon. Tubuhnya yang tinggi besar ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka juga hanya dibungkus dengan cawat putih, dengan mata sebesar bola pingpong berwarna merah.

Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang menyala. Dalam hati penulis berpikir, “Pasti mereka adalah orang tua dari anak-anak yang malam Jum’at sebelumnya menggangguku. Tentu orang tua mereka menuntut balas padaku!”

Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit dari tidur. Aneh, sama seperti kejadian sebelumnya, tubuh penulis ketinggalan di atas dipan. Namun saya tidak menghiraukan hal tersebut. Dengan gigih saya membalas serangan mereka dengan menangkap lemparan obor-obor mereka. Setelah berhasil saya tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah mereka.

Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka selalu bisa menghindari lemparan penulis. Hingga, pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat Qursyi. Kemudian melempar obor api itu dengan sekuat tenaga. Akhirnya, terdengar lengkingan panjang. Merekapun menghilang.

Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!

Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka pada malam Jum’at berikutnya, penulis mengulang lagi amalan tersebut diatas. Namun kejadian kali ini sungguh luar biasa bagi penulis yang waktu itu belum pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak mengerti kejadian apa yang sedang penulis alami.

Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan tubuh saya dapat naik dan berputar-putar seperti spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok ke bawah, maka saya dapat melihat tubuh sendiri yang masih telentang dengan posisi tangan bersedekap seperti orang shalat.

Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi di saat yang sama ada kenikmatan luar biasa yang belum pernah penulis rasakan seumur hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis sempat melewati bintang-bintang dengan aneka warna yang sangat indah. Setelah itu, barulah penulis ingat akan tubuhku yang masih tertinggal di bumi, tepatnya di atas dipan.

Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam perjalanan menuju ke alam kematian. Alangkah enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa sewaktu ruhnya mau keluar dari raga. Tetapi yang saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan yang luar biasa.”

Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini, penulis teringat kedua orangtua. Mereka mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak sebagaimana saudara-saudara penulis yang kuliahnya berhenti di tengah jalan. “Lantas, kalau aku mati, pupuslah harapan mereka!” Batin penulis. Karena itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau mati saat itu. Ya, penulis ingin kembali ke dunia!

Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai terlonjak. Saya pun lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak didengar oleh para tetangga, maka saya pun menutup mulut dengan bantal.

Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi tersebut. Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak bisa kembali lagi dan mati, untuk kemudian dikubur. Padahal bisa jadi, saat itu saya belum semestinya mati.

Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu dengan seorang yang ahli dalam ilmu Hikmah. Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang berderajat Waliyullah yang kebetulan bertemu dengan penulis di kampung Karang Tengah, Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa sebenarnya kejadian yang saya alami itu bukan menuju alam kematian, tetapi menuju suatu tempat dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan ilmu laduni.

Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa orang yang mengamalkan 4 ayat terkahir surah Al-Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan. Tapi orang yang mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya harus mempunyai pagaran badan yang kuat agar tidak diganggu makhluk gaib sewaktu ruh atau sukmanya meninggalkan badan.

Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak melakukan meraga sukma untuk beberapa waktu. Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan agar kalau sedang meraga sukma tidak akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Amalan untu pagaran badan ini berupa puasa selama 7 hari, serta wirid selama 7 malam berturut-turut.

Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran badan, penulis diajak meraga sukma oleh guru. Setelah itu penulis dengan mudah melakukan meraga sukma berkat mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi.

Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni sendiri. Semoga ada hikmahnya. Pesan saya, jangan sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa bimbingan seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.


Sumber:

https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000000869054/meraga-sukma/4


17 July 2021

Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)


Catatan "Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)" ini saya sertakan di awal buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU, sebagai Kata Pengantar.

Penerbit Studia Press

ISBN: 9793760575

Sebuah pertanyaan ketika masih remaja, "Siapa sebenarnya iblis itu? Siapa pula setan, jin dan malaikat? Bagaimana proporsi sebenarnya antara manusia, jin, setan, iblis, dan malaikat? Yang diperintahkan bersujud kepada Adam adalah para malaikat, lalu mengapa iblis dihukum karena tidak patuh? Kalau memang iblis juga termasuk yang diperintah, berarti iblis dulunya adalah malaikat!? Pada awalnya Tuhan memang telah menentukan bahwa Makhluk baru bernama Adam akan menjadi khalifah di bumi, maka bukankah terusirnya Adam dari sorga sudah menjadi skenarioNya? Mengapa diperintah berlindung dari Setan, dan bukan dari iblis?"

Dengan berbagai pertanyaan itu, sosok iblis menjadi incaran saya sejak remaja. Namun yang saya dapatkan dari buku hanya sekilas-sekilas dan dogma-dogma tentang tipudaya setan. Maka pencarian terus berlanjut, dan tertuju kepada khasanah kitab-kitab Islam klasik dan situs-situs di internet.

Betapa bahagianya ketika saya bertemu seorang kenalan di Jakarta Selatan yang menunjukkan dan meminjami saya software 2000 Kitab Kuning dari Al-Maktabatusy Syamilah, yang keberadaannya sudah saya ketahui beberapa tahun sebelumnya namun baru berhasil memilikinya. Semoga ridho Allah menaungi perjalanan hidupnya, apalagi sekarang sedang di negeri orang, Madinah Al-Munawwarah.

Keterangan tentang figur Iblis atau Azazil ini banyak disampaikan oleh Ibnu Abbas RA, yang dikutip oleh beberapa penafsir Al-Qur‘an. Lebih mudahnya dapat dicari pada software tersebut, cukup mencari dengan kata kunci 'azâzîl (عَزازِيلُ) maka akan merujuk kepada kitab-kitab yang tersedia.


Beberapa kitab-kitab berikut terdapat penjelasan di dalamnya tentang sosok ‘Azazil:

• Tafsîr Al-Qurthubiy 1:294-295,

• Tafsîr Ath-Thabariy, 1:502-503, 18:39,

• Tafsîr Al-Baghâwiy, 1:81,

• Tafsîr Ibnu Abî Hâtim, 1:93, 5:477,

• Tafsîr Al-Bahr Al-Muhîth, 1:191,

• Tafsîr Al-Khâzin 1:29,

• Tafsîr Al-Lubâb li Ibn ‘Âdil, 1:40,

• Tafsîr Ats-Tsa’alabiy, 1:21,

• Tafsîr Haqqiy, 1:108, 7:380, 12:209,

• Tafsîr Al-Alûsiy 1:272,

• Bahr Al-’Ulûm li As-Samarqandiy, 1:35,40,

• Al-Lubâb fî ‘Ulûm Al-Kitâb 1:229,232,

• Fathul Qadîr li Asy-Syaukaniy 1:73,

• Al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân 4:82-83,

• Syu’ab Al-Îmân li Al-Baihaqiy 1:158,

• Fath Al-Bâriy 6:339,

• Al-Bidâyah wa An-Nihâyah 1:59,62,80,

• Atau pada kamus dan kitab-kitab Mu’jam seperti Ash-Shahâh fî al-Lughah, Lisân al-‘Arab dan Tâj al-‘Arûs pada bab akar kata “Bâ-Lâm-Sîn”.


Kisah berikut adalah resume dari beberapa pencarian tentang sosok iblis dari kitab-kitab tersebut dan dari berbagai sumber lainnya.


PRA PENCIPTAAN ADAM

Sebelum Adam ada, langit dan bumi telah diciptakan jauh sebelumnya. Dari berbagai perbedaan pendapat, paling lama awal kehidupan Adam adalah 6000 tahun sebelum masehi, itu artinya Adam diciptakan 6000 ditambah tahun masehi waktu kita membaca buku ini. Misalnya, sekarang tahun 2008, berarti kira-kira Adam diciptakan 8008 tahun yang lalu. Sedangkan bumi telah ada jutaan tahun sebelum Adam diciptakan.

Sebelum Adam diciptakan, bumi telah dihuni oleh salah satu kabilah Al-Jinn, yaitu salah satu kabilah malaikat yang paling mulia. Dari Wahab ibn Munabbih: Tuhan semesta alam menciptakan api Samûm. Dari api Sammum ini Dia menciptakan Jinn. Samum adalah angin yang sangat panas membakar, atau api yang tidak ada asapnya. Ketika Tuhan menghendaki sesuatu maka terbakarlah satu hijab, dari api yang membakar hijab inilah kabilah jin diciptakan.

Dinamakan Kabilah Al-Jinn karena kabilah ini menjadi khazanah perbendaharaan surga (Khuzzan al-Jannah), untuk itulah disebut Al-Jannah (taman atau surga). Kata “jinn” dan “jannah” memiliki akar kata yang sama. Dan miniatur surga yang paling memenuhi syarat dari kesekian planet di jagad raya adalah bumi. Maka Tuhan memberi mereka bumi untuk tinggal di tempat itu, dan mereka hidup dan beribadah di sana dalam waktu yang lama.

Tersebutlah ia bernama Jann, nenek moyang bangsa jin yang menghuni bumi. Banyaknya ibadah yang ia kerjakan membuat para malaikat merasa kagum, dan berkata kepada Tuhan langit dan bumi, “Wahai Tuhan kami, angkatlah mereka ke langit, sehingga kami mungkin belajar dari mereka dan mengikuti contoh baik mereka”.

Maka Tuhan mengangkat dan mendidik Jann agar men-jadi salah satu diantara para malaikat dan ia hidup dengan mereka di langit pertama, kemudian Jann disebut dengan nama kemalaikatannya yang baru, yaitu Azazil. Sementara kaum jin yang lain —yang masih tinggal di atas bumi— sebagian hidup dalam kebenaran, sedangkan sebagian yang lain menjadi pendosa dan melanggar hukum.

Bumi mulai mengeluhkan mereka kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, apakah Kau ciptakan aku untuk didiami oleh penghuni yang durhaka?”

Tuhan menjawab, “Wahai bumi, bersabarlah, Aku akan mengirimkan para nabi diantara mereka untuk memimpin mereka kembali ke jalan yang lurus”.

Sampai waktu itu tidak ada nabi yang nampak diantara Jinn itu. Lalu Tuhan mengirim kepada mereka 800 nabi dan masing-masing mereka bunuh. Pada akhirnya Tuhan berkata kepada Azazil di langit pertama. Tuhan berkata kepadanya, “Pergilah, Azazil! Pergi dan perangilah mereka yang tak beriman dari kaummu yang tinggal di atas bumi”.

Azazil patuh, turun ke bumi dan memerangi kaum (jinn) yang tak beriman itu, ia menaklukkan mereka, kemudian Tuhan menurunkan api dari langit yang melahap habis mereka, yang tersisa dan dapat menyelamatkan diri ke tengah-tengah samudera. Hanya Jinn yang beriman dan beribadah yang dibiarkan hidup.

Azazil beribadah dengan sangat bersungguh-sungguh hingga ia diangkat ke langit yang pertama, atau menurut satu riwayat, ia telah banyak beribadah di langit pertama hingga ia diangkat ke seluruh tujuh lapisan-lapisan langit dan yang di atasnya.


SANG KEKASIH TUHAN

Dari Hasan Al-Bashri, “Azazil beribadah di tujuh lapisan langit hingga lebih dari 70.000 tahun, sampai ia diangkat ke Maqam Ridwan —ialah maqam yang sangat tinggi, dimana Ridwan menjadi penjaga Surga. Azazil menjadi penjaga Surga sampai ribuan tahun. Suatu ketia ia membaca sebuah prasasti pada salah satu gerbang surga, di situ tertulis:

"Akan ada salah seorang hamba diantara hamba-hamba kekasih Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam jangka waktu yang lama ia akan taat dan menghamba kepada Tuhannya dengan amat baik. Akan datang suatu hari, akhirnya ia akan melawan dan menentang Tuhannya, dan ia akan diusir dari pintu-Nya dan dilaknat”.

Azazil membaca dan heran pada ramalan ini. “Bagaimana mungkin itu terjadi? Bahwa salah satu hamba yang terdekat kepada Tuhan akan durhaka kepada Tuhan semesta alam dan diusir dari kedekatan dan kesucianNya?” ia membela, “Ya Allah, Berilah aku ijin untuk mengutuk penentang itu, siapapun ia”.

Tuhan memberinya ijin, dan Azazil mengutuki pendosa (yang telah diramalkan) itu dalam waktu seribu tahun, tanpa ia tahu bahwa kutukan itu adalah untuk dirinya sendirinya. Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata “hamba” yang tertera pada tulisan di pintu surga itu bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Selama itu pula Azazil menjadi malaikat yang dikenal penduduk surga karena doanya selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil juga melihat dan membaca tulisan yang dibaca oleh Azazil tersebut. Tulisan itu tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, hamba yang diramalkan itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. “Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka”.

Dengan reputasi ibadahnya, Azazil semakin bebas berkelana ke seantero lapisan langit. Tidak ada wilayah langit yang belum dikenalnya. Seluruh malaikat kagum kepadanya. Azazil dikenal sebagai malaikat yang maqbul doanya.

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga seba-gai penghulu para malaikat, bendaharawan surga, malaikat yang paling hebat dalam hal ijtihad dan paling banyak ilmunya, malaikat yang paling terang, malaikat yang paling mulya yang memiliki empat pasang sayap.

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus bermacam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat..." (QS. Fâthir [35]: 1).

Jadilah Azazil sebagai pemimpin malaikat di langit terdekat (samâ’ ad-dunyâ), cakrawala langit yang dapat kita saksikan serta bumi dan isinya diserahkan pengaturannya kepada Azazil. Karena memang ia bertugas mengatur urusan yang termasuk dalam lingkup langit dunia, yaitu makrokosmos yang termasuk juga bumi serta planet-planet lainnya, matahari, seluruh bintang dan galaksi hingga supercluster.

Semua lapis langit dan para penghuninya menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda:

Pada langit lapisan pertama ia berjuluk Al-'Âbid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah. Di langit kedua, julukan Azazil adalah Ar-Râki’ atau ahli rukuk kepada Allah. As-Sâjid atau ahli sujud adalah gelarnya di langit ketiga. Pada langit berikutnya ia dijuluki Al-Khâsyi' karena selalu merendah dan takluk kepada Allah. Karena ketaatannya kepada Allah, langit kelima menyebut Azazil sebagai Al-Qânit. Gelar Al-Mujtahid diberikan kepada Azazil oleh langit keenam, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah. Pada langit ketujuh, ia dipanggil Az-Zâhid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.

Selama 120 tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, yang dengan itu Azazil mulai merasa bangga akan kedudukannya. Kesombongan mulai merasuki diri Azazil. Untuk itu Tuhan hendak menjadikan kesombongan yang tersembunyi dalam diri Azazil menjadi nyata dengan menciptakan makhluk baru yang justru diciptakan dari tanah di bumi yang menjadi wilayah kekuasaan Azazil.


PENCIPTAAN ADAM AS

Tibalah saatnya ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah.

“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di bumi”. Para malaikat berkata: “Mengapa hendak Kau jadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memujiMu dan menyucikanMu?” Tuhan menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Kekhawatiran malaikat ini karena memang sebelumnya telah terjadi pertumpahan darah di bumi oleh bangsa jinn.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah”. (QS. Shâd [38]: 71)

Dalam Bahrul ‘Ulûm li As-Samarqandiy 1:35, disebutkan: Kemudian Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk mengambil tanah di bumi sebagai bahan penciptaan Adam. Namun bumi berkata kepada Jibril: “Atas nama Allah yang telah mengutusmu, jangan kau lakukan! karena aku takut dari tanah ini akan diciptakan makhluk yang banyak durhaka kepada Allah, sehingga aku akan malu kepadaNya”.

Demikianlah argumentasi bumi yang telah lama bersahabat dengan Azazil, sehingga sangat pandai mengolah kata. Bumi menolak perintah Allah dengan bersumpah atas nama Allah, sebuah kalimat kontradiktif yang secara sepintas nampak tawadhu‘ namun terjadi pengingkaran perintah.

Namun karena Jibril di waktu itu tidak terlatih untuk berargumentasi, maka kembalilah Jibril ke hadapan Allah. Dengan rasa sungkan, Jibril menghadap Allah sambil berkata, “Demikianlah yang terjadi, ya Tuhan! Namun jika diperintahkan turun lagi ke bumi, hamba pun akan turun”.

Lalu diutuslah malaikat Mika’il, namun kejadiannya sama dengan Jibril. Begitu pula malaikat Israfil juga tak bisa berkelit dengan argumentasi bumi, hingga Israfil pun juga kembali menghadap Allah. Ini mengisyaratkan bahwa dari bumi akan tercipta dan lahir makhluk yang kedudukannya di sisi Allah bisa melebihi para malaikat.

Lalu diutuslah malaikat Izra’il, dan sebagai kalimat ketundukan sebelum melaksanakan perintah, Izrail memuji Allah dengan kalimat Baqiyatush Shalihah sampai lima kali:


SUBHANALLAH WAL HAMDU LILLAH, WALA ILAHA ILLALLAH

“Maha Suci Allah, segala puji untuk Allah, tidak ada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (izin) Allah”.

Maka turunlah Izrail ke bumi, dan seperti halnya Jibril, Mikail dan Israfil, bumi pun menggertak dengan argumentasi yang hebat. Namun Izrail membalas gertakan bumi dengan berkata, “mâ amarallâh awlâ min qawlik (Apa yang diperintahkan Allah lebih utama dari ucapanmu)”. Lalu Izrail mengumpulkan tanah berwarna merah, kuning, hitam dan putih, lalu dibawa kembali menghadap Allah.

Menurut versi lain, Izrail yang kemudian ditugasi Allah untuk membentuk rupa Adam. Dan karena Izrail yang berhasil membawa tanah sebagai bakal tubuh Adam, maka Izrail yang kemudian akan ditugasi untuk mencabut nyawa Adam dan anak keturunannya, hingga nyawa Izrail sendiri.

Sesungguhnya Kami telah menciptakanmu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, ... QS. Al-A’râf [7]: 11

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan telah Kutiupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kalian kepadanya (Adam) dengan bersujud”.

Lalu bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis, dia tidak termasuk yang ikut ber-sujud, dia membangkang dan menyombongkan diri. (Selengkapnya lihat QS. Al-Baqarah [2]: 30-39; Al-A’râf [7]: 11-25; Al-Hijr [15]: 26-31; Al-Isrâ’ [17]: 61-65; Al-Kahfi [18]: 50-51, Thâhâ [20]: 115-124; dan Shâd [38]: 71-74).

Karena Azazil tidak mematuhi perintah Allah, maka serta merta Allah tidak memanggil dengan nama Azazil lagi, tapi dengan nama barunya, Iblis, karena ia telah berputus asa dari rahmat Allah. Ia menjadi sosok yang diramalkan dan bahkan ia kutuk selama seribu tahun.

“Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk yang (lebih) tinggi?” (QS. Shâd [38]: 75)

Kisah selanjutnya seputar bagaimana argumentasi Iblis atas ketidakpatuhannya untuk bersujud kepada Adam hingga akhirnya Iblis diusir dari surga, dan seterusnya, telah banyak dibahas. Sebagai pelengkap, pada lampiran di akhir buku ini kami sertakan seputar kisah Iblis setelah Adam diturunkan dari surga ke bumi.


NAMA-NAMA IBLIS

Nama 'Azâzîl (عَزازِيلُ) berasal dari bahasa Ibrani 'azaz'el (עזאזל), yang berarti “Tuhan telah menjadi kuat” atau “Tuhan memperkuat” dari kata ‘ãzaz yang berarti “menjadi kuat”, dan ‘el berarti “Tuhan”. (lihat: http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?letter=A&artid=2203 dan http://en.wikipedia.org/wiki/Azazel).

Pertama kali tercatat nama Azazil ini terdapat di Perjanjian Lama Kitab Imamat (Leviticus) Pasal 16 ayat 8, 10 dan 26 —yang telah ada lebih dari 2000 tahun sebelum masa Islam. Dalam Bibel versi King James diterjemahkan dengan “The Scape-goat” bermakna “kambing yang disuruh pergi”, atau dengan perkataan lain “kambing pengangkut dosa”. Dari sinilah asal muasal istilah “scapegoat” atau “kambing-hitam”. Sebagaimana juga posisi iblis atau setan selalu kita tempatkan sebagai kam-bing hitam dari kesalahan yang kita buat sendiri. Ia kita laknat terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam.

Azazil adalah nama yang enigmatik dari naskah-naskah Ibrani dan apokripa, dimana nama Azazil sendiri digunakan kadang tertukar dengan nama Rameel dan Gadriel. Atau dalam pembahasan lain ia disejajarkan dengan Lucifer dan Beelzebub.

Nama Azazil juga sering dikenal dengan berbagai ejaan, seperti: Azazel, Azaziel, Azazyel, Azael, Asael, Aziel atau Asiel. Azazil juga mempunyai beberapa julukan (kunyah), seperti: Abu Murrah, Abu Kurdûs, dan Abû Karûbiyyîn. Kemudian kata Azâzîl dikenal dan dipakai dalam bahasa Arab, sebagaimana nama Jibrîl atau Jibrâ’îl (Gabriel), Mîkâ’il (Michael), Isrâfîl (Raphael), Izrâ’îl (Uriel), Ismâ’îl (Ismael), Isrâ’îl (Israel), yang kesemuanya juga berasal dari bahasa Ibrani (Hebrew).

Bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab dalam lingkup bahasa Semit, sehingga kata ‘azza atau ‘azzaza dalam bahasa Arab juga berarti “kuat” atau “perkasa”, dan salah satu nama Allah pun adalah Al-‘Azîz (Yang Maha Perkasa). Namun oleh Ibnu Abbas dan lainnya, kata Azâzîl dalam bahasa Arab disetarakan dengan kata Al-Hârits (الحارث).


MANUSIA ANTARA SETAN DAN MALAIKAT

Bangsa jin diciptakan oleh Allah dari nyala api (min mârij min nâr), sedangkan malaikat dari cahaya (nûr). Api (nâr) dan cahaya (nûr) dalam bahasa Arab berasal dari akar kata yang sama, yaitu terdiri dari huruf nûn-waw-râ’.

Iblis adalah bapaknya jin, sebagaimana Adam adalah bapaknya manusia. Iblis yang sebelumnya termasuk malaikat yang tercipta dari cahaya (nûr), karena ia berputus asa dari rahmat Allah (dengan tidak mau bersujud kepada Adam) maka diturunkanlah derajat kecahayaannya dari nûr menjadi nâr. Turun tingkat energi (frekuensi)nya namun meningkat pada panjang gelombangnya.

Nûr (cahaya) dan nâr (api), keduanya sama-sama cahaya, hanya berbeda spektrum. Sebagaimana dalam spektrum cahaya yang biasa kita sebut untuk warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Semua warna cahaya yang bisa kita sebut hanya berasal dari tiga cahaya: merah-hijau-biru, yang biasa disebut dalam istilah teknologi warna sebagai RGB (red-green-blue). Warna-warna lain adalah campuran dari dua atau tiga cahaya tersebut dengan proporsi tertentu.

Manusia mempunyai potensi setan dan malaikat. Jika baik, ia bisa melebihi malaikat. Jika buruk, ia bahkan bisa lebih rendah dari setan, serendah-rendahnya (asfala safilin).

Kita hampir sering lupa bahwa kita adalah manusia yang bisa salah dan juga bisa benar. Betapa sibuknya kita menuntut orang lain agar selalu sempurna, selalu baik seperti malaikat. Di saat lain, kita hampir-hampir merasakan nikmat mengutuk sesama saudara yang berbeda aliran, seolah-olah mereka adalah setan.


FASTA’IDZ BILLAH (maka berlindunglah kepada Allah)

Kalimat ta’âwudz (kalimat meminta perlindungan yang biasa kita kenal adalah:

A’ÛDZU BILLÂHI MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

“Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”.

Dalam surah Al-A’râf [7]:200, "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (as-samî’ al-‘alîm)".

Maka redaksi lain dari kalimat ta’âwudz adalah:

A’ÛDZU BILLÂHIS SAMÎ’IL ‘ALÎM, MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan) setan yang terkutuk".

Dari struktur kalimat ta’awudz, kita diperintahkan agar berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Muncullah pertanyaan, “Mengapa dari setan, bukan dari iblis? Bukankah makhluk pertama yang disebut setan adalah Iblis yang asalnya bernama Azazil?”

Dalam beberapa ayat disebutkan persamaan figur antara iblis dan setan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Iblis adalah namanya, sedangkan setan adalah sifat dan perbuatannya. Iblis dari golongan jin, dan setan bisa berasal dari golongan jin dan manusia.

Dalam perintah agar minta perlindungan kepada Allah ini tersirat makna bahwa Iblis jelas lebih banyak dalam hal ilmu, iman, amal sampai ibadah. Bahkan Iblis semasa masih bernama Azazil telah menghuni surga dan seluruh lapisan langit telah ia ketahui dan jelajahi. Maka, hanya Allah yang akan dapat melindungi kita dari tipu daya Iblis.

Namun, dalam struktur kalimat ta’awudz kita tidak diperintahkan untuk berlindung dari Iblis, tetapi dari setan. Siapa setan dan siapa Iblis?

Iblis disebutkan dalam surah Al-Kahfi [18] ayat 50, “kâna minal jinn” (adalah dia (iblis, dulunya) dari golongan jin), termasuk golongan jin, bukan manusia. Iblis adalah nama salah satu makhluk dari bangsa jin. Menurut riwayat Ibnu Abbas, Iblis adalah bapak moyangnya jinn sebagaimana Adam adalah bapak moyangnya manusia.

Dalam surah Al-Jinn [72] ayat 1 sampai 15 banyak kita ketahui informasi kehidupan bangsa jin. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, bangsa jin masih dapat menempati beberapa tempat di langit untuk mendengarkan berita-berita dari para malaikat. Bahwa diantara bangsa jin juga ada yang mengikuti ajaran para nabi dari bangsa manusia sejak Adam hingga Isa, ada yang saleh dan ada yang tidak. Dengan demikian ada sebutan jin muslim dan jin kafir.

Sedangkan setan adalah sifat buruk yang bisa mungkin dimiliki oleh bangsa jin maupun manusia. Kata “setan” (syaythân) berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf Syin-Thâ’-Nûn, yang bermakna “ba’uda” (jauh) dan “khâlafa” (menyalahi, mengingkari). Jadi, siapapun, baik jin atau manusia, jika menjauhkan diri, menyalahi atau mengingkari tujuan penciptaan (yaitu untuk beribadah kepada Allah), maka ia bisa disebut “setan”.

Dalam firman Allah surah Al-An’âm [6] ayat 112 disebut-kan frase “syayâthîn al-ins wa al-jinn” (setan-setan dari golongan manusia dan jin), dan merekalah yang menjadi musuh setiap para nabi. Sehingga pula dalam surah An-Nâs kita disuruh berlindung kepada Allah dari bisikan jahat setan-setan yang tersembunyi (khannâs) yang berasal dari golongan jin dan manusia (minal jinnati wan nâs).

Telah ditegaskan dalam firman Allah QS. Adz-Dzâriyât [51] ayat 56, bahwa jin dan manusia diciptakan untuk ya’budûn (menyembah, mengabdi, beribadah dan menghamba). Jadi, hanya dua jenis makhluk yang diberi kewajiban menyembah atau beribadah, yaitu bangsa jin dan bangsa manusia. Artinya, yang memiliki pilihan baik-buruk, sehingga akan mendapat surga atau neraka, adalah jin dan manusia. Sedangkan makhluk lain, malaikat, tumbuhan, hewan dan benda-benda tidak termasuk yang diberi kewajiban, tidak memiliki pilihan selain hanya beribadah, bertasbih dan bersujud kepada Allah dengan caranya masing-masing.

Untuk itulah jika siapa saja dari bangsa jin dan manusia tidak berada pada jalanNya, maka mereka akan menjadi supporter neraka, seperti firman: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. As-Sajdah [32]: 13)

Setan disebut “musuh yang nyata” bukan nyata dalam hal pandangan mata, bukan maksudnya bahwa setan itu bisa dilihat mata kepala. Karena kata “nyata” yang menyifati setan tersebut dengan kata “mubîn”, yang berarti nyata dan jelas duduk perkara dan masalahnya. Ketidakrelaan iblis untuk mengakui keunggulan Adam sudah menjadi penjelasan (bayân) dan bukti nyata (bayyinah) bahwa ia akan terus memusuhi Adam dan keturunannya. Disebut jelas karena setan bisa berada diantara (bayna) diri kita sendiri, bahkan bisa berada di dalam diri kita sendiri.

Jadi, dalam struktur kalimat ta’awudz tersirat makna bahwa ada yang lebih berbahaya dan lebih mungkin menyesatkan daripada Iblis, yaitu sifat-sifat syaithaniyyah (satanic) yang ada dalam diri manusia sendiri, kesombongan, merasa paling baik ibadahnya, merasa paling benar, merasa paling tahu segala hal, dan sebagainya yang ujungnya adalah penuhanan diri sendiri. Dan inilah yang disebut jauh dan menyalahi/mengingkari kadar kemakhlukannya, karena yang berhak sombong, yang paling sempurna, yang paling tahu, yang paling benar, tentu adalah Sang Pencipta sendiri.

Pada puncaknya, yang paling kita takuti adalah jika tipudaya itu berasal dari Allah sendiri. Karena Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, atau memberi petunjuk siapa saja yang Dia kehendaki (lihat QS. 13:27, 14:4, 16:93, 35:8, 74:31).

Azazil, yang saat itu menjadi makhluk nomor satu di langit dan di bumi, karena Allah telah menghendaki, ia pun tersesat oleh dirinya sendiri, oleh sifat setan yang ada dalam dirinya tanpa ia sadari.

Karena melihat Azazil dikutuk oleh Allah pertama kalinya, maka Jibril, Mikail, Izra`il dan Israfil menangis tersedu-sedu memohon perlindungan kepada Allah.


Salah satu redaksi doa yang diajarkan Nabi SAW:

“Aku berlindung dengan ridhaMu dari amarahMu, dan aku berlindung dengan ampunanMu dari murkaMu, dan aku berlindung kepadaMu dariMu”.

Demikianlah. Setelah manusia dapat mengendalikan syetan dalam dirinya, maka ia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. Karena terhadap dirinya sendiri, manusia pun bisa sangat mudah menipu. Menipu diri sendiri. Mencurangi diri sendiri. Menghibur diri sendiri. Menganggap indah dan baik semua perbuatannya sendiri.

Bahkan setelah manusia mampu mengendalikan dirinya, yang terakhir harus dihadapi adalah Allah. Kalau Allah sudah menghendaki, apapun terjadi. 70 tahun kafir, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata bertobat, Allah yang berkuasa melakukan itu. 70 tahun selalu beribadah, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata murtad, Allah yang berhak berbuat itu. Maka, benarlah firmanNya yang sering diulang-ulang:

"Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya". (QS. An-Nisâ’ [4]: 88; lihat juga: QS. An-Nisâ’ [4]: 143; Al-A’râf [7]: 178, 186; Ar-Ra’d [13]: 33; Al-Isrâ’ [17]: 97; Al-Kahf [18]: 17; Az-Zumar [39]: 23, 36; Al-Mu’min [40]: 33; Asy-Syûrâ [42]: 44, 46)

Salah satu kesombongan terbesar adalah kita diam-diam bangga dengan jumlah ibadah yang telah kita lakukan kemudian diam-diam merasa tidak mungkin tersesat. Sedangkan Allah adalah Sebaik-baik pembuat tipudaya (Khayrul Mâkirîn, QS. Ali Imrân [3]: 54 & Al-Anfâl [8]: 30). Siapakah yang bisa lepas dari tipudaya Allah?

Oleh karena itu, dalam doa dari Nabi SAW diatas diakhiri dengan kalimat: "Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu".


BERSUJUD KEPADA RUH-KU

Ketika Iblis ditanya oleh Allah mengapa ia tidak bersedia bersujud kepada Adam, ia menjawab, “Aku lebih baik daripada dia, Kau ciptakan aku dari api sedangkan dia Kau ciptakan dari tanah. Apakah aku akan bersujud kepada manusia yang telah Kau ciptakan dari tanah? Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang telah Kau muliakan atas diriku?” (Lihat QS. Al-A’râf [7]:12; Al-Isrâ` [17]:61; Al-Isrâ’ [17]:62).

Dari jawaban Iblis tersebut dapat dipahami bahwa ia sekedar melihat sisi lahiriah Adam yang diciptakan dari tanah bumi, yang mana saat itu masih menjadi wilayah kekuasaannya. Ia tidak (atau tidak mau) melihat sisi batiniyah Adam, bahwa Ruh Allah ada di dalam diri Adam. Kepada RuhNya inilah perintah sujud tertuju, bukan kepada daging Adam atau Adam sebagai makhluk.


IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU (?)

Dengan mengenal kisah-kisah tersebut, maka sudah SEHARUSNYA Iblis memang HARUS sujud kepada anak cucu Adam, karena Ruh Allah yang menggerakkan kehidupannya. Namun mengapa kita mengutuki iblis secara terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam?

Seorang pelacur yang memberi minum anjing dapat terampuni dosa-dosanya. Hanya sekali, dan kepada anjing pula. apalagi jika perbuatan baik itu kita berikan kepada sesama manusia, sesama saudara seagama pula?

Namun mengapa sepertinya sulit memberikan ruang dan kesempatan bagi sesama saudara seagama untuk beribadah sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sekali lagi, hanya berbuat baik kepada anjing dapat terampuni dosa-dosa kita.

Alangkah asyiknya kita mengutuki sesama saudara seolah-olah esok pagi kita masih bisa menjamin bahwa iman kita akan selalu berada dalam kebenaran.

Alangkah mudahnya hanya cukup mengkritik bahwa kisah-kisah ini hanyalah dongeng israilliyah, namun cara melontarkan kritikan, alat untuk memperkeras kutukan, sarana-sarana untuk melancarkan kutukan justru adalah produk israilliyah.

Alangkah susah menerima kebenaran jika bukan dari orang yang satu aliran, satu perkumpulan, satu partai, satu golongan, satu organisasi, satu jamaah, satu majlis, satu paguyuban, dan satu-satu-satu lainnya.

Alangkah banyaknya omongan, dan alangkah indahnya jika omongan itu tepat. Alangkah sulitnya melakukan kebajikan dan alangkah mudah untuk merusaknya.

Alangkah bangga, baru beberapa bulan membaca ayat seolah dapat menjamin tidak akan berakhir seperti Azazil.

Wahai, jika saja yang muda tahu!

Wahai, jika saja yang tua mampu!



(Ditulis oleh: Yudi Rohmad dalam Kata Pengantar buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu")

TIKUNGAN IBLIS

Jakarta, 30 Desember 2008

Sebuah kebahagiaan, pembahasan yang saya tunggu-tunggu dari Cak Nun adalah tentang sosok Iblis & Setan. Saya masih ingat, CN mulai membahas di Kenduri Cinta mulai Januari 2008. Dan syukur pula kemudian saya diminta mas Andri Dwi Wiyono untuk membikin desain gambar ini yang kemudian menjadi gambar pembuka di www.tikunganiblis.com, namun situsnya sudah tutup, karena hanya untuk selama pementasan teater berjudul Tikungan Iblis.

Dan artikel saya pun sudah saya masukkan ke buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu?" berjudul "Masa Keemasan Iblis" (1 bulan setelah pementasan di Jogjakarta). Klop sudah.


Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/masa-keemasan-iblis-misterius-iblisius.html

Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa


Catatan "Pertama Kali Iblis Datang Ke Jawa" ini saya lampirkan di akhir buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU"
Penerbit Studia Press
ISBN: 9793760575
Di bawah ini data yang bersumber dari sebuah situs di internet yang data aslinya dalam bahasa Inggris pada bab The Myth of Creation (Mythology and Cosmology of Cirebonese Traditions) di situs ini:

http://epress.anu.edu.au/islamic/itc/mobile_devices/ch03s02.html

Kemudian saya terjemahkan secara bebas. Di dalamnya terdapat kisah Idajil sebagai sebutan Azazil bagi orang Jawa.

Penduduk dan Agama Asli Jawa

Gagasan bahwa umat manusia berasal dari Adam diceritakan oleh mitos lain yang menghubungkan mata rantai antara generasi saat ini dan nenek moyang mereka. Menurut mitos di kalangan penduduk Cirebon, pertama kali Adam mendapat keturunan adalah ketika ia berusia sekitar 130 tahun, Hawa mengandung dan melahirkan anak kembar, satu pria dan satu wanita, yang diberi nama Qabil dan Iqlima. Secara keseluruhan Hawa melahirkan sampai 42 kali, dan setiap kelahiran adalah kembar (satu laki-laki dan satu perempuan), kecuali pada kelahiran yang ke-6, yaitu ketika Hawa mengandung hanya satu anak laki-laki, yaitu Syits, dan yang ke-40 kali, yaitu ke-tika mengandung hanya seorang anak perempuan, Hunun.

Ketika Hawa melahirkan pasangan kembar yang kelima, Adam menetapkan aturan perkawinan, bahwa anak lak-laki yang tampan harus menikah dengan anak perempuan yang tidak cantik, sedangkan anak laki-laki yang tidak tampan harus menikah dengan anak perempuan yang cantik. Karena setiap Hawa melahirkan selalu kembar dua, sehabis kembar cantik dan tampan, kemudian kembar tidak cantik dan tidak tampan, dengan demikian menurut aturan ini dipastikan bahwa tak seorang anaknya pun yang bisa menikahi kembarannya.

Pada tahap ini, Iblis —yang telah menyebabkan mereka dilempar dari surga— menyiapkan sebuah rencana baru. Ia mencoba lagi mengganggu Adam dan Hawa, tetapi tidak bisa melakukannya dengan cara yang sama seperti ia telah melakukan di surga, sebab alam mereka telah menjadi sangat berbeda. Adam dan Hawa adalah makhluk fisik (jasmani, kasar), sedangkan iblis sendiri adalah makhluk non-fisik (rohani, halus). Iblis kemudian memasuki hati Siti Hawa dan berbisik kepadanya agar memberontak melawan terhadap aturan perkawinan Adam dengan menentang dan mengesankan sebagai aturan yang kontroversial; yaitu, putranya yang tampan juga harus menikah dengan putrinya yang cantik, dan putra yang tidak tampan juga harus menikah dengan putrinya yang tidak cantik.

Untuk mendukung pernyataan mereka, Adam dan Hawa masing-masing mengklaim berhak atas anak-anak mereka dan oleh karena itu juga berhak untuk menetapkan peraturan perkawinan. Masing-Masing bersikeras bahwa anak-anak itu benar-benar berasal dari badannya; menurut Adam dari spermanya dan menurt Hawa dari sel telornya. Untuk memecahkan masalah tersebut akhirnya mereka sepakat untuk menuangkan kedua unsur tersebut (sperma dan sel telur) ke dalam dua bejana (atau cupu) yang berbeda untuk memohon bimbingan Tuhan.

Suatu hari setelah berdoa, muncullah angin yang cukup kencang menerbangkan bejana Siti Hawa. Ketika itu Adam berusia sekitar 160 tahun, di dalam bejananya berkembanglah seorang bayi laki-laki yang manis. Mereka kemudian paham bahwa semua yang telah terjadi adalah Kehendak Tuhan lalu memberi nama bayi itu Syits. Sejak saat itu, aturan perkawinan yang dirancang oleh Adam pun berlaku. Keseluruhan populasi manusia dunia, oleh karena itu turun dari Adam melalui/sampai anak-anak nya (kecuali Hunun, yang tidak menikah sebab dia dilahirkan tanpa kembaran, dan Habil, yang dibunuh sebelum mempunyai anak), termasuk Syits, yang mendapatkan isterinya dengan cara berbeda.

Gagal menggoda Hawa, Iblis tidak berhenti mengganggu; ia beralih kepada anak-anaknya. Sebagai hasil usahanya, diluar dari yang empatpuluh perkawinan antara anak-anak Adam, ada tiga pasang yang memilih menentang aturan perkawinan dan menikahi pasangan kembar mereka yang tampan dan cantik. Mereka adalah: pasangan kembar sulung, Kabil menikahi Aklima; pasangan kembar kelima, Harris menikahi Dayuna; pasangan kembar kelimabelas, Lata menikahi Ujiah (‘Uzza). Kabil menikahi Aklima setelah pembunuhan suaminya, Habil. Untuk menyatakan pemberontakannya mereka meninggalkan tempat Adam; Kabil-Aklima ke selatan Afrika; sedangkan Lata-Ujiah ke arah barat Afrika (Eropa?); dan Harris-Dayuna pergi ke arah timur ke negeri China.

Tanpa menetapkan dari pasangan mana penduduk asli Jawa dimulai, mitos ini mengatakan bahwa ekspedisi laut yang pertama ke Pulau Jawa diadakan oleh Wazir Asia barat, Alexander The Great (Iskandar Zulkarnain, Nabi Dzul Qarnayn). Ia sengaja mengirim sebanyak 2.000 laki-laki dan perempuan untuk menduduki Pulau Jawa. Sayangnya mereka menemui ketidakramahan dan sebagian besar mereka dibunuh oleh penghuni asli, termasuk beberapa macam binatang buas liar, lelembut dan dedemit (hantu). Tidak lebih dari 100 orang yang tersisa dan kembali ke Asia barat.

Ekspedisi kedua dikirim lagi tetapi dengan kewaspadaan tinggi, turut serta sejumlah tetua yang bijak dan suku-suku yang berbeda, terutama sekali orang-orang dari selatan dan Asia tenggara (Keling dan Campa). Ada sekitar 20.000 laki-laki dan perempuan, yang dipimpin oleh Syeikh Subakir yang mendarat di Pulau Jawa. Syeikh Subakir segera pergi ke Gunung Tidar di mana ia menemui Semar dan Togog, para pemimpin mahluk halus di Jawa dan merundingkannya dengan mereka.

Mereka akhirnya mencapai suatu persetujuan dengan membiarkan pendatang baru itu untuk tinggal di Pulau Jawa dengan syarat mereka harus sadar bahwa Pulau Jawa sesungguhnya dihuni oleh banyak mahluk halus, sehingga kedua belah pihak —terutama pendatang pertama (penghuni asli)— yang lebih dulu harus berusaha untuk mendukung kehidupan bersama yang tenang (rukun) satu sama lain. Sejak saat itu Pulau Jawa telah dihuni oleh makhluk halus dan juga manusia.

Posisi keturunan Adam, Syits, menjadi makin signifikan. Mitos mengatakan bahwa Syits tadinya adalah salah satu dari anak-anak Adam yang paling terkasih, dan oleh generasi kemudian kepadanya figur mitos penting ditujukan. Ia menikah Dewi Mulat, namun siapa dia, dari mana dia datang, dan bagaimana Syits berjumpa dengannya, tidak diuraikan. Syits, pada sisi lain, digambarkan sebagai anak yang berkelakuan baik, sehingga kemudian setelah Adam meninggal pada usia 960 tahun, Syits menerima warisan kenabian Adam.

Hal ini menjadikan kebanggan dan sekaligus kecemburuan pada diri Idajil, Raja jin. Idajil ingin, dan kemudian mencoba, untuk mempunyai keturunan yang bisa mengambil alih, atau paling tidak, membawa kemuliaan Adam dan Syits. Ia ingin Syits menikahi putrinya, Delajah. Namun sayangnya, Syits telah menikahi Dewi Mulat. Bagaimanapun juga Idajil tidak berputus asa, sebagai gantinya, ia membuat segala cara yang mungkin untuk mewujudkan hasratnya. Ia menyindir putrinya, Delajah, ke dalam diri Dewi Mulat dan dengan diam-diam menaruhnya di samping Syits. Pada waktu yang sama ia membawa Dewi Mulat. Setelah tahu dengan pasti bahwa Delajah telah dihamili ia melepaskannya dan dengan seketika menggantinya dengan Dewi Mulat karena takut ketahuan.

Dari perkawinannya dengan Syits, Dewi Mulat melahirkan anak kembar. Yang satu adalah seorang manusia sempurna bernama Anwas. Yang satu lagi adalah seorang yang mengesankan sebagai cahaya dalam figur manusia, bayi spiritual yang sebenarnya adalah putra Delajah dan Syits. Dinamakan Anwar (bentuk jamak dari kata Arab “Nur” yang artinya “cahaya”).

Dua bayi tersebut (satu manusia dan satunya lagi, sesungguhnya, adalah jinn), dirawat dengan cinta dan kasih sayang, bahkan ketika Adam telah sadar bahwa Idajil yang telah campur tangan dalam hubungan tersebut. Selama masa kanak-kanak mereka, mereka menghormati kakek dan nenek dan orang tua mereka dengan sangat baik, dan bangga akan mereka, tetapi kemudian Anwas dan Anwar menunjukkan pilihan dan kebiasaan yang jelas sangat berbeda.

Anwas sangat jelas mengikuti kebijaksanaan dari kakek dan bapaknya, menjadi seorang yang beriman dengan tulus, gemar akan pelajaran kebenaran dan iman. Anwar, bagaimanapun, senang akan pengembaraan untuk mencari kebijaksanaan melalui perenungan dalam ketenangan dan tempat-tempat asing/aneh seperti di atas pegunungan, di dalam rimba raya dan di dalam gua. Sebelum kematiannya, Adam menceritakan kepada Syits agar seksama bahwa para putranya Anwas dan Anwar akan mengambil alur berbeda. Ramalan ini sebenarnya setelah Adam meninggal. Anwar selalu bersedih ketika mengingat bahwa manusia akhirnya mati, tak bisa bergerak dan dikuburkan. Syits menceritakan kepadanya bahwa itu adalah proses yang alami dan bahwa itu akan terjadi pada semua orang tanpa perkecualian. Tetapi duka cita Anwar tak tertahankan dan ia mengolah pikirannya untuk meninggalkan orang tuanya dan untuk mengambil tindakan apapun yang akan memungkinkan dia untuk menghindari penyakit dan kematian. Ia mengembara mencari-cari sesuatu yang akan memastikan harapannya. Idajil dengan segera mengambil keuntungan dari kesempatan; ia menemui Anwar, yang sesungguhnya adalah cucunya, dan menceritakan kepadanya bahwa keputusannya adalah baik dan ia berjanji untuk membantunya.

Idajil membimbing Anwar ke arah utara, ke Dulmat. Di sini Idajil melakukan suatu tindakan magis, pertama dengan membuat awan tebal yang membungkus badan mereka bersama-sama. Seketika awan menghilang, sebuah sumber air nampak di depan mereka. Ia meminta Anwar untuk minum sebanyaknya, sekuat kemampuannya, serta agar berendam di sumber air yang disebut Tirta Marta Kamandanu (air kehidupan), air kehidupan kekal. Ia juga memberi Anwar bejananya Siti Hawa, yang disebut Cupu Manik Astagina, bejana permata dengan delapan keistimewaan, yang telah ditemukan Idajil setelah bejana itu diterbangkan oleh angin yang kencang. Ia meminta Anwar untuk mengisinya dengan air, untuk beberapa keperluan di masa mendatang. Salah satu keistimewaan bejana tersebut bahwa air di dalamnya tidak pernah dapat habis.

Idajil kemudian memimpinnya keluar dari tempat ini dan menceritakan kepadanya agar mengambil sekuntum tumbuhan Rewan yang akan ia temukan dalam perjalanan kembalinya, akarnya disebut Latamansadi, yang mujarab untuk mengobati segala macam penyakit. Idajil kemudian menghi-lang, membiarkan Anwar dalam keadaan ragu-ragu kemana akan pergi. Tetapi pada akhirnya Anwar menemukan tumbuhan tersebut dan ia dengan gembira mengambil sebagian dari akar latamansadi.

Pada waktu itu Anwar telah menemukan berbagai hal yang penting yang ia benar-benar menginginkan: menghindari penyakit, dengan menguasai latamansadi, dan menghindari kematian dengan minum dan mandi dengan air kehidupan kekal. Ia mempunyai lebih banyak lagi bejana permata delapan keistimewaan dan beberapa cadangan air kehidupan kekal. Setiap ia menginginkan masih ada lagi.

Mitos melanjutkan dengan cerita bagaimana Anwar di bawah bimbingan Idajil, dapat berjalan dan bergerak dengan kecepatan rohani yang hebat. Misalnya, ia terdorong untuk melakukan petualangan lebih lanjut: ke laut Iraq, dimana disana ia berjumpa dengan para malaikat yang dikutuk, yaitu Harut Dan Marut, yang mengajarinya ilmu astrologi untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang.

Di Afrika ia berjumpa dengan paman dan bibinya, Lata dan Ujiah (‘Uzza), putra dan putri Adam yang suka menentang yang mengajarinya bagaimana cara memperoleh hidup nyaman dengan berkelimpahan.

Di Gunung Cauldron di muara Sungai Nil, Anwar berjumpa lagi dengan Idajil, tetapi ia tak mengenalinya. Idajil memberinya pengalaman mistis melihat surga; diajarinya agar dapat bergerak lebih cepat dari angin; dan memberinya hadiah yang mahal, Ratna Dumilah, sebuah intan permata seperti lampu bersinar yang bisa membimbingnya ke jalan yang lebih terang; Idajil mengajarinya, dan memberinya hak otoritas untuk mengajarkan doktrin tentang kehidupan kekal melalui ‘reinkarnasi’, dan untuk mencapai surga bagi mereka yang tidak ingin menjelma lagi (dalam reinkarnasi).

Idajil juga memintanya untuk mengejar pengetahuan yang lebih lanjut seperti pencerahan di Maladewa (Maldive), suatu pulau di Lautan India, sebelah barat-daya India.

Setelah mengikuti semua instruksinya, Anwar meraih prestasinya yang paling tinggi dalam suatu bentrokan singkat dengan Nuradi, raja jin di pulau Maladewa, Nuradi menyerah kepadanya dan mengaku bahwa Anwar jauh lebih kuat. Nuradi menyerahkan tahtanya kepada Anwar. Ia meminta para pengikutnya untuk memuja Anwar dan menghormatinya sebagai dewa sejati. Mereka menyebut Anwar sebagai raja dewa yang baru dengan julukan Sang Hyang Nur Cahya, artinya Roh Super Cahaya.

Sejak Anwar memperoleh kekuasaan, ‘agama Sang Hyang’ secara formal dibentuk dengan reinkarnasi sebagai dok-trin utamanya. Ia menikahi Putri Nuradi, Dewi Rini, yang dengannya ia memperoleh keturunan. Agama Sang Hyang ini kemudian dibawa ke Pulau Jawa oleh Batara Guru, keturunan ke-4 Sang Hyang Nur Cahya. Batara Guru datang ke Pulau Jawa dari India, menikahi seorang perempuan Jawa dan memperoleh seorang putra. Ketika Batara Guru kembali ke India, posisinya digantikan oleh putranya yang asli Jawa. Ketika Bhagawan Abiyasa dan Pandu Dewanata —Keturunan ke-14th dan ke-13th Sang Hyang Nur Cahya dari Bhatara Guru— mengambil kepemimpinan, Agama Sang Hyang ini tersebar lebih luas. Agama ini telah diadopsi oleh orang Jawa sampai Islam datang.

Tidak sama dengan Anwar —yang dulu dilahirkan sebagai roh dan yang membentuk agamanya sendiri setelah mela-kukan perenungan dan pencarian panjang dalam hal kebijaksanaan di bawah bimbingan Idajil— Anwas dilahirkan sebagai manusia nyata, yang mengikuti agama risalah dari kakeknya (Adam) dan bapaknya (Syits). Ia memperoleh keturunan yang juga nabi, termasuk Muhammad, nabi yang terakhir. Mereka meneruskan agama Allah kepada yang mau menerimanya.

Menurut mitos, skenario Idajil tidak berakhir dengan Anwar, yang menjadi perhatian utamanya adalah untuk mempunyai keturunan yang menjaga kemuliaan Syits antara jin atau manusia. Di kemudian hari, dari perkawinan silang keturunan Anwar dengan jenis manusia, muncullah beberapa jenis keturunan, ada yang jin, ada yang manusia, juga ada yang sete-ngah jin setengah manusia. Beberapa di antara mereka adalah figur terhormat: dari kalangan jin yaitu Sang Hyang, dari jenis manusia adalah Sang Prabu, Pandhita, dll., dan di antara yang setengah jin setengah manusia adalah Bhatara, dan Bhagawan. Keturunan yang terakhir ini, dengan tradisi agama mereka (agama Sang Hyang) yang menduduki Pulau Jawa yang mendahului Islam.

Di lingkungan wilayah Cirebon, keseluruhan mitos ini menjadi bagian dari tradisi kesusasteraan yang berkaitan dan menjadi mata rantai dengan bapak penemu mereka, Sunan Gunung Jati. Dari Adam dapat diusut dari kedua sisi: Anwar dan Anwas. Ibu Sunan Gunung Jati, Rarasantang, adalah putri Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, Keturunan Jawa ke-41 dari Batara Guru, dan keturunan ke-45 dari Sang Hyang Nurasa, Putra Syits, putra Adam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah Syarif Abdullah, Wazir Kerajaan Turki di Mesir, keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad, sedangkan Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan ke-37 dari Anwas, putra Syits, putra Adam.

Pesan di balik mitos ini telah jelas sudah: pada satu sisi, Sunan Gunung Jati dan keturunannya mempunyai hak-hak legitimasi kepemimpinan baik secara rohani maupun politis bagi seluruh penduduk Jawa, baik itu para pengikut Sang Hyang, orang Islam, makhluk halus, atau manusia, sepanjang mereka adalah keturunan Adam atau jin. Dengan begitu mereka semua harus tinggal dalam keselarasan (rukun) di bawah kepemimpinan keturunannya.

Pada sisi lain, mitos ini secara implisit menyatakan bahwa Allah adalah Yang Maha Tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan dewa-dewa lain yang sebagian besar jenis Sang Hyang adalah tak lain hanya nenek moyang kita yang layak untuk dihormati tetapi tidak untuk dipuja/disembah. Mereka tak berdaya menghadapi kuasa ilahi mandiri dan riil. Jika mereka menunjukkan suatu kekuatan, adalah sebab Tuhan telah memberikan kepada mereka. Kekuatan mereka dapat dicabut kapan saja Tuhan mau. Lebih dari itu, seperti halnya kita, mereka hanya keturunan Syits, putra Adam. Adam sendiri adalah ciptaan Tuhan, yang pernah suatu kali dihukum. Ia selamat setelah tobat dan telah diserahi posisi sebagai Wakil Tuhan di atas bumi (khalîfatullâh fil ardh), setelah dicurahkan RahmatNya. Meski demikian, ia juga mengalami mati karena ia hanya makhluk ciptaan.

Idajil, jinn hebat yang kuat, yang telah mendukung kelahiran Sang Hyang, adalah tak lain hanya sosok makhluk, posisinya di bawah Adam, bahkan di bawah Syits. Musuh mereka yang umum adalah setan, Iblis dan setan, yang selalu menawarkan godaan untuk melakukan kejahatan dan menyebabkan penderitaan. Bagaimanapun juga, Idajil telah jatuh ke dalam cobaan/tipuan ini.

Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/pertama-kali-iblis-datang-ke-jawa.html

Anwas - Anwar Lahir


 Kisah ini menceritakan tentang peristiwa pembunuhan pertama di dunia, perkawinan Sis, dan kelahiran anak-anak Sis yang bernama Anwas dan Anwar. Kelak, tokoh bernama Anwar ini akan menjadi dewa pertama yang bergelar Sanghyang Nurcahya.


Sumber yang dipakai dalam penyusunan kisah ini adalah Serat Paramayoga karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan kisah-kisah tradisi dari Timur Tengah.

Kediri, 25 April 2014


Heri Purwanto 


------------------------------ ooo ------------------------------

SITI HAWA MENGIDAM BUAH-BUAHAN SURGA

Di Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan dari Taman Surga.

Dalam pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu kepada sang ayah.

Nabi Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.

Nabi Adam kembali membicarakan kehamilan Siti Hawa. Dulu mereka berdua telah melanggar larangan Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga harus dikeluarkan dari Taman Surga. Kini Siti Hawa sedang mengandung dan merindukan kelezatan buah-buahan dari tempat yang serba indah itu. Putra keenam bernama Sayidina Sis mengajukan diri untuk mewujudkan idaman sang ibu. Nabi Adam sangat yakin pada kemampuan Sayidina Sis dan memberikan restu kepadanya untuk berangkat.


SITI HAWA MENCERITAKAN KELAHIRAN SAYIDINA SIS

Nabi Adam masuk ke dalam puri dan disambut Siti Hawa. Kepada sang istri, ia menceritakan jalannya pertemuan, di mana Sayidina Sis bersedia mengusahakan terwujudnya buah-buahan dari Taman Surga. Ia juga menceritakan kekecewaan Sayidina Kabil karena beristrikan Siti Damimah yang buruk rupa.

Siti Hawa mengungkit cerita masa lalu di mana antara dirinya dan sang suami pernah berselisih paham mengenai tata cara perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam berpendapat, putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri kedua, sedangkan putra kedua dinikahkan dengan putri pertama. Putra ketiga dinikahkan dengan putri keempat, sedangkan putra keempat dinikahkan dengan putri ketiga. Begitulah seterusnya. Di lain pihak, Siti Hawa berpendapat putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri pertama, putra kedua dinikahkan dengan putri kedua, dan seterusnya, dengan alasan mereka sudah berjodoh sejak dalam kandungan.

Perbedaan pendapat itu membuat keduanya berselisih tanpa ada yang mau mengalah, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Masing-masing lalu mengeluarkan benih dari dalam tubuh untuk ditempatkan di dalam pusaka Cupumanik Astagina. Benih Nabi Adam ditempatkan pada tutup cupumanik, sedangkan benih Siti Hawa ditempatkan di badan cupumanik. Setelah beberapa hari, atas kehendak Tuhan, benih milik Nabi Adam berubah menjadi calon janin, sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.

Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang atas perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menyatukan calon janin tersebut dengan benih Siti Hawa sehingga menjadi bayi hidup, yang kemudian diberi nama Sayidina Sis. Dengan demikian, anak pertama sampai kelima selalu lahir sepasang laki-laki perempuan, sedangkan putra keenam ini hanya seorang laki-laki, yaitu Sayidina Sis tersebut. Tidak lama kemudian muncul angin topan yang menerbangkan Cupumanik Astagina entah ke mana.

Siti Hawa mengakhiri ceritanya. Nabi Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya, dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka. Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.


KEBERANGKATAN SAYIDINA SIS MENCARI BUAH-BUAHAN SURGA

Sayidina Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu. Di tengah perjalanan, Sayidina Sis dan keempat saudaranya itu diganggu oleh kaum setan pengikut Malaikat Ajajil yang dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan. Terjadilah pertempuran di mana para setan tersebut dapat diusir pergi.

Sesampainya di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk melanjutkan perjalanan seorang diri. Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis lalu kembali ke Kusniya Malebari dan mendoakan perjalanan Sayidina Sis supaya berhasil dan selalu mendapatkan perlindungan.


SAYIDINA SIS MENDAPATKAN ANUGERAH

Seorang diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga. Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya. Sayidina Sis sangat gembira, dan ia pun berangkat dengan pertolongan Malaikat Jibril.

Di dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.

Sayidina Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.

Setelah tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti Indunmaras.


SAYIDINA KABIL MEMBUNUH SAYIDINA HABIL

Pada suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan supaya sadar.

Maka, kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi, seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah hewan-hewan yang terbaik pula.

Tuhan Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima. Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul kepala Sayidina Habil hingga pecah.

Melihat adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat Sayidina Habil seperti gagak itu.

Sayidina Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.


MALAIKAT AJAJIL MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN

Malaikat Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam.  Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa menjadi raja dan penguasa umat manusia.

Tuhan Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya, dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Malaikat Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa mengandung benih Sayidina Sis.

Malaikat Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya, Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.


LAHIRNYA SAYIDINA ANWAS DAN SAYIDINA ANWAR

Sembilan bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri Kusniya Malebari.

Sementara itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.

Malaikat Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.

Nabi Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama Sayidina Anwar. Nabi Adam meramalkan bahwa Sayidina Anwas kelak akan menurunkan para nabi, sedangkan Sayidina Anwar kelak tidak mau mengikuti agamanya dan memilih jalan hidup sendiri, namun keturunannya juga banyak yang menjadi raja dan tokoh besar di dunia. Hal ini membuat Sayidina Sis bimbang dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada takdir Tuhan.

------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------


Sumber: http://albumkisahwayang.blogspot.com/2014/04/anwas-anwar-lahir.html