26 November 2021

Im Yang TAO

Taoisme (Tionghua) juga diejakan Daoisme, diprakarsai oleh Laozi (pinyin:Lǎozǐ) sejak akhir Zaman Chunqiu.  Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berasaskan Daode Jing (pinyin:Dàodé Jīng).  Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi yang merupakan tokoh penulis kitab yang judul Zhuangzi. 

Tao tidak berbentuk, merupakan "Sesuatu" yang sudah ada sebelum semuanya ada. Arti Tao sulit dipahami, artinya sangat luas sehingga sulit diterangkan secara jelas dan rinci melalui sebuah kalimat atau kata-kata. Arti Tao yang paling sederhana adalah "Jalan".  Ada juga yang mengartikannya "Kelogisan", "Hukum", "Pedoman" atau "Aturan". 

Taoisme berasalkan dari "Dao" yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan benda-benda alam semesta dunia.  Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan kebendaan adalah De. Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme merupakan asasi alamiah.  Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut seperti air, dan berabadi.  Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai kesedaran Dao dan akan menjadi dewa.  Penganut-penganut Taoisme mempraktekan Dao untuk mencapai kesedaran Dao dan juga mendewakan. 


Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang, dalam Daode Jing Bab 42:

Berarti: Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yinyang saling bertindak balas menghasilkan tenaga atua kuasa, dengan adalah tenaga ini, hasil jutaan benda di dunia.  Setiap benda dalam alam, samada hidup atau tidak, mengandungi Yinyang yang saling bertindak untuk mencapai keseimbangan. 

Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif.  Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa.  Bahkan magnet, magnet kepunyaan positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak wujudnya negatif, tidak jadinya magnet. 

Dan itu semua didasari oleh Wu, dimana Wu dalam Tao yang secara harafiah dapat diartikan sebagai "Kesadaran dan nalar yang tinggi". 

Wu adalah pola berpikir yang melewati pertimbangan "Hati nurani" dan "Akal sehat" dengan mempertimbangkan "Situasi", "Kondisi", dan "Cara" untuk menghasilkan suatu keputusan atau tindakan yang "Paling Tepat". 

Dalam Wu, suatu keputusan atau tindakan tidak hanya dilihat pada keputusan atau tindakan itu sendiri, melainkan juga mempertimbangkan pengaruh atau akibat dari keputusan atau tindakan tersebut. Dengan daya Wu yang tinggilah akan dihasilkan suatu keputusan atau tindakan yang "Bijaksana". 


Wu Wei

Wu Wei adalah salah satu prinsip Tao yang paling terkenal dan "hebat".  Tetapi karena pemahaman Wu Wei yang kurang tepat, banyak orang yang salah terima terhadap Tao. 

Banyak orang mengira bahwa Wu Wei yang artinya "Tidak Berbuat" bermakna "diam saja" atau "pasif" dan tidak melakukan kegiatan apa pun.  Padahal makna sebenarnya sangatlah dalam dan tidak sesederhana itu. 

Tao "tidak berbuat" apapun, tetapi karena Nya lah segalanya "tercipta". Di jaman kuno, seorang murid yang berucap sembarangan tanpa mengetahui kebenaran atau fakta dapat dihukum mati oleh gurunya.  Demikian pula kapan pun dan di mana pun tempat di dunia ini: pertumpahan darah terjadi karena masing-masing mempertahankan "kebenaran" menurut versinya sendiri. 


Lalu apakah sebenarnya "Kebenaran" yang dipertahankan itu?

Tiadakah suatu titik temu?

Apakah "Kebenaran" itu milik segolongan orang tertentu?

Ataukah merupakan suatu hal yang majemuk?

Dimanakah letak "keberadaban" manusia yang kacau karena kesadaran-nya yang rabun?


Nah, kata kuncinya adalah kesadaran.  Paling tidak (minimal) dapat berarti: kemampuan mengetahui kesalahan diri dan mencari cara memperbaikinya.  Memang hanya segelintir orang yang memiliki bibit baik yang bisa terus melatih hingga taraf tinggi. 

Pengalaman menunjukkan bahwa "alam pikiran" merupakan hal yang unik.  Bagaikan cermin.  Cermin yang retak memantulkan bayangan yang retak, meskipun obyeknya utuh.  Namun maukah dan mampukah cermin tersebut menyadari dirinya?

Untungnya kita adalah mahluk hidup yang berbudi, sehingga senantiasa dapat merevisi diri.  Memang sulit untuk keluar dari lautan kebodohan sementara diri kita sedang tenggelam.  Tetapi dalam artikel ini, saya ingin mengajak saudara-saudari semua memulai langkahnya yang pertama (dasar-dasar) untuk melatih kesadaran masing-masing. 

Wu (baca: U), dapat diterjemahkan secara singkat sebagai "mengerti", "sadar", "memahami".  Seringkali kesadaran ini menjadikan kita begitu terpesona sehingga akhirnya menjadi mati di satu titik.  Tetapi ingat bahwa "pemahaman" itu sendiri bukanlah titik akhir, melainkan sesuatu kondisi kesadaran yang tetap harus diikuti oleh sikap batin yang selalu berusaha untuk menyempurnakan pengertian-pengertiannya.  Inilah yang membedakan antara "Wu" yang sejati dengan sikap keras kepala.  Maka dikatakan: "Wu, Wu, dan Wu lagi". 

Sebenarnya "Wu" adalah sebuah kondisi dimana pikiran kita bisa "menembus" kedalam pengertian-pengertian yang hakiki secara komplit (komprehensif) dan memiliki kelincahan dalam menangkap dan menganalisa suatu obyek. 

Sesuatu yang kelihatannya sulit dan kompleks, dapat ditembus dengan satu benang merah yang sederhana. 

Otomatis dalam tarafnya yang tertinggi, perbedaan-perbedaan akan melebur, hanya tersisa satu Kebenaran saja.  Itulah yang Hakiki (Tao).  Tombak (mao) dan tameng (dun) dapat disatukan (kamus: maodun = konflik).  Dari taiji kembali pada wuji. 


Pedoman untuk Wu

Dalam menghadapi masalah sehari-hari, kita seringkali sudah merasa berpikir keras dan merasa telah mengambil keputusan yang terbaik.  Tetapi apakah sesungguhnya kriteria dari "yang terbaik" itu?

Untuk melatih diri mengarah kepada tingkat Wu yang semakin tinggi, ada 3 hal yang harus terpenuhi:

1. He Qing, sejalan dengan perasaan atau batin. 

2. He Li, sejalan dengan logika, nalar, rasio. 

3. He Fa, sejalan dengan etik, norma, hukum, peraturan. 

Poin pertama dan kedua memiliki ruang-lingkup ke dalam diri kita (dimensi subyektif).  He Fa, memiliki ruang lingkup keluar terhadap lingkungan di sekitar kita (dimensi obyektif).  Setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing.  Problem akan timbul bahwa tingkat pengertian dari tiap individu berbeda-beda, sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang berbeda-beda terhadap sebuah masalah yang sama.  Bagaimanakah cara menyikapinya?

Setiap manusia memiliki hak azasinya masing-masing untuk mempertahankan keunikan dirinya.  Meskipun demikian, ingat bahwa tiada seorang pun yang dapat menjalankan kemanusiannya secara normal dengan hidup tanpa orang lain.  Oleh karena itu, untuk menghadapi perbedaan-perbedaan yang timbul dalam pengertian masing-masing, kita memerlukan Wu pada suatu level yang lebih tinggi lagi. 

 Ada beberapa tips:

  1. Sadar bahwa tidak selalu diri kita pasti benar.  Oleh karena itu, perlu sikap jujur terhadap diri sendiri, lapang dada, dan rendah hati (misal: berani mengakui dan menerima kesalahan). 
  2. Sadar bahwa selalu ada orang lain yang lebih pintar dalam satu atau beberapa hal atau bidang tertentu.  Oleh karena itu, perlu sikap mengalah, terus mau belajar dan menyempurnakan diri.  Sementara anda belajar mengasah "Wu" anda, ikutilah petunjuk dari yang lebih tahu (senior, atasan, pemimpin, dsb). 
  3. Sadar bahwa kepintaran bukan segala-galanya.  Pada waktu dan kondisi tertentu, kita perlu menyadari posisi kita dalam kaitannya dengan budaya dan tradisi.  Ini adalah dasar menuju Wu juga: belajar untuk konform pada "yang telah ada", walaupun terus aktif menganalisa dan bersikap kritis. Memang sulit, karena disamping perlu kerendahan hati dan sikap fleksibel juga perlu wawasan yang luas dan dalam.  Misal: meskipun merasa diri kita sudah benar, namun mampu memberikan respon berupa sikap yang sesuai dengan budaya dimana kita berada.  Misal: sikap terhadap "Shi" (shifu, shixiung, shijie, shidi, shimei, dll)
  4. Sadar bahwa setiap masalah tidak sama urutan kepentingan atau prioritasnya.  Ada yang prinsipil, ada pula yang sepele sehingga lebih baik mengalah saja, atau dikorbankan. 
  5. Sadar akan tujuan, motivasi dan konstrain (kendala, batasan).  Belum tentu yang diajarkan atau diberikan oleh seseorang itu menyatakan sebuah pernyataan yang lengkap, mengingat adanya tujuan yang lain, misalnya: untuk mendidik dan merangsang untuk berpikir sendiri. 


Hal-hal yang mendukung dalam peningkatan Wu:

1.  Melatih "He Qing". 

Pemurnian hati nurani, sering melakukan introspeksi diri, menilai kemampuan dan keku-rangan diri, jujur terhadap diri sendiri, mencari jalan untuk mengerti "aku sejati", melatih kepekaan terhadap perasaan orang lain (empati). 

2.  Melatih "He Li". 

Memahami pengertian-pengertian dasar, berlatih mengenai "cara berpikir" yang baik, bersikap kritis, memiliki dasar (kenyataan, fakta, logika), tidak berprasangka dulu (apriori), tidak pretensius, wawasan harus luas dan mendalam (sekolah, kursus, bergaul, dsb), mempunyai pengetahuan terhadap cara pandang orang pada umumnya, tidak melakukan hal-hal aneh / sekedar berbeda. 

3.  Melatih "He Fa". 

Bersikap sosial, membuka diri terhadap lingkungan sekitar, mempelajari budaya, etika, norma, tata aturan dan hukum yang berlaku.  Melatih pengendalian diri yang baik. 


Secara global, disamping rajin menggunakan akal dan budi, kecerdasan dapat ditingkatkan melalui latihan Jing Zuo [Cing Co], yang juga termasuk salah satu cara memupuk kepekaan dan kecerdasan. 


Ciri-ciri mencapai Wu

Menurut pendapat saya, sulit untuk mengukur sampai dimanakah taraf Wu kita.  Jadi lebih baik kita berhenti untuk ukur-mengukur taraf Wu diri sendiri maupun orang lain.  Namun meskipun demikian, biasanya terdapat beberapa gejala yang berkorelasi dengan tingkat pencapaian seseorang.  Menurut saya, suatu sikap atau tindakan dapat dikatakan "Wu" biasanya memiliki karakteristik a. l. :

1. Fair terhadap pihak-pihak yang terlibat. 

2. Memancarkan kuasa (authoritative power) dan kesan yang baik (goodwill). 

3. Membina ke arah hubungan antar manusia dan pergaulan yang baik. 

4. Pada akhirnya akan mempunyai nilai positif untuk semua pihak. 

5. Memiliki nilai kebenaran universal. 


Saran:

  • Wu sangat mendasar dan penting bagi Siu Tao ( ) kita.  Bagi yang baru belajar Tao (), lebih baik mematangkan soal "Wu" ini sebelum mencoba mengerti konsep-konsep lain yang lebih sulit dan mendalam. 
  • Jangan cepat putus-asa, atau sebaliknya juga jangan terlalu berambisi (semuanya akan sampai sendiri pada waktunya), juga jangan cepat tersinggung apabila menerima kritik ataupun pendapat lain yang berbeda. 
  • Jangan menjadikan "Wu" sebagai tameng, sebagai alat mengadili orang lain.  Tidak tahu katakanlah tidak tahu.  Tidak boleh memberitahu, katakanlah belum saatnya.  Bila salah, akui salah.  Bila kalah, akui kalah.  Jangan membalik bahwa orang lain yang belum "Wu", karena anda sendiri yang akan rugi. 
  • Rajin-rajin mendengar Ciang Tao.  Aktif berdiskusi kelompok.  Rajin membaca buku yang baik, walau harus kritis menyaring dan berpikir sambil membaca.  Rendah hati saling belajar satu dengan yang lainnya.  Ingat bahwa dari pernyataan yang "pro" dan "kontra", kita akan lebih banyak mendapatkan pelajaran dari suatu pendapat yang "kontra".  Alangkah tentramnya dunia ini apabila semua orang bisa mencapai taraf tertinggi dalam Wu-nya, walaupun saya percaya bahwa hal ini adalah suatu impian yang mustahil belaka.  Perbedaan akan selalu timbul, karena itu adalah sesuatu kodrat juga.  Oleh karena itu, sangat penting memupuk sifat Lapang Dada.  Ini juga merupakan suatu Wu juga. 
  • Untuk melatih "Wu" diperlukan sikap-sikap lain yang merupakan dasar dari Siu Tao ( ) kita, misal: Zheng Yi (sikap yang satu), kemantapan atau percaya diri, dll. 


Sumber:
http://aindra.blogspot.com/2007/10/tao.html

Tahapan Menembus Dimensi Alam Jin


Banyak orang yang ingin menembus alam jin, atau mengundang mereka. Ternyata, untuk mewujudkan impian ini bukanlah pekerjaan mudah. Ada tahapan-tahapan yang harus kita kuasai, sebelum kita memulai ritual memembus alam jin. Seperti apakah itu…?

Budaya hidup yang Hedonis yang menitikberatkan pada kepuasaan materi, pada akhirnya turut menggiring manusia untuk selalu mengedepankan rasionalitas dalam ukuran akal semata. Pemahaman ilmu batin atau keparanormalan menjadi terabaikan, sebab bidang ilmu ini dianggap tidaklah memenuhi ukuran aspek materialistik. Akibatnya, adat leluhur kian terkikis, bahkan cenderung dilupakan. Norma-norma ajaran nenek moyang, misalnya saja ajaran para Wali, sudah mulai pudar dan dianggap usang.

Seiring dengan terjadinya kecenderungan itu para ahli khoarik, pertapa dan ahli batin lainnya mulai sulit dicari. Hal ini memang seiring dengan perkembangan zaman yang lebih terfokus pada hal yang bersifat teknologi, iptek, ata sayen. Sementara aspek-aspek keilmuan di luar itu hanya dianggap takhyul, atau bahkan dongeng isapan jempol.Kendati demikian, sebentuk keyakinan masih tetap saja muncul di hati para pencari ilmu bersifat batiniah. Mereka masih punya rasa percaya diri untuk mencari suatu kemaslahatan tentang ilmu Allah SWT, dalam mengarungi kebesaranNya lewat kehidupan makhluk tak kasat mata.

Hanya saja dalam merilis ilmu supranatural di zaman sekarang memang tak semudah seperti yang kita bayangkan. Walau dalam kenyataannya banyak jasa paranormal yang memberikan layanan khusus seputar ilmu supranatural, namun semuanya lebih terfokus kearah produk jadi atau instan, bukan mengarah ke jalur olah batin yang pada intinyab mengajarkan bagaimana kita bisa dekat dengan mereka, para makhluk yang ada dalam di mensi lain.

Lewat pemahaman ahli Al-Hikmah, sesungguhnya di zaman melinium akhir seperti sekarang ini, amatlah sulit mencapai puncak keberhasilan dalam mengolah batin secara akurat. Mengapa? Sebab di samping kita hidup di era yang penuh akan godaan duniawi yang stiap saat selalu kita lihat dan begitu memikat, di sisi lainnya faktor penghayatan terhadap ilmu juga semakin kurang menunjang. Contoh kasus paling rumit sepeti susahnya mencari guru spiritual. Ditambah lagi sulit mencari tempat-tempat yang sepi dan tenang untuk berkhalwat, sebab kini hampir semua tempat sudah mulai ramai, sehingga ketenangan batin kita mudah terganggu karenanya.

Dalam hal keyakinan, semangat dan penghayatan dalam hal ilmu supranatural di masa kini semakin dangkal, bahkan cenderung dianggap remah. Padahal, inilah salah satu faktor penentu dalam menapaki ilmu bersifat kebatinan, yang pada akhirnya seringkali gagal di tengah jalan.

Sebagai suatu pemahaman, kunci dasar untuk bisa menguasai bermacam sifat supranatural terdiri dari tiga bagian, yaitu: semangat dan keyakinan, guru pembimbing, dan pengontrolan hati.


SEMANGAT DAN KEYAKINAN

Untuk memulai menjadi seorang suprantural, kita dituntut agar terus bersemangat secara alamiah tanpa ada perasaan terbebani maupun keterpaksaan. Makna semangat dan keyakinan ini terbagi menjadi dua hal, yakni yang keluar dari pikiran atau kemudian menjelma menjadi semangat, dan yang keluar dari sifat hati yang kemudian berwujud menjadi keyakinan.

Semangat yang berada dalam pikiran biasanya hanya ada di permukaan atau dzohir saja, dan seterusnya akan menjadi suatu kegagalan, jika hal ini tidak dilandasi dengan adanya keyakinan yang kuat dalam hati sanubari kita. Sebagai contoh, kita disuruh menjalankan puasa dan wiridan selama 7 hari berturut-turut. Jika kita hanya punya semangat tapi tidak punya keyakinan, maka kita akan ragu dan selanjutnya kegagalanlah yang kita hadapi. walnya kita memang bersemangat, namun setelah menjalani dua malam berturut-turut dan kelelahan serta kejenuhan mulai terasa, maka seketika pikiran kita menjadi kacau, rasa capek, malas, takut, lapar dan lain sebagainya akan mudah mempengaruhi organ tubuh kita sehingga niat membatalkan puasa ini akan mudah sekali kita jumpai.

Sedangkan “semangat yang keluar dari sifat hati” atau keyakinan, biasanya akan terus dijaga oleh seorang supranaturalis sejati. Sebab, rasa tanggungjawab untuk sampai mengakhiri masa ritual lebih diutamakan, sehingga hawa pikiran negative bisa ditutup dengan serapat-rapatnya.


GURU PEMBIMBING

Dalam memahami ilmu supranatural, guru pembimbing sangat berperan dalam menentukan suatu keberhasilan ilmu bagi anak didiknya. Disamping sang guru bisa mengarahkan tentang sebuah arti keyakinan, sang guru juga bisa memberi kesemangatan secara akurat sehingga sang murid akan mudah mengikuti jejak atau ajaran-ajarannya.


PENGONTROLAN HATI

Bila seorang supranatural sudah bisa memahami tentang makna semangat, keyakinan dan penghayatan ilmu yang diberikan lewat bimbangan guru spiritualisnya, maka sang supranaturalis tadi tinggal mengolah keyakinannya sendiri dengan terus mengontrol kepekaan hati sehingga apa yang diinginkannya akan mudah tercapai.

Nah, sebagai penghayatan yang lebih luas tentang seputar ilmu supranatural, berikut ini Penulis akan membeberkan rahasia menembus dimensi alam jin. Hanya saja, dalam pembedaranya nanti, penulis akan memaparkan lewat tahapan demi tahapan. Maksudnya tiada lain agar bagi mereka yang suka akan dunia mistik, bisa dengan mudah memahaminya. Seperti apakah tahapannya? Inilah uraian selengkapnya…:

Lewat pemahaman yang disarikan dari kitab Manba’u Usulul Hikmah Bimuallif, karangan Imam Ali Albuny, diterangkan sebagai berikut:

Bahwa setiap manusia yang menginginkan berjumpa atau masuk ke alam bangsa jin, maka dia harus bisa melewati dua alam terlebih dahulu, yaitu: Alamul Ahmar dan Alamul Abdul Jumud.

Di samping hal tersebut, kita juga harus bisa memahami tentang pintu-pintu gaib yang bakal kita tempuh atau kita lalui. Mengapa? Sebab, sedikit saja kita salah jalan, bukan bangsa jin (dalam hal ini yang dimaksud adalah Jin Muslim-Pen) yang bakal kita temui, melainkan bangsa alam lain yang samar-samar dan tak kasat mata. Walhasil, bukan keinginan kita yang akan tercapai, melaikan kefatalan dan tipu muslihat dari bangsa gaib yang menyesatkan itu yang akan kita terima.

Mengenai arti alam sendiri, jauh-jauh para ulama sudah menuliskannya di beberapa kitab. Salah satunya seperti pendapat dari Imam Bujeremi, dalam kitabnya “IQNA”. Imam Bujeremi menuliskan beberapa tingkatan alam yang terdiri dari makhluk tak kasat mata, dimulai dari alam manusia, Ahmar, Abdul Jumud, Ahyar, Jin, Azrak, Khoarik, Thurobi, Barri, Adli, Sama’, Majazi, Malaikat, Jabarut, Qolam, dan Arsy.

Nah, dari kehidupan makhluk-makhluk yang berada di alamnya masing-masing, manusia bisa saja menemui atau menembus ke salah satu alam yang diinginkan bila manusia itu sendiri memang sudah cukup ilmu dan pengetahuan untuk menembusnya.

Mari kita kembali ke tahapan menembus dimensi alam jin. Lewat pembedaran yang sama dari kitab “Manba”u Usulul Hikmah”, dijabarkan bahwa siapapun orangnya bisa menembus dimensi alam jin apabila manusia itu sendiri sudah menguasai dua alam sebagai tingkatan alam dibawahnya, yakni alam Ahmar dan alam Abdul Jumud.

Alam Ahmar: Sebuah alam yang dihuni jutaan makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi dan lautan. Ahmar juga disebut dengan istilah “Bangsa Lelembut” yang masih keturunan dari bangsa manusia lewat silsilah Anfus, anak dari Nabiyullah Syiet, yang diturunkan lewat zaman sanghiyang. Yang termasuk ke dalam golongan penghuni Alam Ahmar ini adalah: Nyi Roro Kidul, Dewi Lanjar, dan seluruh wadya balanya.

Abdul Jumud: Sebuah alam yang dihuni oleh bangsa makhluk tak kasat mata yang menguasai bumi, batu dan pepohonan. Abdul Jumud disini disebut juga dengan istilah “Dedemit”. Mereka juga masih keturunan bangsa manusia dari zaman Togog. Contohnya seperti: Kuntilanak, Memedi, Perkayang dan lain sejenisnya.

Nah, untuk bisa menguasai kedua alam ini, di setiap akan ritual menembus dimensi alam jin, siapkan sesaji berupa: bunga setaman, melati, mawar dan kelapa hijau. Hal seperti ini ditunjukkan untuk menghormati bangsa Ahmar sebagai wasilah jalannya.

Sedangkan untuk melewati alam bangsa Abdul Jumud disarankan agar membakar madat apel jin di awal mau memulai ritual. Niscaya bangsa Abdul Jumud ini akan paham dan tidak mengganggu prosesi ritual yang kita jalankan.

Untuk membuka pintu alam jin sendiri, salah satu rituanya adalah dengan menaburkan terus kemenyan putih yang sudah dihaluskan secara terus menerus. Hanya saja dalam pengenalan menembus alam jin harus sangat hati-hati. Terutama siapa nama dari jin itu sendiri yang akan kita temui.

Di sisi lain, kita sebagai manusia haruslah tahu, kapan waktunya kita menjalankan ritual, dengan ayat apa kita memanggil, lewat pintu mana kita masuk, dan permohonan apa yang kita inginkan. Sebab bangsa jin tidak seperti bangsa manusia pada umumnya. Mereka selalu memakai aturan dan tatakrama yang penuh akan kedisiplinan. Mereka juga bisa dikatakan sangat temperamental dan mudah tersinggung apabila kita bangsa manusia tidak bisa memahami watak dari sifat mereka.

Sebagai suatu kewaspadaan, bangsa jin disini terbagi menjadi dua golongan, yaitu Abyad dan Aswad (Jin Putih/Muslim dan Jin Hitam/Kafir). Di samping itu bangsa jin terdiri dari empat sifat perilaku, tergantung dari alam yang ditempatinya, yakni: tanah, air, bangunan, dan awang-awang (angkasa).

Dari empat sifat yang menjadi tempat tinggal mereka, semua mempunyai perbedaan dalam menerima kita manusia, baik dari segi pemanggilan, ayat atau amalan yang dibaca, maupun sesaji ritual yang disajikan untuk mereka.

Apabila kita tidak memahami secara mendetil tentang ritual untuk menembus ke alam mereka, golongan bangsa Jin Hitam atau Jin Kafir-lah yang akan berperan untuk menemui kita dengan seribu tipu daya yang menyesatkan. Misalnya saja, kita akan diming-imingi kekayaan, harta karun, bisa menarik pusaka dan lain-lain perkara musykil yang tidak bisa diterima akal.

Intinya, pikiran kita akan terus dicecoki oleh bermacam hayalan yang menggiurkan. Ucapan kita jadi ngelantur, mudah emosi, mudah tersinggung, senang menutup diri dalam kamar, suka melamun dan tidak menerima akan nasehat apapun dari orang lain.

Bukan hanya itu saja, golongan jin hitam atau Jin Kafir juga akan terus menjumpai kita dengan taktik berupa kelembutan, serta berperan dalam kebaikan, seperti halnya figure guru gaib yang benar-benar mau mengajarkan seluruh ilmunya kepada kita. Nah, bila sudah seperti ini jadinya, kita sudah melenceng jauh dari jalan yang sebelumnya kita harapkan. Lebih fatal lagi, kita bisa melenceng dari akidah beragama (Islam)

Sekedar tips, apabila dalam suatu ritual yang kita jalani selama ini, seringkali didatangi makhluk-makhluk dari dimensi lain, maka cobalah perhatikan kedatangan mereka. Apabila makhluk lain alam ini datang menjumpai kita dari arah depan, belakang, samping kanan atau kiri, maka janganlah digubris kedatangannya. Sebab cara kedatangan mereka seperti itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka berasal golongan bangsa jin hitam atau Jin Kafir.

Kitab Manba’u Usulul Hikmah sendiri mengupasnya, “Jangan sesekali Anda percaya akan tipu muslihat dari beragam makhluk gaib yang datang dari arah empat penjuru. Sesungguhnya, hanya satu arah yang mereka lewati sebagai teman kita yang benar, yaitu lewat arah atas.”

Lewat pembedaran salah satu tahapan ini, tentu diharapkan akan bisa menjadi bahan intropeksi kita bersama, bahwa sejatinya tidak ada ilmu yang bersifat instant dimuka bumi ini, kecuali kita sendiri mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menguasainya.

Nah, untuk tahap terakhir dalam menembus dimensi alam jin, pelajarilah ayat-ayat,ajian, atau amalan pemanggilan secara matang. Sebab, kesemuanya itu akan menentukan suatu pilihan kita untuk bisa memilih, siapa (maksudnya bangsa jin-Pen) yang akan kita temui kelak.

Sebagai bahan dasar, pelajari arti, naktu, huruf, angka, rujukan dan dari mana sumbernya. Bisa juga lewat rahasia huruf Abajadun. Sebab rahasia huruf, Abajadun, memuat 99 keistimewaan, yang mana salah satunya termasuk dari rahasia alam jin itu sendiri. Seperti contoh, huruf Alif yang mempunyai angka 1. Penjaga dari huruf Alif ini adalah malaikat bernama Tholthobausin, dari bangsa gaibnya bernama Ahmar. Ayat dari Alif sendiri adalah Al-Quddus. Dari bangsa gaib yang bernama Ahmar ini sudah jelas masuk dalam katagori huruf Alif.

Jadi pada intinya, apabila kita ingin menembus alam Ahmar atau alam lelembut, maka perbanyaklah dengan membaca ayat Al-Quddus, untuk bilangan angka 1 yang terdapat dalam huruf Alif. Hal itu menunjukkan nama yang dituju, seperti nama Ibu Ratu Kidul jatuh pada naktu: Ya Adzim. Bila ingin memanggil beliau, gabunglah dua asma’ Ahmar dan dan nama Ibu Ratu: Al-Quddus Ya Adzim…dan seterusnya.

Sumber:
https://mystys.wordpress.com/2008/05/13/tahapan-menembus-dimensi-alam-jin/


Rahasia Meraga Sukma

 Oleh: Kumara Qulmi

Banyak orang yang ingin mengusai Ilmu Meraga Sukma. Bagaimanakah rahasia yang sebenarnya? Benarkah Meraga Sukma hanya bisa dilakukan dengan metode tirakat atau dengan meminta bantuan jin…?

Anda mungkin pernah mendengar cerita seseorang berilmu tinggi, yang mampu mengunjungi familinya hanya dengan berkonsentrasi. Atau, Anda mungkin pernah menonton film yang berkisah tentang seorang pendekar yang bertarung dari jarak jauh dengan “tubuh halus”-nya dengan pendekar yang menjadi lawannya. Hal semacam itu merupakan ciri dari seorang yang memiliki Ilmu Meraga Sukma, yang memang dapat dipergunakan untuk melepas sukmanya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Proyeksi Astral, Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, Out of Body Experience, bahkan Astral Projection, adalah suatu proses pelepasan sukma dari raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata.

Apakah meraga sukma diperbolehkan dalam syariat Islam? Marilah kita baca firman Allah SWT ini, “Seluruh jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman:33).

Penjelasannya bahwa Allah Azza Wa Jalla telah memberikan suatu fasilitas dalam tubuh manusia untuk melakukan perjalanan ke penjuru langit dan bumi secara fisik (teknologi: ilmu pengetahuan) dan non fisik (energi: sukma) jika memang manusia itu memiliki kekuatan atau kemampuan.

Perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.

Sukma atau jiwa adalah kemampuan manusia yang bersifat kasat mata, gaib, atau metafisika. Sedangkan sukma atau jiwa ini sangatlah kompleks yang terdiri dari beberapa sub-sub penyusun.

Salah satu dari sub-sub tersebut adalah kemampuan Bawah Sadar atau orang ada yang menyebutnya ESP (Extra Sensory Perception), atau juga disebut Indera Keenam. Kemampuan Bawah Sadar inipun sebenernya kompleks juga. Hanya yang pasti, kesemuanya ini jelas merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, sejak dia lahir dengan sifatnya yang khas.

Sifat khas dari kemampuan Indera Keenam ini adalah kemampuan sensoriknya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan sifat uniknya ini maka Indera Keenam mampu melakukan aktivitas “antar dimensi” atau Transdimensi.

Juga mungkin difahami secara sederhana, apa yang disebut sukma atau jiwa ini dapat dianalogikan sebagai perangkat lunak (software) pada komputer. Kita tahu bahwa software sendiri terbagi dalam beberapa klasifikasi sesuai kebutuhan penggunanya.

Jika dalam software komputer dikenal yang namanya Operating System sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas komputer maka, dalam jiwa atau sukma kita pun ada komponen yang berfungsi sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas hidup kita yang dalam bahasa Qur’an disebut sebagai QALBU

Jadi sebenarnya kegiatan melepas sukma bukan membuat tubuh kita menjadi kosong tanpa ada roh yang mengisinya. Mengapa? Karena sebenarnya kita bukan “MELEPASKAN” sukma tapi mendayagunakan kemampuan Extra Sensorik kita untuk melakukan penjelajahan antar dimensi

Proses melepas sukma hanya memanfaatkan kemanpuan otak yang kompleks. Tidak seperti yang diperkirakan orang yang menyangka melepas sukma adalah berupa sinar dan saudara empat lima pancer. Hal ini jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Otak manusia adalah suatu organ tubuh yang sangat luar biasa dan teramat kompleks. Seperti kita ketahui otak manusia terbagi-bagi menjadi banyak sekali bagian yang masing-masing mengatur suatu fungsi sistem tubuh manusia, seperti ada yang khusus mengatur syaraf sensorik, lalu ada yang mengatur khusus untuk syaraf motorik, dan lain-lain. Dan salah satu fungsi penting di dalam otak, ada suatu bagian otak yang mempunyai tugas sebagai “pengawas”, yaitu mengawasi seluruh kerja tubuh kita sehingga berjalan dengan semestinya. Nah, bagian otak ini terus-menerus bekerja walau kita tertidur pulas. Buktinya adalah walau kita tidur pulas sekali, bagian tubuh seperti jantung terus memompa darah dari dan ke seluruh tubuh, atau paru-paru yang terus menghisap oksigen dan melepas CO2, dan lain-lain. Tanpa bagian otak ini tubuh kita akan tidak dapat berfungsi ketika kita tidur sehingga akibatnya kita bisa mati, karena kegagalan fungsi tubuh.

Salah satu bagian otak yang penting lainnya adalah suatu bagian otak yang bertugas untuk menganalisis setiap pesan sensorik yang diterima tubuh lalu dikirim dalam bentuk neurotransmitter ke otak, seperti dari mata, sehingga kita bisa melihat, dari kulit sehingga kita bisa merasai sakit ketika kita tertusuk duri, dari telinga sehingga kita bisa mendengar, dan lain sebagainya. Bagian otak ini sangat penting bagi manusia karena jika bagian otak ini tidak berfungsi dengan baik maka kita tidak akan bisa melihat, mendengar, merasakan, membaui, dan lain-lain. Walaupun mata, telinga, kulit, dan hidung kita normal tidak ada yang rusak sama sekali, namun jika bagian otak tadi rusak maka tidak akan ada artinya sama sekali.

Jika kita bisa memfungsikan dua bagian otak di atas secara maksimal, maka kita akan bisa melepas sukma. Caranya adalah kita harus bisa membuat kesadaran otak kita tetap terjaga, walau tubuh kita tertidur pulas sekali. Dengan menjaga kesadaran otak yang penuh ketika kita tidur, maka ketika kita tidak lagi merasakan tubuh (tidak bisa menggerakkan/ merasakan tubuh kita sama sekali tapi kita masih sadar sepenuhnya), maka pikiran kita ini bisa “melayang-layang” kemana-mana, pergi ke manapun yang kita mau dengan bebas seakan-akan kita sudah bangun.

Suatu hal penting yang perlu ditegaskan adalah kemampuan melepas sukma ini adalah murni kemampuan memanipulasikan kemampuan otak, bukan roh. Jadi kalau kita mengganggap melepas sukma adalah melepas nyawa atau roh, hal ini jelas sama tidak benar. Buktinya adalah kita masih bisa bebas balik lagi ke tubuh wadag kita, tanpa ada hal-hal yang aneh. Bayangkan, kalau roh tentu kita tidak bisa balik lagi ke tubuh wadagnya, kecuali atas izin Allah SWT dalam kasus yang yang spesifik dan langka sifatnya.

Orang yang ingin melepas sukma harus memiliki energi tubuh yang cukup besar supaya mampu melontarkan sukma ke luar raga, dan dipergunaskan untuk proses perjalanan luar tubuh. Orang itu harus mengetahui teknik melepas sukma untuk dilatih dengan disilpin dan kontinyu.

Seorang teman Misteri pernah mengajarkan sebuah buku petunjuk latihan metoda Chikung yang berisi berbagai teknik latihan indra ke-6 dengan pernafasan murni. Salah satunya metoda melepas sukma dengan metoda rileks, dibarengi pernafasan tertentu untuk melepaskan sukma yang dinamakan Meditasi Levitasi Pikiran. Metoda ini sangat aman dan efektif untuk dilakukan pemula. 

Berikut caranya:

  1. Anda berbaring di lantai dengan nyaman. Tangan diletakkan di samping tubuh dengan jempol dan telunjuk saling bersentuhan. Pejamkan mata dan taruh lidah di langit-langit.
  2. Anda lakukan menarik nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut dengan aturan nafas:

  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 50% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 90% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan nafas 1% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semua.
  • Ambil nafas dan keluarkan 100% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuannya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 30% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan semuanya.
  • Ambil nafas dan keluarkan 20% lalu ambil nafas dari titik itu dan keluarkan nafas semuanya.

3. Anda bernafaslah alami selama 5 menit dan akhiri dengan meditasi.

4. Anda membuka mata dan niatkan untuk meraga sukma. Setelah itu biarkan tubuh Anda rilaks dan tetap berbaring sambil tidur-tiduran sampai Anda memasuki kondisi sangat relaks atau setengah tidur. Sebab pada saat itu Anda mengalami sensasi seperti berputar atau gerakan energi dari dalam tubuh yang ingin keluar. Apabila tubuh Anda menjadi dua maka Anda tinggal mengendalikan “tubuh halus” alias sukma untuk berjalan-jalan.


Teknik meraga sukma metoda Meditasi Levitasi Pikiran Chi Kung ini sangat aman dan efektif. Anda yang melakukan tahapan latihan dengan benar manpu melepas sukma hanya beberapa kali latihan saja. Apabila Anda ingin mengembalikan “badan halus” alias sukma hanya tinggal meniatkan menarik sukma masuk tubuh dan membuka mata Anda.

Sesungguhnya, apa yang disebut sebagai Ilmu Meraga Sukma hanya memanfaatkan pontesi otak untuk menproyeksikan dan melevitasikan pikiran untuk keluar tubuh. Prosesnya membutuhkan bantuan energi tubuh besar yang bisa dirangsang dengan motada pernafasan tertentu.

Perlu dikatahui, dalam penguasaan melepas sukma ini banyak sekali orang yang memakai metoda tirakat yang biasanya meminta bantuan jin. Metoda bantuan jin ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara syariat Islam karena kita telah berkolaborasi dengan jin yang dilarang Allah untuk berhubungan dengan jin (Baca QS. Al-Jin:9).

Selain itu, metoda tirakat kolaborasi dengan jin jelas sekali memiliki efek-efek negatif secara medis. Sebagai contoh, si jin hanya membantu menproyeksikan dan melevitasikan pikiran keluar tubuh dengan merekayasa sistem syaraf otak kita, sehingga potensial bisa mengganggu sistem syaraf kita jika saja kita tidak kuat dan sungguh-sungguh telah siap.

Metoda teraman dan terefektik adalah dengan memanfaat pontesi tubuh manusia sendiri, yakni hanya dengan meningkatkan kapasitas energi tubuh supaya mampu menlontarkan sukma keluar tubuh, dan melakukan proses perjalanan luar tubuh. Tentunya membutuhkan latihan yang intensif dengan jangka waktu tertentu.

MERAGA SUKMA DENGAN AMALAN SURAH AL-KAHFI

Jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempol semata….

Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini terdiri dari 30 juz, 114 surah, yang isi kandungannya menyelimuti seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Ada masalah Tauhid, hukum, ilmu pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin atau kisah orang-orang shaleh yang begitu gigih dan berani berkorban demi mempertahankan iman kepada Allah SWT. Salah satunya adala kisah para pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as, di masa pemerintahan raja Dikyanus (Dicius). Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi. Kisah tentang mereka terdapat dalam Surah Al-Kahfi.

Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga diceritakan tentang Nabi Musa as yang disertai salah seorang muridnya mencari Nabi Khidir as dipertemuan dua arus laut untuk belajar ilmu gaib, namun sayang Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba ilmu tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika seseorang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu minggu sesudahnya.

Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi yang telah membuktikan kebenarannya.

Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam. Ketika itu, saya masih kuliah di salah satu perguruan Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai mahasiswa, saya amat suka membeli dan membaca buku, baik yang berhubungan dengan mata kuliah, maupun buku-buku yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau buku-buku ilmu hikmah.

Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan amalkan adalah Kitab Mujarabat. Saya pernah mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya yang bernama Syekh Abdul Wahid, namun saya tidak berhasil untuk bertemu dengan khodam tersebut.

Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang terjadi?

Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda ingin bertemu dengan ruh diri Anda sendiri, atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir surat Al-Kahfi sebanyak 160x. Diceritakan bahwa amalan ini pernah diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman Belanda.

Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi oleh ruh dirinya sendiri yang mengatakan bahwa dia sebentar lagi akan dibebaskan dari penjara. Tidak lama kemudian, orang tersebut benar-benar dibebaskan dari penjara.

Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi. Waktu itu, kebetulan saya tinggal sendiri dikos-kosan. Dengan demikian saya bisa membuat persiapan yang dibutuhkan dengan matang. Seperti menyediakan hio cap buah Tao, serta puasa hari kamis. Malam Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di atas susuai dengan petunjuk yang ada dalam Mujarobat.

Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan amalan tersebut. Namun, Alhamdulillah, penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu, saya membakar hio kemudian berbaring di atas dipan. Posisi tubuh telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada seperti orang shalat sambil berdzikir.

Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas inisiatif sendiri.

Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa sampai suatu ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran anak-anak kecil berusia lima tahunan. Mereka melempari tubuh penulis dengan bola-bola tenis.

Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka. Kemudian saya bangun untuk mengusir mereka. Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit, ternyata penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri yang telentang di atas dipan. Anehnya, hal yang musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis malah langsung mengusir anak-anak tersebut hingga akhirnya mereka menghilang. Setelah itu, saya terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih terbaring di atas dipan.

Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya bertambah yakin dengan kebenaran petunjuk di dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut, membuat penulis ingin mengulanginya kembali.

Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun saya melakukan prosesi yang serupa. Hingga sampailah ketika saya sedang asyik dengan dzikiran, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan orang-orang tinggi besar.

Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai flafon. Tubuhnya yang tinggi besar ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka juga hanya dibungkus dengan cawat putih, dengan mata sebesar bola pingpong berwarna merah.

Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang menyala. Dalam hati penulis berpikir, “Pasti mereka adalah orang tua dari anak-anak yang malam Jum’at sebelumnya menggangguku. Tentu orang tua mereka menuntut balas padaku!”

Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit dari tidur. Aneh, sama seperti kejadian sebelumnya, tubuh penulis ketinggalan di atas dipan. Namun saya tidak menghiraukan hal tersebut. Dengan gigih saya membalas serangan mereka dengan menangkap lemparan obor-obor mereka. Setelah berhasil saya tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah mereka.

Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka selalu bisa menghindari lemparan penulis. Hingga, pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat Qursyi. Kemudian melempar obor api itu dengan sekuat tenaga. Akhirnya, terdengar lengkingan panjang. Merekapun menghilang.

Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!

Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka pada malam Jum’at berikutnya, penulis mengulang lagi amalan tersebut diatas. Namun kejadian kali ini sungguh luar biasa bagi penulis yang waktu itu belum pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak mengerti kejadian apa yang sedang penulis alami.

Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan tubuh saya dapat naik dan berputar-putar seperti spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok ke bawah, maka saya dapat melihat tubuh sendiri yang masih telentang dengan posisi tangan bersedekap seperti orang shalat.

Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi di saat yang sama ada kenikmatan luar biasa yang belum pernah penulis rasakan seumur hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis sempat melewati bintang-bintang dengan aneka warna yang sangat indah. Setelah itu, barulah penulis ingat akan tubuhku yang masih tertinggal di bumi, tepatnya di atas dipan.

Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam perjalanan menuju ke alam kematian. Alangkah enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa sewaktu ruhnya mau keluar dari raga. Tetapi yang saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan yang luar biasa.”

Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini, penulis teringat kedua orangtua. Mereka mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak sebagaimana saudara-saudara penulis yang kuliahnya berhenti di tengah jalan. “Lantas, kalau aku mati, pupuslah harapan mereka!” Batin penulis. Karena itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau mati saat itu. Ya, penulis ingin kembali ke dunia!

Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai terlonjak. Saya pun lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak didengar oleh para tetangga, maka saya pun menutup mulut dengan bantal.

Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi tersebut. Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak bisa kembali lagi dan mati, untuk kemudian dikubur. Padahal bisa jadi, saat itu saya belum semestinya mati.

Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu dengan seorang yang ahli dalam ilmu Hikmah. Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang berderajat Waliyullah yang kebetulan bertemu dengan penulis di kampung Karang Tengah, Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa sebenarnya kejadian yang saya alami itu bukan menuju alam kematian, tetapi menuju suatu tempat dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan ilmu laduni.

Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa orang yang mengamalkan 4 ayat terkahir surah Al-Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan. Tapi orang yang mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya harus mempunyai pagaran badan yang kuat agar tidak diganggu makhluk gaib sewaktu ruh atau sukmanya meninggalkan badan.

Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak melakukan meraga sukma untuk beberapa waktu. Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan agar kalau sedang meraga sukma tidak akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Amalan untu pagaran badan ini berupa puasa selama 7 hari, serta wirid selama 7 malam berturut-turut.

Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran badan, penulis diajak meraga sukma oleh guru. Setelah itu penulis dengan mudah melakukan meraga sukma berkat mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi.

Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni sendiri. Semoga ada hikmahnya. Pesan saya, jangan sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa bimbingan seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.


Sumber:

https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000000869054/meraga-sukma/4


Indera Keenam

Indera Keenam

Gunakan kemampuan anda untuk membantu diri sendiri dan orang lain, tetapi bukan untuk pamer. Kemampuan cenayang anda adalah kehidupan anda dan bukan untuk menjadi pusat perhatian. Penyalahgunaan kemampuan cenayang oleh seseorang dapat mengakibatkan kemampuan tersebut berbalik menghancurkan diri sendiri.

Kemampuan cenayang adalah kemampuan untuk mendapatkan informasi, Energy, atau kekuatan di dalam kesadaran kosmik, Serta kemampuan untuk memamfaatkan informasi, energy, atau kekuatan yang telah di peroleh.

Saya akan memperlihatkan cara untuk menciptakan sasaran cenayang yang berguna bagi anda. Cara tersebut dapat membantu anda untuk mencapai sesuatu yang benar-benar anda inginkan, kuncinya, anda benar-benar menghendakinya. Banyak orang berharap agar terjadi perubahan. Tetapi, yang terjadi hanya sampai pada tahap harapan. Mereka tidak mempunyai keinginan kuat untuk melakukan perubahan. Agar harapan anda bisa menjadi kenyataan, anda harus mengikuti Hukum alam semesta.


Keempat unsur berikut diperlukan untuk pencapaian kemampuan cenayang/Indera keenam:

  1. Memiliki Harapan
  2. Menciptakan Impian (Visualisasi )
  3. Melepaskan Impian kedalam Pikiran Agung (Kepercayaan dan komitmen) Sambil tetap mempertahankan Visualisasi
  4. Melakukan Tindakan Konstruktif (Latihan mengendalikan dan mengarahkan impian)


Untuk menjadi seorang cenayang, anda hanya perlu mempelajari bagaimana agar otak memasuki alpa atau theta secara sengaja, visualisasi merupakan kunci untuk mencapai gelombang otak theta berdasarkan kehendak sendiri dan kemudian menggunakan keadan itu untuk mencapai keadaan cenayang. Anda cukup memejamkan mata, kemudian anda melakukan sejumlah latihan relaksasi, visualisasi bisa juga dengan meditasi dan membaca mantra maupun do'a.


Mata Cenayang/ penglihatan/ cakra ajna:

Sebagian besar cenayang banyak menggunakan indera penglihatan di dalam karya cenayang mereka. Ada dua macam penglihatan cenayang: Pertama, Menyangkut penglihatan citra, pemandangan, atau berbagai mahluk yang ada di dalam pikiran kita. Kedua, Menyangkut penglihatan citra, pemandangan, atau berbagai mahluk yang berada di luar pikiran kita. Dalam konteks ini, mahluk yang di maksud misalnya hantu, arwah, atau bias dengan merasakan kehadiran bahkan menyentuh entitas lain.


Membuat Peka Mata Cenayang/Penglihatan :

  1. Pada malam hari, tanpa lampu yang menyala, tengoklah di sekeliling anda. Pelajari dan kenali bentuk yang anda lihat. Lakukan hal ini di tempat tidur ,diranjang anda, di halaman ruma, ketika anda berjalan-jalan di tempat lain.
  2. Pada saat ada mengenali bentuknya, katakanlah di dalam batin atau dengan suara keras( tersera anda ): " Ternyata seperti ini bentuk ( sebutkan nama benda atau sesuatu yang anda lihat tersebut ) di kegelapan. Aku telah membuat penglihatanku semakin peka untuk mengenali berbagai benda di kegelapan dan di bawah cahaya apa pun secara akurat."
  3. Pada siang hari yang cerah di tempat manapun dan kapanpun, sisihkan beberapa detik untuk mengamati apa yang ada di sekitar anda.
  4. Secara mental, ulangi apa yang anda lihat dan katakanlah: " aku melatih pikiran cenayangku agar setiap saat dapat mengamati lingkungan secara akurat."
  5. katakanlah: " Aku memerintahkan pikiran bawah sadarku agar selalu mengingatkanku mengenai segala sesuatu yang perlu kulihat demi kepentinganku dan perlindungan bagi diriku. Dengan demikian, aku dapat berfungsi dengan kapasitas cenayangku secara penuh." 


Prosedur awal ini bersifat ilustratif. Anda dapat mempraktikan kiat tersebut apa adanya. Atau, Anda juga bisa menciptakan latihan anda sendiri untuk mencapai penyesuaian yang serupa bagi pikiran cenayang anda.

Ini merupakan jenis latihan yang bisa anda praktikan setiap hari selama beberapa detik. Sebab latihan ini bisa membuat pikiran cenayang anda semakin peka, Anda akan takjub ketika anda mengetahui banyak hal yang terdapat di lingkungan anda. Sebelumnya, anda tidak menyadari kehadirannya. Kekuatan yang memadai untuk melakukan pengamatan merupakan asset yang berharga..

Terima kasih bila anda sudah memahami dan mampu mempraktekannya dengan baik dan benar serta dapat merasakan manfaatnya, Niat kami untuk membantu anda, itulah sebabnya kami berusaha untuk memberikan semua ilmu yang kami miliki kepada anda semua dengan cara yang lebih mudah, praktis, cepat dirasakan manfaatnya, ilmu ini berguna seumur hidup, sebelum ilmu ini kami berikan kepada anda, secara pribadi kami sudah uji coba dan di antara 160- orang yang memakai ilmu ini hanya 3 orang yang gagal itupun karena di sebabkan mereka malas belajar dan berlatih, sedangkan sebagian besar orang berhasil dalam menggunakannya.


Note

  1. Kemampuan cenayang , indera keenam tidak mesti dengan bisanya melihat mahluk halus/aura tetapi ini juga bisa di buktikan ketika anda bisa merasakan sesuatu penomena (intuisi), Merasakan keberadaan mahluk halus, berkomunikasai dengan mereka bahkan bersentuhan.Sebelum melakukan latihan seperti petunjuk di atas, harap membaca mantra mata cenayang terlebih dahulu minimal 3-7 x
  2. Gunakan Musik Meditasi bila ada, ini akan membantu anda dalam tahap latihan mata cenayang untuk memasuki trance theta, Musik meditasi dapat anda ambil/download Gratis di website : www.tariksukma.co.nr
  3. Jika ada kesempatan berpuasalah sebanyak 1 hari atau 3 hari di mulai pada hari kelahiran anda, ini bertujuan untuk meningkatkan power anda serta untuk mempercepat penguasaan ilmu cenayang.


Keberhasilan anda, kebahagian buat kami


Terima kasih,


http://tariksukma.co.nr/


 

21 Tara

 

1. Tara Hijau

Warna hijau, tangan kiri memegang utpala mekar, diatasnya terdapat utpala yang separuh mekar dan masih kuncup.

Mantra :

Om Tare Tuttare Ture SoHa.

Keterangan:

Gabungan dari kemampuan dan pahala dari 21 Tara.

 

2. Tara Pereda Bencana

Berwarna putih, tangan kiri memegang teratai putih.

Mantra :

Om Vajra Tare Sarva Bighanen Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan segala penyakit dan bencana yang timbul dari tanah, air, api dan angin.

 

3. Tara Pereda Bencana Bumi

Berwarna biru, tangan kiri memegang bunga teratai, diatas teratai terdapat vajra.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Lam Lam Bhaya Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan bencana yang berhubungan dengan bumi, seperti gempa bumi, tanah longsor, bumi terbelah, bangunan ambruk dan lain sebagainya.

 

4. Tara Pereda Bencana Air

Warna merah, tangan kiri memegang teratai, diatas teratai terdapat maniratna yang mengeluarkan api.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Bam Bam Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan bencana yang berhubungan dengan air, seperti kapal tenggelam, banjir, tsunami dan lain sebagainya.

 

5. Tara Pereda Bencana Api

Warna kuning, tangan kiri memegang teratai, diatas teratai terdapat mutiara lazuardi putih.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Ram Ram Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan segala bencana yang timbul dari api.

 

6. Tara Pereda Bencana Angin.

Warna putih, tangan kanan membawa teratai yang diatasnya terdapat Dharmacakra.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Yam Yam Jalabhaya Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan segala bencana yang timbul dari angin, seperti angin topan, badai dan lain sebagainya.

 

7. Tara Penambah Berkah dan Kebijaksanaan

Warna kuning, tangan kanan memegang maniratna didepan dada, tangan kiri memegang tongkat yang diujungnya terdapat Vajrakusa ( Vajra Kait).

Mantra :

Om Ratna Tare Sarva Lokha Jhanabaya Dhara Dhara Dhiri Dhiri Shim Shim Sha Jhana Pusting Kuru Om.

Keterangan :

Dapat memperoleh kekayaan, kekuasaan, nama, kebijaksanaan dan kesaktian.

 

8. Tara Pereda Bencana Alam

Warna hijau, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Visvavajra (Vajra Salib).

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Eh Eh Maha Hana Bhaya Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Mampu melenyapkan halilintar, hujan es, bencana kekeringan, banjir dan bencana alam lainnya.

 


9. Tara Pereda Bencana Peperangan

Warna biru, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Vajrakhadga (Pedang Vajra)

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Dhi Dhi Dhi Chana Rakcha Rakcha Kuru Svaha.

Keterangan :

Dapat menghalau segala bahaya yang ditimbulkan oleh senjata, seperti pedang, tombak, senapan, mesiu dan lain sebagainya.

 

10. Tara Pembebas Dari Kurungan.

Warna merah, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kaitan besi.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Mama Sarva Raja Tushium Shoda Shintam Kuru Svaha.

Keterangan :

Menghindari dan membebaskan dari kurungan serta segala hukuman yang timbul dari fitnahan.

 

11. Tara Penolong Dari Bencana Perampokan.

Warna hitam, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kapak.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Shora Bhinda Bhinda Drichom Svaha.

Keterangan :

Menghindari dan membebaskan diri dari penyamun.

 

12. Tara Penumbuh Wibawa.

Warna merah, tangan kanan memegang teratai yang diatasnya terdapat kaitan vajra, tangan kiri memegang tali jerat.

Mantra :

Om Pema Tare Sandara Hrih Sarva Loka Washan Kuru Ho.

Keterangan :

Dapat memperoleh kewibawaan dan kekuasaan, dikagumi oleh orang lain, membuat bawahan dan rakyat menurut. Suami istri harmonis.

 

13. Tara Penolong Dari Gangguan Mara

Warna hitam, tangan kanan membentuk mudra abhaya, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat vajrakila berkepala tiga penakluk mara.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Pusting Bhiganen Bam Phat Svaha.

Keterangan :

Menyingkirkan penyakit dan gangguan roh jahat, serta bencana yang disebabkan oleh mara langit, mara bumi, mara kekosongan dan naga bumi.

 


14. Tara Penolong Dari Gangguan Hewan Ternak.

Warna coklat tua, tangan kanan membentuk mudra abhaya, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Vajrakhadga (Pedang Vajra).

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Ham Ham Pusting Hana Hana Trasaya Phat Svaha.

Keterangan :

Dapat menghindari segala serangan hewan pemakan rumput seperti gajah, sapi, kuda, kambing dan lain sebagainya.

 

15. Tara Penolong Dari Gangguan Binatang Buas.

Warna hitam, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat lidah api.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva He He Cale Cale Bhinda Phat Svaha.

Keterangan :

Dapat menyingkirkan gangguan dan serangan binatang buas seperti singa, beruang, serigala, macan dan lain sebagainya.

 

16. Tara Penawar Racun.

Warna putih, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat kalasha yang penuh dengan amrta.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Bhigacalaya Hara Hara Phat Svaha.

Keterangan :

Melenyapkan segala macam racun, seperti obat beracun, gas beracun, ular berbisa, serangga beracun, racun alam dan racun buatan manusia.

 

17. Tara Penakluk Mara.

Warna Hitam, sepasang tangan memegang Vajrakila bermuka tiga di depan dada.

Mantra :

Om Karma Tare Sarva Shayum Bhiganen Mara Sena Haha Hehe Hoho Ham Ham Bhinda Phat.

Keterangan :

Dapat menaklukan mara langit, semua dewa adharmik, dewa jahat dan roh jahat.

 

18. Tara Bhaisajyaraja

Warna hijau kekuningan, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat buah haritaki.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Jala Sarva Dukha Prasamanaya Phat Svaha.

Keterangan :

Dapat melenyapkan segala macam penyakit dan wabah.

 


19. Tara Amitayus.

Warna putih, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat Amitayuskalasha yang penuh dengan amrta.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Vajra Ayukhe Svaha.

Keterangan :

Dapat memperpanjang usia, terhindar dari bahaya kematian sebelum waktunya dan segala petaka.

 

20. Tara Sumber Harta

Warna kuning, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat ratnakalasha yang penuh dengan ratnamanikam.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Jambhemohe Danametti Hrih Svaha.

Keterangan :

Terhindar dari kemiskinan dan segala macam kesulitan perekonomian.

 

21. Tara Pengabul Harapan

Warna hijau kekuningan, tangan kiri memegang teratai yang diatasnya terdapat jalinan manggala.

Mantra :

Om Tare Tutare Ture Sarva Artha Siddhi Siddhi Kuru Svaha.

Keterangan :

Memperoleh keberhasilan dalam semua hal bajik, terkabul sesuai kehendak, terutama dalam memohon anak.

Pelimpahan jasa: Semoga semua makhluk bebas dari dukkha dan memperoleh kebahagiaan sejati.

17 July 2021

Kalacakra Buddha Vajrayana dan kebatinan Jawa

 

Tanpa ada maksud utk merendahkan/menghina, saya ingin men-share ke-ilmuan yang aslinya (Yamantaka / Vajra Bhairava Tantra) daripada versi distorsi nya (Kalacakra).

Semata2 bertujuan agar kita bisa saling asah, asuh, asih MENGGALI kembali ke-elmu-an di Jawa yg asli dan membongkar semua mitos2 dan segala versi Distorsi.

Oke, saya mulai ya.

1. bahwa Kebatinan Kejawen tak lain adalah versi tidak komplitnya aliran Buddha Vajrayana yang dulu berkembang di Nusantara

2. Sejak jaman kehancuran Majapahit, para praktisi aliran Vajrayana di bhumi nusantara ……………….., sehingga semua prakteknya tidak lagi dilakukan di tempat terbuka yang kebanyakan candi2 pamujan banyak yang dihancurkan, melainkan prakteknya secara diam2 tengah malam supaya tidak kedengaran, jadi dilakukan di BATIN saja, makanya disebut kebatinan.

3. Aliran Vajrayana di tanah Nusantara dulunya sangat hebat sekali bahkan banyak dijumpai para praktisi dari Tibet datang ke Nusantara utk belajar dan dibawa ke negaranya, misalnya dari guru besar Dharmakitri-Atisha yang menjadi pendiri salah 1 aliran dan 4 aliran utama di tibet.

4. MITOS alias versi DISTORSI aji KALACAKRA.


Asal Mula pencarian

mantra ini dipercayai sebagai penolak sial, oleh para generasi setelah invasi budaya arab masuk dan menghancurkan majapahit.

Yakni dipercaya bahwa kala adalah pembawa sial. Apakah begitu dulunya?

Dalam aliran Vajrayana/Tantrayana, Kala adalah salah satu pelindung Dharma yang berkuasa atas WAKTU(Wheel of Time).

Ketika saya mencari lebih dalam ttg KALACAKRA, ternyata di tibet juga dikenal kata KALACAKRA, namun bukan sbg penolak sial, melainkan utk ber-kultivasi secara spiritual, dan merupakan salah satu Sadhana tingkat tinggi dalam aliran Tantra.

Isi dari mantranya memakai 10-seed syllable yang disebut sbg 10 Bijjakshara, maksudnya 10 aksara(Om Ah Hung: HOH HAM KSHAH MA LA VA RA YA HUM PHET ), Btw Sumbernya dari sini (http://kalachakranet.org/kalachakra_…_powerful.html)


Lho jadi kan berbeda banget dengan mantra kalacakra dijawa, yang silabel berjumlah 32, yakni

YAMARAJA……….JARAMAYA

YAMARANI………..NIRAMAYA

YASILAPA…………PALASIYA

YAMIRODA……….DAROMIYA

YAMIDOSA……….SADOMIYA

YADAYUDA………..DAYUDAYA

YASIYACA……….CAYASIYA

YASIHAMA……….MAHASIYA


Nah terus gimana ??

Pencarian 32 Seed Syllable Mantra(ber abjad 32)

Setelah mencari2 akhirnya ada nemu mantra yang mempunyai 32 aksara, yakni Mantra Yamantaka.

Begitu saya lihat langsung kaget, aliran darah ikut bergolak….KETEMU DAH….saya kenal beberapa KATA2 nya.

Nah sabar dulu ya….sebelum saya tuliskan Mantra aslinya, saya ingin berikan backgroundnya siapakah Si Yamantaka ini?

Yamantaka yang dikenal sebagai Vajra Bhairava

Secara legenda di tibet, di kenal dewa hindhu bernama Yama, yakni Dewa diantara para Yaksa2 di alam kematian. Konon Yama sewaktu di tibet sering mencabut nyawa org2 banyak karena kurang sesajen.

Akhirnya Buddha Manhjuri (utk umur panjang) mengambil bentuk ‘MURKA’ (Ngalih Rupa- Ngalih papan ganti aran) menjadi Yamantaka Sang Pelindung Dharma.

Yamantaka (Vajra Bhairava) adalah pelindung Dharma yang berkepala 9, berwajah hitam seperti sapi, bertanduk, 1 penciptaan 1 penghabisan. Punya 34 tangan yang memakai mudra Tarjani/Mudra. 34+pikiran+tubuh+perkataan disebut 37 Bantuan pencerahan. Serta punya 16 kaki yg artinya 16 tingkat kekosongan.

Yamantaka adalah bentuk murkanya Bodisatva Manhjuri. Utk mengalahkan Yama, Mahnjuri mengambil bentuk seperti Yama hanya lebih sempurna dan ampuh serta tak terbatas.

Jadi jangan salah tafsir, yamantaka tidak sama dengan yama.

Yamantaka, alias Vajra Bhairava adalah musuh penghancur Yama.

Sadhana Yamantaka Tantra (Patrap Yamantaka[mengalahkan Yama/kematian] aliran Tantra)

Tujuan sadhana ini utk berumur panjang mengalahkan hidup dan mati.

Setelah mencari mantra2 ber bulan2 akhirnya sebuah kita kuno dari aliran Gelug-pa di tibet. Kitab ini judulnya “Sarvatathagatakayavakcitta-Krsnayamaritantra).

Sampai sekarang, sadhana ini masih terus di pakai baik di tibet maupun di nepal.

nah begini MANTRA ASLINYA:

1.Om Ah Hung

2.YA MA RA JA

3.SA DO ME YA

4.YA ME DO RU

5.Ya YO DA YA

6.YA DA YO NI

7.RA YA KSHI YA (Ya Kshi Ya sebetulnya dibaca Yaksi’a, artinya para Yaksa2)

8.YAk SHI YA CA

9.NI RA MA YA

10.Hum Hum Phat Phat Svaha


Setelah bongkar2 dan cari2 kamus sansekerta, ada beberapa kata yg berhasil dicari artinya;

Yama raja= Dewa Yama

Sadomaya=Sado(Pasukan) +Ameya(Yg tak terbatas dan tak terkalahkan)

Yamedoru=Yama[e](Yamantaka)+Dor[u](Punya tangan banyak)

Dayodaya=Dayo(Pengampunan)+Udaya(Perbuatan/produksi)

Yadayoni Ra Yak Shi Ya= Yada(??belum nemu)+Ayo-NiRaYak-Shi’Ya(Karena kamu mampu menghancurkan Neraka Besi

Niramaya=Nir+Amaya(Aku berkeinginan memujamu, wahai penghancur penyakit[kematian])

Jadi ini sebetulnya adalah mantra pemujaan memohon perlindungan pada Bodhisattva Yamantaka utk menghancurkan YAMA.

Sayang sekali versi distorsinya tidak tau lagi tujuan, arti dan makna mantra ini, sehingga di gatuk2 no sehingga bunyinya enak, terus diarti arti kan sendiri menjadi

YAMARAJA……….JARAMAYA

siapa yang menyerang,berbalik menjadi berbelas kasihan

YAMARANI………..NIRAMAYA

siapa datang bermaksud buruk, malah akan menjahui

YASILAPA…………PALASIYA

siapa membuat lapar akan malah memberi makan

YAMIRODA……….DAROMIYA

siapa memaksa malah menjadi memberi keleluasaan/kebebasan

YAMIDOSA……….SADOMIYA

siapa membuat dosa, berbalik membuat jasa

YADAYUDA………..DAYUDAYA

siapa memerangi berbalik menjadi damai

YASIYACA……….CAYASIYA

siapa membuat celaka berbalik menjadi membuat sehat dan sejahtera

YASIHAMA……….MAHASIYA

siapa membuat rusak berbalik menjadi membangun dan sayang.


Yang lucu adalah Yamidosa….kebalikan dari Sadomaya, padahal Sadomaya artinya gak ada hubungannya sama pembuat dosa/jasa.

Sadomaya adalah perwujudan Yamantaka.

Sayang semenjak para pengikut Vajrayana ‘dipaksa’ pindah agama arab, ilmu ini kena distorsi dan dikorupsi menjadi ‘kalacakra’.

Barangkali sepenggal mantra tidak komplit yang tersiksa sudah terlupakan judul dan tujuan asalnya, yang mungkin cuma diingat adalah utk umur panjang yang kemudian di identifikasikan dengan penolak sial yang kebetulan ‘kolo’ dalam bahasa jawa ngoko berarti sial, namun bukanlah seperti ‘Kala’ di versi Tantra Aslinya.

Para sedulurku penghayat kejawen, saya minta maaf jika ada kata2 yg menyinggung. Saya harap anda berada dalam kategori ke tiga. Sehingga Ilmu kejawen kuno bisa digali lagi dan dikembalikan ke bentuk aslinya.

3 gol.

1. Fanatik-Konserfatif: Tidak mau tau asalnya seperti apa, dan memegang teguh ’sisa2′ ajaran kejawen kuno dari vajrayana(bahkan tidak mengakui) yang jelas jelas notabene sudah ter ‘distorsi’ sesuai budaya kita yang ‘korupsi’……(hehehe terlalu banyak pake kata SI )

2. Progresif; peduli dan mau mencari jejak2 serta menggali budaya ilmu sendiri dan berpikir open minded.

3. Abangan; Mriki Jowo tapi ora jowo, artine ora beneh alias jaman edan, wis dicampur Sak enak udele karo setan arab.t


sumber: https://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/07/04/kalacakra-buddha-vajrayana-dan-kebatinan-jawa/

Mengungkap Makna Kehidupan di Balik Huruf Jawa

Maaf bagi yang tidak mengetahui huruf Jawa tidak usah paranoid dulu ya karena inti tulisan ini bukan huruf Jawa itu sendiri, tetapi lebih ke masalah makna kehidupan. Anda tidak begitu membutuhkan kemampuan dan/atau pengetahuan tentang huruf Jawa kok, yang penting membacanya pelan dan jangan terpaku pada huruf Jawa-nya. Fokuslah pada penjelasannya.

(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )

Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.

Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .

Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


 (2) DA TA SA WA LA

DA TA SA WA LA (versi pertama):

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA (versi kedua):

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).



(4) MA GA BA THA NGA :

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


 Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).


(1) HA NA CA RA KA:

Ha: Hurip = hidup

Na: Legeno = telanjang

Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas

Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani

Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.


Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:

**) Ketelanjangan=kejujuran

Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh 😀 ). Sedangkan  CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.


**)) Pengembangan potensi

Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).

Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).

(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)

Da: Dodo = dada

Ta: Toto = atur

Sa: Saka = tiang penyangga

Wa: Weruh = melihat

La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.


DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.

Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.


DA TA SA WA LA: (versi kedua)

Da-Ta (digabung): dzat = dzat

Sa: Satunggal = satu, Esa

Wa: Wigati = baik

La: Ala = buruk


DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.


(3) PA DHA JA YA NYA:

PA DHA JA YA NYA = sama kuat

Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.


(4) MA GA BA THA NGA:

Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa

Ga: Raga = badan, jasmani

Ba-Tha: bathang = mayat

Nga: Lungo = pergi


Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.


Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.

 

*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *

Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN.


Sumber: https://deking.wordpress.com/2007/04/05/makna-kehidupan-di-balik-huruf-jawa/

Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)


Catatan "Masa Keemasan Iblis (Misterius Iblisius)" ini saya sertakan di awal buku "IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU, sebagai Kata Pengantar.

Penerbit Studia Press

ISBN: 9793760575

Sebuah pertanyaan ketika masih remaja, "Siapa sebenarnya iblis itu? Siapa pula setan, jin dan malaikat? Bagaimana proporsi sebenarnya antara manusia, jin, setan, iblis, dan malaikat? Yang diperintahkan bersujud kepada Adam adalah para malaikat, lalu mengapa iblis dihukum karena tidak patuh? Kalau memang iblis juga termasuk yang diperintah, berarti iblis dulunya adalah malaikat!? Pada awalnya Tuhan memang telah menentukan bahwa Makhluk baru bernama Adam akan menjadi khalifah di bumi, maka bukankah terusirnya Adam dari sorga sudah menjadi skenarioNya? Mengapa diperintah berlindung dari Setan, dan bukan dari iblis?"

Dengan berbagai pertanyaan itu, sosok iblis menjadi incaran saya sejak remaja. Namun yang saya dapatkan dari buku hanya sekilas-sekilas dan dogma-dogma tentang tipudaya setan. Maka pencarian terus berlanjut, dan tertuju kepada khasanah kitab-kitab Islam klasik dan situs-situs di internet.

Betapa bahagianya ketika saya bertemu seorang kenalan di Jakarta Selatan yang menunjukkan dan meminjami saya software 2000 Kitab Kuning dari Al-Maktabatusy Syamilah, yang keberadaannya sudah saya ketahui beberapa tahun sebelumnya namun baru berhasil memilikinya. Semoga ridho Allah menaungi perjalanan hidupnya, apalagi sekarang sedang di negeri orang, Madinah Al-Munawwarah.

Keterangan tentang figur Iblis atau Azazil ini banyak disampaikan oleh Ibnu Abbas RA, yang dikutip oleh beberapa penafsir Al-Qur‘an. Lebih mudahnya dapat dicari pada software tersebut, cukup mencari dengan kata kunci 'azâzîl (عَزازِيلُ) maka akan merujuk kepada kitab-kitab yang tersedia.


Beberapa kitab-kitab berikut terdapat penjelasan di dalamnya tentang sosok ‘Azazil:

• Tafsîr Al-Qurthubiy 1:294-295,

• Tafsîr Ath-Thabariy, 1:502-503, 18:39,

• Tafsîr Al-Baghâwiy, 1:81,

• Tafsîr Ibnu Abî Hâtim, 1:93, 5:477,

• Tafsîr Al-Bahr Al-Muhîth, 1:191,

• Tafsîr Al-Khâzin 1:29,

• Tafsîr Al-Lubâb li Ibn ‘Âdil, 1:40,

• Tafsîr Ats-Tsa’alabiy, 1:21,

• Tafsîr Haqqiy, 1:108, 7:380, 12:209,

• Tafsîr Al-Alûsiy 1:272,

• Bahr Al-’Ulûm li As-Samarqandiy, 1:35,40,

• Al-Lubâb fî ‘Ulûm Al-Kitâb 1:229,232,

• Fathul Qadîr li Asy-Syaukaniy 1:73,

• Al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân 4:82-83,

• Syu’ab Al-Îmân li Al-Baihaqiy 1:158,

• Fath Al-Bâriy 6:339,

• Al-Bidâyah wa An-Nihâyah 1:59,62,80,

• Atau pada kamus dan kitab-kitab Mu’jam seperti Ash-Shahâh fî al-Lughah, Lisân al-‘Arab dan Tâj al-‘Arûs pada bab akar kata “Bâ-Lâm-Sîn”.


Kisah berikut adalah resume dari beberapa pencarian tentang sosok iblis dari kitab-kitab tersebut dan dari berbagai sumber lainnya.


PRA PENCIPTAAN ADAM

Sebelum Adam ada, langit dan bumi telah diciptakan jauh sebelumnya. Dari berbagai perbedaan pendapat, paling lama awal kehidupan Adam adalah 6000 tahun sebelum masehi, itu artinya Adam diciptakan 6000 ditambah tahun masehi waktu kita membaca buku ini. Misalnya, sekarang tahun 2008, berarti kira-kira Adam diciptakan 8008 tahun yang lalu. Sedangkan bumi telah ada jutaan tahun sebelum Adam diciptakan.

Sebelum Adam diciptakan, bumi telah dihuni oleh salah satu kabilah Al-Jinn, yaitu salah satu kabilah malaikat yang paling mulia. Dari Wahab ibn Munabbih: Tuhan semesta alam menciptakan api Samûm. Dari api Sammum ini Dia menciptakan Jinn. Samum adalah angin yang sangat panas membakar, atau api yang tidak ada asapnya. Ketika Tuhan menghendaki sesuatu maka terbakarlah satu hijab, dari api yang membakar hijab inilah kabilah jin diciptakan.

Dinamakan Kabilah Al-Jinn karena kabilah ini menjadi khazanah perbendaharaan surga (Khuzzan al-Jannah), untuk itulah disebut Al-Jannah (taman atau surga). Kata “jinn” dan “jannah” memiliki akar kata yang sama. Dan miniatur surga yang paling memenuhi syarat dari kesekian planet di jagad raya adalah bumi. Maka Tuhan memberi mereka bumi untuk tinggal di tempat itu, dan mereka hidup dan beribadah di sana dalam waktu yang lama.

Tersebutlah ia bernama Jann, nenek moyang bangsa jin yang menghuni bumi. Banyaknya ibadah yang ia kerjakan membuat para malaikat merasa kagum, dan berkata kepada Tuhan langit dan bumi, “Wahai Tuhan kami, angkatlah mereka ke langit, sehingga kami mungkin belajar dari mereka dan mengikuti contoh baik mereka”.

Maka Tuhan mengangkat dan mendidik Jann agar men-jadi salah satu diantara para malaikat dan ia hidup dengan mereka di langit pertama, kemudian Jann disebut dengan nama kemalaikatannya yang baru, yaitu Azazil. Sementara kaum jin yang lain —yang masih tinggal di atas bumi— sebagian hidup dalam kebenaran, sedangkan sebagian yang lain menjadi pendosa dan melanggar hukum.

Bumi mulai mengeluhkan mereka kepada Tuhan, “Wahai Tuhanku, apakah Kau ciptakan aku untuk didiami oleh penghuni yang durhaka?”

Tuhan menjawab, “Wahai bumi, bersabarlah, Aku akan mengirimkan para nabi diantara mereka untuk memimpin mereka kembali ke jalan yang lurus”.

Sampai waktu itu tidak ada nabi yang nampak diantara Jinn itu. Lalu Tuhan mengirim kepada mereka 800 nabi dan masing-masing mereka bunuh. Pada akhirnya Tuhan berkata kepada Azazil di langit pertama. Tuhan berkata kepadanya, “Pergilah, Azazil! Pergi dan perangilah mereka yang tak beriman dari kaummu yang tinggal di atas bumi”.

Azazil patuh, turun ke bumi dan memerangi kaum (jinn) yang tak beriman itu, ia menaklukkan mereka, kemudian Tuhan menurunkan api dari langit yang melahap habis mereka, yang tersisa dan dapat menyelamatkan diri ke tengah-tengah samudera. Hanya Jinn yang beriman dan beribadah yang dibiarkan hidup.

Azazil beribadah dengan sangat bersungguh-sungguh hingga ia diangkat ke langit yang pertama, atau menurut satu riwayat, ia telah banyak beribadah di langit pertama hingga ia diangkat ke seluruh tujuh lapisan-lapisan langit dan yang di atasnya.


SANG KEKASIH TUHAN

Dari Hasan Al-Bashri, “Azazil beribadah di tujuh lapisan langit hingga lebih dari 70.000 tahun, sampai ia diangkat ke Maqam Ridwan —ialah maqam yang sangat tinggi, dimana Ridwan menjadi penjaga Surga. Azazil menjadi penjaga Surga sampai ribuan tahun. Suatu ketia ia membaca sebuah prasasti pada salah satu gerbang surga, di situ tertulis:

"Akan ada salah seorang hamba diantara hamba-hamba kekasih Tuhan Yang Maha Perkasa, dalam jangka waktu yang lama ia akan taat dan menghamba kepada Tuhannya dengan amat baik. Akan datang suatu hari, akhirnya ia akan melawan dan menentang Tuhannya, dan ia akan diusir dari pintu-Nya dan dilaknat”.

Azazil membaca dan heran pada ramalan ini. “Bagaimana mungkin itu terjadi? Bahwa salah satu hamba yang terdekat kepada Tuhan akan durhaka kepada Tuhan semesta alam dan diusir dari kedekatan dan kesucianNya?” ia membela, “Ya Allah, Berilah aku ijin untuk mengutuk penentang itu, siapapun ia”.

Tuhan memberinya ijin, dan Azazil mengutuki pendosa (yang telah diramalkan) itu dalam waktu seribu tahun, tanpa ia tahu bahwa kutukan itu adalah untuk dirinya sendirinya. Azazil lupa, dirinya adalah juga hamba Allah dan tak menyadari bahwa kata “hamba” yang tertera pada tulisan di pintu surga itu bisa menimpa kepada siapa saja, termasuk dirinya.

Selama itu pula Azazil menjadi malaikat yang dikenal penduduk surga karena doanya selalu dikabulkan oleh Allah, bahkan para malaikat pernah memintanya untuk mendoakan agar mereka tidak tertimpa laknat Allah.

Tersebutlah suatu ketika saat berkeliling di surga, malaikat Israfil juga melihat dan membaca tulisan yang dibaca oleh Azazil tersebut. Tulisan itu tak pelak membuat Israfil menangis. Ia takut, hamba yang diramalkan itu adalah dirinya. Beberapa malaikat lain juga menangis dan punya ketakutan yang sama seperti Israfil, setelah mendengar kabar perihal tulisan di pintu surga itu dari Israfil. Mereka lalu sepakat mendatangi Azazil dan meminta didoakan agar tidak tertimpa laknat dari Allah. Setelah mendengar penjelasan dari Israfil dan para malaikat yang lain, Azazil lalu memanjatkan doa. “Ya Allah. Janganlah Engkau murka atas mereka”.

Dengan reputasi ibadahnya, Azazil semakin bebas berkelana ke seantero lapisan langit. Tidak ada wilayah langit yang belum dikenalnya. Seluruh malaikat kagum kepadanya. Azazil dikenal sebagai malaikat yang maqbul doanya.

Di luar doanya yang mustajab, Azazil dikenal juga seba-gai penghulu para malaikat, bendaharawan surga, malaikat yang paling hebat dalam hal ijtihad dan paling banyak ilmunya, malaikat yang paling terang, malaikat yang paling mulya yang memiliki empat pasang sayap.

"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus bermacam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat..." (QS. Fâthir [35]: 1).

Jadilah Azazil sebagai pemimpin malaikat di langit terdekat (samâ’ ad-dunyâ), cakrawala langit yang dapat kita saksikan serta bumi dan isinya diserahkan pengaturannya kepada Azazil. Karena memang ia bertugas mengatur urusan yang termasuk dalam lingkup langit dunia, yaitu makrokosmos yang termasuk juga bumi serta planet-planet lainnya, matahari, seluruh bintang dan galaksi hingga supercluster.

Semua lapis langit dan para penghuninya menjuluki Azazil dengan sebutan penuh kemuliaan meski berbeda-beda:

Pada langit lapisan pertama ia berjuluk Al-'Âbid, ahli ibadah yang mengabdi luar biasa kepada Allah. Di langit kedua, julukan Azazil adalah Ar-Râki’ atau ahli rukuk kepada Allah. As-Sâjid atau ahli sujud adalah gelarnya di langit ketiga. Pada langit berikutnya ia dijuluki Al-Khâsyi' karena selalu merendah dan takluk kepada Allah. Karena ketaatannya kepada Allah, langit kelima menyebut Azazil sebagai Al-Qânit. Gelar Al-Mujtahid diberikan kepada Azazil oleh langit keenam, karena ia bersungguh-sungguh ketika beribadah kepada Allah. Pada langit ketujuh, ia dipanggil Az-Zâhid, karena sederhana dalam menggunakan sarana hidup.

Selama 120 tahun, Azazil, si penghulu para malaikat menyandang semua gelar kehormatan dan kemuliaan, yang dengan itu Azazil mulai merasa bangga akan kedudukannya. Kesombongan mulai merasuki diri Azazil. Untuk itu Tuhan hendak menjadikan kesombongan yang tersembunyi dalam diri Azazil menjadi nyata dengan menciptakan makhluk baru yang justru diciptakan dari tanah di bumi yang menjadi wilayah kekuasaan Azazil.


PENCIPTAAN ADAM AS

Tibalah saatnya ketika para malaikat melakukan musyawarah besar atas undangan Allah.

“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di bumi”. Para malaikat berkata: “Mengapa hendak Kau jadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memujiMu dan menyucikanMu?” Tuhan menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui”. (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Kekhawatiran malaikat ini karena memang sebelumnya telah terjadi pertumpahan darah di bumi oleh bangsa jinn.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah”. (QS. Shâd [38]: 71)

Dalam Bahrul ‘Ulûm li As-Samarqandiy 1:35, disebutkan: Kemudian Allah memerintahkan malaikat Jibril untuk mengambil tanah di bumi sebagai bahan penciptaan Adam. Namun bumi berkata kepada Jibril: “Atas nama Allah yang telah mengutusmu, jangan kau lakukan! karena aku takut dari tanah ini akan diciptakan makhluk yang banyak durhaka kepada Allah, sehingga aku akan malu kepadaNya”.

Demikianlah argumentasi bumi yang telah lama bersahabat dengan Azazil, sehingga sangat pandai mengolah kata. Bumi menolak perintah Allah dengan bersumpah atas nama Allah, sebuah kalimat kontradiktif yang secara sepintas nampak tawadhu‘ namun terjadi pengingkaran perintah.

Namun karena Jibril di waktu itu tidak terlatih untuk berargumentasi, maka kembalilah Jibril ke hadapan Allah. Dengan rasa sungkan, Jibril menghadap Allah sambil berkata, “Demikianlah yang terjadi, ya Tuhan! Namun jika diperintahkan turun lagi ke bumi, hamba pun akan turun”.

Lalu diutuslah malaikat Mika’il, namun kejadiannya sama dengan Jibril. Begitu pula malaikat Israfil juga tak bisa berkelit dengan argumentasi bumi, hingga Israfil pun juga kembali menghadap Allah. Ini mengisyaratkan bahwa dari bumi akan tercipta dan lahir makhluk yang kedudukannya di sisi Allah bisa melebihi para malaikat.

Lalu diutuslah malaikat Izra’il, dan sebagai kalimat ketundukan sebelum melaksanakan perintah, Izrail memuji Allah dengan kalimat Baqiyatush Shalihah sampai lima kali:


SUBHANALLAH WAL HAMDU LILLAH, WALA ILAHA ILLALLAH

“Maha Suci Allah, segala puji untuk Allah, tidak ada tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan (izin) Allah”.

Maka turunlah Izrail ke bumi, dan seperti halnya Jibril, Mikail dan Israfil, bumi pun menggertak dengan argumentasi yang hebat. Namun Izrail membalas gertakan bumi dengan berkata, “mâ amarallâh awlâ min qawlik (Apa yang diperintahkan Allah lebih utama dari ucapanmu)”. Lalu Izrail mengumpulkan tanah berwarna merah, kuning, hitam dan putih, lalu dibawa kembali menghadap Allah.

Menurut versi lain, Izrail yang kemudian ditugasi Allah untuk membentuk rupa Adam. Dan karena Izrail yang berhasil membawa tanah sebagai bakal tubuh Adam, maka Izrail yang kemudian akan ditugasi untuk mencabut nyawa Adam dan anak keturunannya, hingga nyawa Izrail sendiri.

Sesungguhnya Kami telah menciptakanmu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, ... QS. Al-A’râf [7]: 11

“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya (Adam), dan telah Kutiupkan ke dalamnya ruhKu, maka tunduklah kalian kepadanya (Adam) dengan bersujud”.

Lalu bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis, dia tidak termasuk yang ikut ber-sujud, dia membangkang dan menyombongkan diri. (Selengkapnya lihat QS. Al-Baqarah [2]: 30-39; Al-A’râf [7]: 11-25; Al-Hijr [15]: 26-31; Al-Isrâ’ [17]: 61-65; Al-Kahfi [18]: 50-51, Thâhâ [20]: 115-124; dan Shâd [38]: 71-74).

Karena Azazil tidak mematuhi perintah Allah, maka serta merta Allah tidak memanggil dengan nama Azazil lagi, tapi dengan nama barunya, Iblis, karena ia telah berputus asa dari rahmat Allah. Ia menjadi sosok yang diramalkan dan bahkan ia kutuk selama seribu tahun.

“Hai iblis, apakah yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tanganKu. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk yang (lebih) tinggi?” (QS. Shâd [38]: 75)

Kisah selanjutnya seputar bagaimana argumentasi Iblis atas ketidakpatuhannya untuk bersujud kepada Adam hingga akhirnya Iblis diusir dari surga, dan seterusnya, telah banyak dibahas. Sebagai pelengkap, pada lampiran di akhir buku ini kami sertakan seputar kisah Iblis setelah Adam diturunkan dari surga ke bumi.


NAMA-NAMA IBLIS

Nama 'Azâzîl (عَزازِيلُ) berasal dari bahasa Ibrani 'azaz'el (עזאזל), yang berarti “Tuhan telah menjadi kuat” atau “Tuhan memperkuat” dari kata ‘ãzaz yang berarti “menjadi kuat”, dan ‘el berarti “Tuhan”. (lihat: http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?letter=A&artid=2203 dan http://en.wikipedia.org/wiki/Azazel).

Pertama kali tercatat nama Azazil ini terdapat di Perjanjian Lama Kitab Imamat (Leviticus) Pasal 16 ayat 8, 10 dan 26 —yang telah ada lebih dari 2000 tahun sebelum masa Islam. Dalam Bibel versi King James diterjemahkan dengan “The Scape-goat” bermakna “kambing yang disuruh pergi”, atau dengan perkataan lain “kambing pengangkut dosa”. Dari sinilah asal muasal istilah “scapegoat” atau “kambing-hitam”. Sebagaimana juga posisi iblis atau setan selalu kita tempatkan sebagai kam-bing hitam dari kesalahan yang kita buat sendiri. Ia kita laknat terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam.

Azazil adalah nama yang enigmatik dari naskah-naskah Ibrani dan apokripa, dimana nama Azazil sendiri digunakan kadang tertukar dengan nama Rameel dan Gadriel. Atau dalam pembahasan lain ia disejajarkan dengan Lucifer dan Beelzebub.

Nama Azazil juga sering dikenal dengan berbagai ejaan, seperti: Azazel, Azaziel, Azazyel, Azael, Asael, Aziel atau Asiel. Azazil juga mempunyai beberapa julukan (kunyah), seperti: Abu Murrah, Abu Kurdûs, dan Abû Karûbiyyîn. Kemudian kata Azâzîl dikenal dan dipakai dalam bahasa Arab, sebagaimana nama Jibrîl atau Jibrâ’îl (Gabriel), Mîkâ’il (Michael), Isrâfîl (Raphael), Izrâ’îl (Uriel), Ismâ’îl (Ismael), Isrâ’îl (Israel), yang kesemuanya juga berasal dari bahasa Ibrani (Hebrew).

Bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab dalam lingkup bahasa Semit, sehingga kata ‘azza atau ‘azzaza dalam bahasa Arab juga berarti “kuat” atau “perkasa”, dan salah satu nama Allah pun adalah Al-‘Azîz (Yang Maha Perkasa). Namun oleh Ibnu Abbas dan lainnya, kata Azâzîl dalam bahasa Arab disetarakan dengan kata Al-Hârits (الحارث).


MANUSIA ANTARA SETAN DAN MALAIKAT

Bangsa jin diciptakan oleh Allah dari nyala api (min mârij min nâr), sedangkan malaikat dari cahaya (nûr). Api (nâr) dan cahaya (nûr) dalam bahasa Arab berasal dari akar kata yang sama, yaitu terdiri dari huruf nûn-waw-râ’.

Iblis adalah bapaknya jin, sebagaimana Adam adalah bapaknya manusia. Iblis yang sebelumnya termasuk malaikat yang tercipta dari cahaya (nûr), karena ia berputus asa dari rahmat Allah (dengan tidak mau bersujud kepada Adam) maka diturunkanlah derajat kecahayaannya dari nûr menjadi nâr. Turun tingkat energi (frekuensi)nya namun meningkat pada panjang gelombangnya.

Nûr (cahaya) dan nâr (api), keduanya sama-sama cahaya, hanya berbeda spektrum. Sebagaimana dalam spektrum cahaya yang biasa kita sebut untuk warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Semua warna cahaya yang bisa kita sebut hanya berasal dari tiga cahaya: merah-hijau-biru, yang biasa disebut dalam istilah teknologi warna sebagai RGB (red-green-blue). Warna-warna lain adalah campuran dari dua atau tiga cahaya tersebut dengan proporsi tertentu.

Manusia mempunyai potensi setan dan malaikat. Jika baik, ia bisa melebihi malaikat. Jika buruk, ia bahkan bisa lebih rendah dari setan, serendah-rendahnya (asfala safilin).

Kita hampir sering lupa bahwa kita adalah manusia yang bisa salah dan juga bisa benar. Betapa sibuknya kita menuntut orang lain agar selalu sempurna, selalu baik seperti malaikat. Di saat lain, kita hampir-hampir merasakan nikmat mengutuk sesama saudara yang berbeda aliran, seolah-olah mereka adalah setan.


FASTA’IDZ BILLAH (maka berlindunglah kepada Allah)

Kalimat ta’âwudz (kalimat meminta perlindungan yang biasa kita kenal adalah:

A’ÛDZU BILLÂHI MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

“Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk”.

Dalam surah Al-A’râf [7]:200, "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (as-samî’ al-‘alîm)".

Maka redaksi lain dari kalimat ta’âwudz adalah:

A’ÛDZU BILLÂHIS SAMÎ’IL ‘ALÎM, MINASY SYAYTHÂNIR RAJÎM

"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari (godaan) setan yang terkutuk".

Dari struktur kalimat ta’awudz, kita diperintahkan agar berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Muncullah pertanyaan, “Mengapa dari setan, bukan dari iblis? Bukankah makhluk pertama yang disebut setan adalah Iblis yang asalnya bernama Azazil?”

Dalam beberapa ayat disebutkan persamaan figur antara iblis dan setan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Iblis adalah namanya, sedangkan setan adalah sifat dan perbuatannya. Iblis dari golongan jin, dan setan bisa berasal dari golongan jin dan manusia.

Dalam perintah agar minta perlindungan kepada Allah ini tersirat makna bahwa Iblis jelas lebih banyak dalam hal ilmu, iman, amal sampai ibadah. Bahkan Iblis semasa masih bernama Azazil telah menghuni surga dan seluruh lapisan langit telah ia ketahui dan jelajahi. Maka, hanya Allah yang akan dapat melindungi kita dari tipu daya Iblis.

Namun, dalam struktur kalimat ta’awudz kita tidak diperintahkan untuk berlindung dari Iblis, tetapi dari setan. Siapa setan dan siapa Iblis?

Iblis disebutkan dalam surah Al-Kahfi [18] ayat 50, “kâna minal jinn” (adalah dia (iblis, dulunya) dari golongan jin), termasuk golongan jin, bukan manusia. Iblis adalah nama salah satu makhluk dari bangsa jin. Menurut riwayat Ibnu Abbas, Iblis adalah bapak moyangnya jinn sebagaimana Adam adalah bapak moyangnya manusia.

Dalam surah Al-Jinn [72] ayat 1 sampai 15 banyak kita ketahui informasi kehidupan bangsa jin. Bahwa sebelum Nabi Muhammad diutus sebagai Rasul, bangsa jin masih dapat menempati beberapa tempat di langit untuk mendengarkan berita-berita dari para malaikat. Bahwa diantara bangsa jin juga ada yang mengikuti ajaran para nabi dari bangsa manusia sejak Adam hingga Isa, ada yang saleh dan ada yang tidak. Dengan demikian ada sebutan jin muslim dan jin kafir.

Sedangkan setan adalah sifat buruk yang bisa mungkin dimiliki oleh bangsa jin maupun manusia. Kata “setan” (syaythân) berasal dari akar kata yang terdiri dari huruf Syin-Thâ’-Nûn, yang bermakna “ba’uda” (jauh) dan “khâlafa” (menyalahi, mengingkari). Jadi, siapapun, baik jin atau manusia, jika menjauhkan diri, menyalahi atau mengingkari tujuan penciptaan (yaitu untuk beribadah kepada Allah), maka ia bisa disebut “setan”.

Dalam firman Allah surah Al-An’âm [6] ayat 112 disebut-kan frase “syayâthîn al-ins wa al-jinn” (setan-setan dari golongan manusia dan jin), dan merekalah yang menjadi musuh setiap para nabi. Sehingga pula dalam surah An-Nâs kita disuruh berlindung kepada Allah dari bisikan jahat setan-setan yang tersembunyi (khannâs) yang berasal dari golongan jin dan manusia (minal jinnati wan nâs).

Telah ditegaskan dalam firman Allah QS. Adz-Dzâriyât [51] ayat 56, bahwa jin dan manusia diciptakan untuk ya’budûn (menyembah, mengabdi, beribadah dan menghamba). Jadi, hanya dua jenis makhluk yang diberi kewajiban menyembah atau beribadah, yaitu bangsa jin dan bangsa manusia. Artinya, yang memiliki pilihan baik-buruk, sehingga akan mendapat surga atau neraka, adalah jin dan manusia. Sedangkan makhluk lain, malaikat, tumbuhan, hewan dan benda-benda tidak termasuk yang diberi kewajiban, tidak memiliki pilihan selain hanya beribadah, bertasbih dan bersujud kepada Allah dengan caranya masing-masing.

Untuk itulah jika siapa saja dari bangsa jin dan manusia tidak berada pada jalanNya, maka mereka akan menjadi supporter neraka, seperti firman: “Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahanam itu dengan jin dan manusia bersama-sama”. (QS. As-Sajdah [32]: 13)

Setan disebut “musuh yang nyata” bukan nyata dalam hal pandangan mata, bukan maksudnya bahwa setan itu bisa dilihat mata kepala. Karena kata “nyata” yang menyifati setan tersebut dengan kata “mubîn”, yang berarti nyata dan jelas duduk perkara dan masalahnya. Ketidakrelaan iblis untuk mengakui keunggulan Adam sudah menjadi penjelasan (bayân) dan bukti nyata (bayyinah) bahwa ia akan terus memusuhi Adam dan keturunannya. Disebut jelas karena setan bisa berada diantara (bayna) diri kita sendiri, bahkan bisa berada di dalam diri kita sendiri.

Jadi, dalam struktur kalimat ta’awudz tersirat makna bahwa ada yang lebih berbahaya dan lebih mungkin menyesatkan daripada Iblis, yaitu sifat-sifat syaithaniyyah (satanic) yang ada dalam diri manusia sendiri, kesombongan, merasa paling baik ibadahnya, merasa paling benar, merasa paling tahu segala hal, dan sebagainya yang ujungnya adalah penuhanan diri sendiri. Dan inilah yang disebut jauh dan menyalahi/mengingkari kadar kemakhlukannya, karena yang berhak sombong, yang paling sempurna, yang paling tahu, yang paling benar, tentu adalah Sang Pencipta sendiri.

Pada puncaknya, yang paling kita takuti adalah jika tipudaya itu berasal dari Allah sendiri. Karena Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki, Allah menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki, atau memberi petunjuk siapa saja yang Dia kehendaki (lihat QS. 13:27, 14:4, 16:93, 35:8, 74:31).

Azazil, yang saat itu menjadi makhluk nomor satu di langit dan di bumi, karena Allah telah menghendaki, ia pun tersesat oleh dirinya sendiri, oleh sifat setan yang ada dalam dirinya tanpa ia sadari.

Karena melihat Azazil dikutuk oleh Allah pertama kalinya, maka Jibril, Mikail, Izra`il dan Israfil menangis tersedu-sedu memohon perlindungan kepada Allah.


Salah satu redaksi doa yang diajarkan Nabi SAW:

“Aku berlindung dengan ridhaMu dari amarahMu, dan aku berlindung dengan ampunanMu dari murkaMu, dan aku berlindung kepadaMu dariMu”.

Demikianlah. Setelah manusia dapat mengendalikan syetan dalam dirinya, maka ia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. Karena terhadap dirinya sendiri, manusia pun bisa sangat mudah menipu. Menipu diri sendiri. Mencurangi diri sendiri. Menghibur diri sendiri. Menganggap indah dan baik semua perbuatannya sendiri.

Bahkan setelah manusia mampu mengendalikan dirinya, yang terakhir harus dihadapi adalah Allah. Kalau Allah sudah menghendaki, apapun terjadi. 70 tahun kafir, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata bertobat, Allah yang berkuasa melakukan itu. 70 tahun selalu beribadah, tetapi 5 menit sebelum ajal ternyata murtad, Allah yang berhak berbuat itu. Maka, benarlah firmanNya yang sering diulang-ulang:

"Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya". (QS. An-Nisâ’ [4]: 88; lihat juga: QS. An-Nisâ’ [4]: 143; Al-A’râf [7]: 178, 186; Ar-Ra’d [13]: 33; Al-Isrâ’ [17]: 97; Al-Kahf [18]: 17; Az-Zumar [39]: 23, 36; Al-Mu’min [40]: 33; Asy-Syûrâ [42]: 44, 46)

Salah satu kesombongan terbesar adalah kita diam-diam bangga dengan jumlah ibadah yang telah kita lakukan kemudian diam-diam merasa tidak mungkin tersesat. Sedangkan Allah adalah Sebaik-baik pembuat tipudaya (Khayrul Mâkirîn, QS. Ali Imrân [3]: 54 & Al-Anfâl [8]: 30). Siapakah yang bisa lepas dari tipudaya Allah?

Oleh karena itu, dalam doa dari Nabi SAW diatas diakhiri dengan kalimat: "Aku berlindung kepada-Mu dari-Mu".


BERSUJUD KEPADA RUH-KU

Ketika Iblis ditanya oleh Allah mengapa ia tidak bersedia bersujud kepada Adam, ia menjawab, “Aku lebih baik daripada dia, Kau ciptakan aku dari api sedangkan dia Kau ciptakan dari tanah. Apakah aku akan bersujud kepada manusia yang telah Kau ciptakan dari tanah? Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang telah Kau muliakan atas diriku?” (Lihat QS. Al-A’râf [7]:12; Al-Isrâ` [17]:61; Al-Isrâ’ [17]:62).

Dari jawaban Iblis tersebut dapat dipahami bahwa ia sekedar melihat sisi lahiriah Adam yang diciptakan dari tanah bumi, yang mana saat itu masih menjadi wilayah kekuasaannya. Ia tidak (atau tidak mau) melihat sisi batiniyah Adam, bahwa Ruh Allah ada di dalam diri Adam. Kepada RuhNya inilah perintah sujud tertuju, bukan kepada daging Adam atau Adam sebagai makhluk.


IBLIS HARUS SUJUD KEPADAMU (?)

Dengan mengenal kisah-kisah tersebut, maka sudah SEHARUSNYA Iblis memang HARUS sujud kepada anak cucu Adam, karena Ruh Allah yang menggerakkan kehidupannya. Namun mengapa kita mengutuki iblis secara terang-terangan tetapi kita jadikan sahabat secara diam-diam?

Seorang pelacur yang memberi minum anjing dapat terampuni dosa-dosanya. Hanya sekali, dan kepada anjing pula. apalagi jika perbuatan baik itu kita berikan kepada sesama manusia, sesama saudara seagama pula?

Namun mengapa sepertinya sulit memberikan ruang dan kesempatan bagi sesama saudara seagama untuk beribadah sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sekali lagi, hanya berbuat baik kepada anjing dapat terampuni dosa-dosa kita.

Alangkah asyiknya kita mengutuki sesama saudara seolah-olah esok pagi kita masih bisa menjamin bahwa iman kita akan selalu berada dalam kebenaran.

Alangkah mudahnya hanya cukup mengkritik bahwa kisah-kisah ini hanyalah dongeng israilliyah, namun cara melontarkan kritikan, alat untuk memperkeras kutukan, sarana-sarana untuk melancarkan kutukan justru adalah produk israilliyah.

Alangkah susah menerima kebenaran jika bukan dari orang yang satu aliran, satu perkumpulan, satu partai, satu golongan, satu organisasi, satu jamaah, satu majlis, satu paguyuban, dan satu-satu-satu lainnya.

Alangkah banyaknya omongan, dan alangkah indahnya jika omongan itu tepat. Alangkah sulitnya melakukan kebajikan dan alangkah mudah untuk merusaknya.

Alangkah bangga, baru beberapa bulan membaca ayat seolah dapat menjamin tidak akan berakhir seperti Azazil.

Wahai, jika saja yang muda tahu!

Wahai, jika saja yang tua mampu!



(Ditulis oleh: Yudi Rohmad dalam Kata Pengantar buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu")

TIKUNGAN IBLIS

Jakarta, 30 Desember 2008

Sebuah kebahagiaan, pembahasan yang saya tunggu-tunggu dari Cak Nun adalah tentang sosok Iblis & Setan. Saya masih ingat, CN mulai membahas di Kenduri Cinta mulai Januari 2008. Dan syukur pula kemudian saya diminta mas Andri Dwi Wiyono untuk membikin desain gambar ini yang kemudian menjadi gambar pembuka di www.tikunganiblis.com, namun situsnya sudah tutup, karena hanya untuk selama pementasan teater berjudul Tikungan Iblis.

Dan artikel saya pun sudah saya masukkan ke buku "Iblis Harus Sujud Kepadamu?" berjudul "Masa Keemasan Iblis" (1 bulan setelah pementasan di Jogjakarta). Klop sudah.


Sumber: http://thmoyo.blogspot.com/2010/01/masa-keemasan-iblis-misterius-iblisius.html