17 July 2021
Anwas - Anwar Lahir
Sumber yang dipakai dalam penyusunan kisah ini adalah Serat Paramayoga karya Raden Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan kisah-kisah tradisi dari Timur Tengah.
Kediri, 25 April 2014
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
SITI HAWA MENGIDAM BUAH-BUAHAN SURGA
Di Negeri Kusniya Malebari, Nabi Adam bersama para putra sedang membicarakan sang istri, yaitu Siti Hawa, yang kali ini sedang mengandung untuk ketiga belas kalinya. Yang membuat heran adalah Siti Hawa mengidam ingin memakan buah-buahan dari Taman Surga.
Dalam pembicaraan itu Sayidina Kabil sang putra sulung juga menyampaikan keluhan yang selama ini dipendam dalam hati, yaitu tentang peraturan Nabi Adam dalam menikahkan putra-putrinya. Sayidina Kabil lahir bersama Siti Aklimah, sedangkan Sayidina Habil lahir bersama Siti Damimah. Namun, Sayidina Kabil yang berwajah tampan ternyata dinikahkan dengan Siti Damimah yang berwajah jelek, sedangkan Sayidina Habil yang berwajah jelek ternyata dinikahkan dengan Siti Aklimah yang berwajah cantik. Selama ini Sayidina Kabil selalu memendam kekecewaaan dalam hati, namun sekarang ia tidak tahan lagi dan menyampaikan rasa kesalnya itu kepada sang ayah.
Nabi Adam menjelaskan bahwa peraturan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa Sayidina Kabil dan Siti Aklimah lahir bersama, maka mereka berasal dari satu benih yang sama, sehingga tidak baik jika dinikahkan. Sayidina Kabil kecewa dengan jawaban sang ayah. Ia lalu pamit undur diri meninggalkan pertemuan.
Nabi Adam kembali membicarakan kehamilan Siti Hawa. Dulu mereka berdua telah melanggar larangan Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga harus dikeluarkan dari Taman Surga. Kini Siti Hawa sedang mengandung dan merindukan kelezatan buah-buahan dari tempat yang serba indah itu. Putra keenam bernama Sayidina Sis mengajukan diri untuk mewujudkan idaman sang ibu. Nabi Adam sangat yakin pada kemampuan Sayidina Sis dan memberikan restu kepadanya untuk berangkat.
SITI HAWA MENCERITAKAN KELAHIRAN SAYIDINA SIS
Nabi Adam masuk ke dalam puri dan disambut Siti Hawa. Kepada sang istri, ia menceritakan jalannya pertemuan, di mana Sayidina Sis bersedia mengusahakan terwujudnya buah-buahan dari Taman Surga. Ia juga menceritakan kekecewaan Sayidina Kabil karena beristrikan Siti Damimah yang buruk rupa.
Siti Hawa mengungkit cerita masa lalu di mana antara dirinya dan sang suami pernah berselisih paham mengenai tata cara perkawinan putra-putri mereka. Nabi Adam berpendapat, putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri kedua, sedangkan putra kedua dinikahkan dengan putri pertama. Putra ketiga dinikahkan dengan putri keempat, sedangkan putra keempat dinikahkan dengan putri ketiga. Begitulah seterusnya. Di lain pihak, Siti Hawa berpendapat putra pertama hendaknya dinikahkan dengan putri pertama, putra kedua dinikahkan dengan putri kedua, dan seterusnya, dengan alasan mereka sudah berjodoh sejak dalam kandungan.
Perbedaan pendapat itu membuat keduanya berselisih tanpa ada yang mau mengalah, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Masing-masing lalu mengeluarkan benih dari dalam tubuh untuk ditempatkan di dalam pusaka Cupumanik Astagina. Benih Nabi Adam ditempatkan pada tutup cupumanik, sedangkan benih Siti Hawa ditempatkan di badan cupumanik. Setelah beberapa hari, atas kehendak Tuhan, benih milik Nabi Adam berubah menjadi calon janin, sedangkan benih Siti Hawa tidak berubah. Karena itulah, Siti Hawa mengaku pasrah dan menyerahkan keputusan tentang tata cara pernikahan putra-putri supaya dijalankan sesuai pendapat Nabi Adam.
Setelah Nabi Adam dan Siti Hawa pergi, Malaikat Jibril datang atas perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk menyatukan calon janin tersebut dengan benih Siti Hawa sehingga menjadi bayi hidup, yang kemudian diberi nama Sayidina Sis. Dengan demikian, anak pertama sampai kelima selalu lahir sepasang laki-laki perempuan, sedangkan putra keenam ini hanya seorang laki-laki, yaitu Sayidina Sis tersebut. Tidak lama kemudian muncul angin topan yang menerbangkan Cupumanik Astagina entah ke mana.
Siti Hawa mengakhiri ceritanya. Nabi Adam berusaha menenangkan perasaan istrinya, dan menganggap keluhan Sayidina Kabil tadi adalah ujian rumah tangga belaka. Maka ia pun mengajak Siti Hawa untuk lebih menguatkan iman dan senantiasa berserah diri kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga apa pun yang akan terjadi bisa mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.
KEBERANGKATAN SAYIDINA SIS MENCARI BUAH-BUAHAN SURGA
Sayidina Habil memerintahkan empat orang adiknya, yaitu Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis untuk mengantarkan keberangkatan Sayidina Sis dalam mewujudkan idaman sang ibu. Di tengah perjalanan, Sayidina Sis dan keempat saudaranya itu diganggu oleh kaum setan pengikut Malaikat Ajajil yang dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan. Terjadilah pertempuran di mana para setan tersebut dapat diusir pergi.
Sesampainya di tepi hutan, Sayidina Sis berpisah dengan keempat saudaranya untuk melanjutkan perjalanan seorang diri. Sayidina Israil, Sayidina Israwan, Sayidina Basradiwan, dan Sayidina Yasis lalu kembali ke Kusniya Malebari dan mendoakan perjalanan Sayidina Sis supaya berhasil dan selalu mendapatkan perlindungan.
SAYIDINA SIS MENDAPATKAN ANUGERAH
Seorang diri Sayidina Sis memasuki hutan belantara untuk kemudian bertafakur meminta izin Tuhan Yang Mahakuasa supaya bisa mendapatkan buah-buahan Taman Surga. Setelah empat puluh hari bertafakur mengheningkan cipta, Malaikat Jibril pun datang menyampaikan perintah Tuhan, bahwa Sayidina Sis diizinkan naik ke Taman Surga untuk memetik buah-buahan yang menjadi idaman ibunya. Sayidina Sis sangat gembira, dan ia pun berangkat dengan pertolongan Malaikat Jibril.
Di dalam Taman Surga, Malaikat Jibril mengantarkan Sayidina Sis memetik buah-buahan yang diinginkan Siti Hawa. Setelah dirasa cukup, Malaikat Jibril kemudian menyampaikan keputusan Tuhan yang kedua, yaitu menikahkan Sayidina Sis dengan seorang bidadari bernama Dewi Mulat. Malaikat Jibril menyampaikan kehendak Tuhan bahwa kelak Sayidina Sis akan menurunkan manusia-manusia utama, dan sebagian di antaranya akan menjadi nabi dan raja. Maka itu, yang menjadi istri Sayidina Sis haruslah wanita utama pula.
Sayidina Sis sangat bersyukur. Ia kemudian membawa Dewi Mulat turun ke dunia dan membangun rumah tangga di Kusniya Malebari. Buah-buahan dari Taman Surga pun dipersembahkan kepada Siti Hawa yang menerimanya dengan suka cita.
Setelah tiba saatnya, Siti Hawa pun melahirkan sepasang putra-putri seperti biasa. Nabi Adam memberi nama putra putrinya itu, masing-masing Sayidina Kayumaras dan Siti Indunmaras.
SAYIDINA KABIL MEMBUNUH SAYIDINA HABIL
Pada suatu hari, Sayidina Kabil datang menemui Sayidina Habil di rumahnya untuk meminta supaya Siti Aklimah diceraikan dan diserahkan kepadanya. Sayidina Habil sebenarnya sangat menyayangi kakak sulungnya, namun ia juga tidak berani melanggar keputusan sang ayah. Merasa tersinggung, Sayidina Kabil menantang Sayidina Habil untuk mengadakan kurban. Barangsiapa yang diterima sesajinya maka dialah yang berhak memperistri Siti Aklimah. Sayidina Habil bersedia menuruti tantangan itu dengan harapan sang kakak bisa mendapatkan petunjuk Tuhan supaya sadar.
Maka, kedua bersaudara itu lantas mempersiapkan sesaji masing-masing. Karena Sayidina Kabil seorang petani, maka kurban yang ia sajikan pun berwujud hasil bumi, seperti buah-buahan dan palawija. Namun karena ia bersifat kikir, maka yang dipilih adalah buah-buahan dan palawija yang buruk, sedangkan yang baik disisihkan untuk dijual dan dipakai sendiri. Sementara itu Sayidina Habil seorang peternak, maka ia pun mengurbankan hewan-hewan peliharaannya. Karena ia bersifat murah hati dan penuh iman, maka yang dipilihnya sebagai sesaji adalah hewan-hewan yang terbaik pula.
Tuhan Yang Mahakuasa kemudian mengirim api dari langit untuk membakar sesaji yang dipersembahkan Sayidina Habil, sebagai pertanda bahwa kurbannya telah diterima. Sayidina Kabil sangat kesal dan bertambah iri. Karena kedengkian dan kecemburuannya sudah memuncak, ia pun mengambil sebongkah batu dan memukul kepala Sayidina Habil hingga pecah.
Melihat adiknya mati, Sayidina Kabil menjadi kebingungan bercampur sedih. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Tiba-tiba terlihat olehnya dua ekor burung gagak sedang berkelahi. Gagak yang menang kemudian mengubur bangkai gagak yang mati di dalam tanah. Merasa mendapatkan petunjuk, Sayidina Kabil pun menguburkan mayat Sayidina Habil seperti gagak itu.
Sayidina Kabil kemudian menemui Siti Aklimah untuk menikahinya. Siti Aklimah menolak karena takut melanggar perintah sang ayah. Sayidina Kabil tidak peduli, dan ia pun memukul Siti Aklimah sampai pingsan, kemudian membawanya lari meninggalkan Negeri Kusniya Malebari sejauh-jauhnya.
MALAIKAT AJAJIL MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN
Malaikat Ajajil dulu diusir dari Taman Surga karena menolak perintah Tuhan Yang Mahakuasa untuk bersujud memberikan penghormatan kepada Nabi Adam. Kini ia mendengar kehendak Tuhan bahwa keturunan Sayidina Sis akan menjadi manusia-manusia utama. Maka, ia pun bertafakur memohon kepada Tuhan supaya diizinkan memiliki seorang putri. Ia berharap melalui putrinya itu bisa lahir keturunan Sayidina Sis yang bisa menjadi raja dan penguasa umat manusia.
Tuhan Yang Mahaadil pun mengabulkan permohonan Malaikat Ajajil. Atas kehendak-Nya, dari sebagian tubuh Malaikat Ajajil tercipta seorang perempuan yang berwajah sama persis dengan Dewi Mulat, yang kemudian diberi nama Dewi Dlajah. Malaikat Ajajil lalu membawa putrinya itu ke Negeri Kusniya Malebari supaya bisa mengandung benih Sayidina Sis.
Malaikat Ajajil memasuki rumah Sayidina Sis secara diam-diam dan menculik Dewi Mulat untuk ditukar dengan Dewi Dlajah. Beberapa hari kemudian, setelah mengetahui Dewi Dlajah telah disetubuhi Sayidina Sis yang tidak bisa membedakan istrinya, Malaikat Ajajil pun mengembalikan Dewi Mulat dan membawa pulang Dewi Dlajah.
LAHIRNYA SAYIDINA ANWAS DAN SAYIDINA ANWAR
Sembilan bulan kemudian, Dewi Dlajah melahirkan bersamaan dengan terbenamnya matahari. Namun anehnya, anak yang lahir itu berwujud segumpal darah yang berkilauan. Malaikat Ajajil mengambil darah tersebut lalu membawanya pergi ke Negeri Kusniya Malebari.
Sementara itu pada hari yang sama, Dewi Mulat lebih dulu melahirkan bersamaan dengan terbitnya matahari. Yang dilahirkannya adalah dua orang anak. Anak yang satu berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud seberkas cahaya.
Malaikat Ajajil datang secara gaib lalu menangkap seberkas cahaya tersebut dan disatukannya dengan darah berkilauan yang ia bawa dari Dewi Dlajah. Atas kehendak Tuhan, persatuan tersebut menciptakan seorang bayi laki-laki, namun tubuhnya tidak bisa diraba dan selalu memancarkan cahaya seperti sinar rembulan.
Nabi Adam datang dan memberi nama kedua cucunya tersebut. Yang berwujud bayi normal diberi nama Sayidina Anwas, sedangkan yang berwujud bayi bercahaya diberi nama Sayidina Anwar. Nabi Adam meramalkan bahwa Sayidina Anwas kelak akan menurunkan para nabi, sedangkan Sayidina Anwar kelak tidak mau mengikuti agamanya dan memilih jalan hidup sendiri, namun keturunannya juga banyak yang menjadi raja dan tokoh besar di dunia. Hal ini membuat Sayidina Sis bimbang dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada takdir Tuhan.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
Sumber: http://albumkisahwayang.blogspot.com/2014/04/anwas-anwar-lahir.html
19 October 2018
Tali Pusar
Sepasang kekasih yang sudah serius untuk menjalani mahligai rumah tangga, dengan melewati prosedur pernikahan akan mendambakan kehadiran seorang momongan. Mendapatkan momongan juga harus melewati kewajiban yang berupa hubungan intim, bersenggama, bersetubuh, dan masih banyak istilah lainnya. Sesuai dengan ajaran agama, melakukan hubungan intim ada aturan-aturan yang harus difahami dan dimengerti. Dengan tujuan jabang bayi yang dihasilkan sesuai dengan dambaan setiap pasangan yang menginginkannya. Berdoa terlebih dahulu, memakai wangi-wangian, dan masih banyak yang lainnya. Semua dilakukan hanya untuk mendapatkan apa yang terbaik dari segala harapan, berkait dengan cita-cita pasangan suami dan istri, didalam upayanya mendapatkan momongan.
Melalui proses panjang selama sembilan bulan lebih sepuluh hari di rahim seorang ibu, maka Sang Pencipta akan memberikan buah hati. Disebut dengan jabang bayi yang dilahirkan dari gua garbaning ibu. Jabang bayi yang sudah dilahirkan, masih membawa tali pusar atau ari-ari yang panjang di dalam “ wudel “ atau pusaranya. Oleh bidan atau yang menangani persalinan sang ibu tersebut ari-ari akan dipotong, yang kemudian dibawa ke rumah untuk ditanam di dalam tanah. Adapun cara untuk menanam tali pusar sesuai dengan budaya Jawa harus melalui urut-urutan. Tali pusar jabang bayi dimasukkan ke dalam tempat yang terbuat dari tanah liat,bentuknya seperti kuali kecil.
Tali pusar yang masih dibungkus dengan kain putih atau mori itu, juga disertakan dengan bunga setaman. “ Untuk menanamnya di dalam tanah harus juga memperhatikan aturan yang berlaku. Pertama adalah cara menanam sebisa mungkin tidak mudah diambil oleh orang lain, atau menggali tanahnya terlalu dangkal ” kata Empu Seno, salah satu supranaturalis. . Diiringi dengan do’a, masukkan tali pusar dengan wadahnya ke dalam lobang yang telah dipersiapkan. Lobang yang dibuat untuk menanam tali pusar bertempat di depan rumah yang ditinggali selama ini atau saat ini. Apabila jabang bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki, maka untuk menanam tali pusar lobangnya dibuat di sebelah kanan dari pintu depan rumah.
Sebaliknya, jika jabang bayi yang dilahirkan adalah perempuan, lobang untuk menanam tali pusar diletakkan di sebelah kiri pintu rumah. Orang yang tidak tahu akan jenis kelamin bayi yang dilahirkan akan segera mengetahuinya. Hanya dengan melihat letak dimana menanam tali pusar si jabang bayi tersebut.
Sebelah kiri adalah perempuan sedangkan sebelah kanan adalah laki-laki. Setelah semua dipenuhi dan diselesaikan urutan untuk memendam tali pusar jabang bayi, tidak lupa lokasi tempat untuk menanam diberikan tetenger (tanda, red) atau penutup. Seperti yang sering dipakai adalah sebuah ember berwarna merah, kuali sedang yang bawahnya dipecah, serta masih banyak yang lainnya.
Sampai dengan beberapa bulan, ditempat tali pusara tersebut diberikan lampu penarangan berupa lampu listrik lima watt atau kalau tradisional menggunakan lampu minyak tanah, seperti dian, teplok, atau ting. Dalam menghidupkan lampunya, hanya menjelang malam sampai pagi, atau saat matahari terbenam saja, sedangkan siang hari, lampu penerangan tersebut dimatikan.
Kadang-kala diwaktu hari-hari tertentu, tempat tali pusara bayi tersebut diberikan bunga setaman. Misalnya saja pada saat jabang bayi tersebut menderita sakit, seperti panas tubuhnya, sering menangis tengah malamnya, dan tangisan jabang bayi itu tidak sewajarnya. Dalam arti menangis tetapi tidak mengeluarkan linangan air mata. Jabang bayi mintanya selalu diajak keluar rumah, sampai pada menyukai tempat-tempat yang gelap. Ini pertanda kalau jabang bayi diganggu oleh makhluk halus dan sejenisnya.
Untuk memberikan kekuatan pada tubuhnya, khususnya secara ghaib, maka sering diadakan bancaan (selamatan) di saat hari weton atau pasarannya. Juga dengan menaruh bunga setaman tepat di tali pusar yang sudah dipendam. Begitu jabang bayi telah menginjak dewasa dan sudah bisa mandiri, bekerja sendiri, mencukupi kehidupan sendiri dan lain sebagainya bekas tali pusar juga bisa dimanfaatkan untuk media keselamatan dan ketentraman. “Misalnya saja seorang tersebut bekerja dan mencari nafkah sampai di luar daerah, agar selalu betah tinggal dan tenang di tempat kerjanya, sering menggunakan tanah bekas pusara, ” jelas Empu Seno.
Caranya dengan minta bantuan dengan orang yang telah melahirkan kita, yaitu ibunda tercinta. Tidak minta sekalipun, sang ibu yang memegang kepercayaan akan hal itu akan memberikan kepada anak-anaknya yang kebetulan mencari nafkahnya di tempat yang jauh dan atau luar kota. Memang ada juga ibunda yang tidak mengerti dan juga mempercayainya, tetapi jika kita memintanya, pasti akan diberikan. Baik itu ibunda yang telah melahirkan mengerti atau tidak, adapun caranya adalah gampang dan mudah. Sambil berdo’a sesuai dengan keyakinan masing-masing dalam doanya memohon kepada Sang Pemberi Hidup agar anaknya yang berada di perantauan selalu diberikan rahmat dan perlindungan.
Kemudian sang ibu mengambil tanah tepat diatas tali pusara anak yang pergi di perantauan. Selanjutnya ditempatkan dalam sebuah kantong plastik yang kecil dengan tujuan agar tidak mudah lobang atau bocor. Anak yang akan pergi jauh untuk bekerja, tanah bekas tali pusar itu yang sudah dibungkus di dalam plastik, dimasukkan ke dalam kain putih yang sudah dibuat seperti kantong. Begitu tiba di tempat tujuan dan tinggal di sebuah rumah, tanah bekas tali pusar itu ditaruh atau digantung di atas kamar tempat tidur. Dengan seperti itu, anak yang bekerja di perantauan akan merasa betah tinggal dan selalu diberikan berkah oleh sang Pencipta melalui tanah bekas tali pusar yang diberikan oleh ibunda tercinta.
Anak akan selalu dekat dengan keluarga, khususnya kedua orang tua, bahkan di tempat dimana ia bekerja akan menganggap sebagai rumahnya sendiri. Selain berbakti kepada Sang Pencipta, berbakti kepada kedua orang tua adalah hal yang paling mulia. Tanpa keberadaan kedua orang tua kita, kita tidak akan ada di dunia ini. Lagipula do’a kedua orang tua kepada anaknya akan selalu memberikan hal terbaik kepada kita sebagai anaknya.
Maka tidak ada salahnya dengan sebuah peribahasa atau filososi yang mengatakan surga ada di telapak kaki ibu. Yang intinya adalah kita harus selalu menghormati, ngajeni, kedua orang tua khususnya ibunda tercinta. Berdosa besar sebagai seorang anak jika tidak menghargai dan menghormati kedua orang tua yang telah melahirkan dan mendidik sampai tumbuh dewasa.
Sekedar Informasi ajah….
Sampai sekarang saya masih menyimpan ari2 (dalam kantong kain putih). Ortu saya pernah bilang, jika saya sakit keras disertai demam atau panas dapat disembuhkan dengan air rendaman ari2 ini. Caranya sediakan air putih satu gelas kemudian berdoa sesuai kepercayaannya masing2 dan keperluannya masing2 kemudian celupkan tali puser tadi tidak usah lama seper sekian detik saja. Kemudian minum atau jadikan kompres saja :)Ada yg kasih tahu kalo 2 potongan ari2 orang bersaudara, jika dgabung & disimpen, bisa selalu akur ato ngga gontok2an. . .
Kalo ndak salah. Pupak puser dalam bentuk kering dapat untuk pengobatan sakit panas bagi pemiliknya. Hanya sarana, karena Allah SWT yang memberi kesembuhan. Oiya, selain kendil yang berisi ari-ari bayi dipendam dalam tanah, ada alternatif lain. Yaitu kendil yang berisi ari-ari bayi, di-larung atau dihanyutkan di sungai yang mengalir deras. Nah, kalo jaman modern sekarang, juga ada alternatif lain, tali pusat alias cordlife disimpan di bank khusus penyimpanan cordlife. Disimpan dalam suhu amat dingin. Salah satunya di singapore. Gunanya buat pengobatan beberapa penyakit yang berkaitan ama darah. Masih dalam tahap penelitian. Cmiiw, please.
Pada sisi lain tali pusar itu adalah obatnya obat bagi sipemilik pusar, apabila dikeringkan, atau di makan oleh bapaknya, maka apabila sipemilik pusar sakit tinggal cemplungin aja ke air, tapi apabila tali pusarnya dimakan oleh si bapak rada repot ceritanya karena apabila sakit kudu dipeluk mesra dulu sama si bapak baru merasa baikan, ini terjadi pada pengalaman kakak kandung saya terhadap anak pertamanya dahulu, sekarang anaknya udah besar udah mau menikah mosok kl sakit apa2 kudu main peluk2an dulu sama bapaknya. :d
Tanya :
Saya jadi bingung... tali pusernya itu baiknya di kubur atau disimpan saja agar bisa jadi obat? Kalo buat jadi obat brarti gak perlu dikubur dong…Jawab:
Tali pusar bisa disimpan... Ato di telan sama ayah kandungnya. Tapi fungsi di telan kan belum di ulas. Nah kalo di telan itu mempunyai makna, si anak agar bisa selalu ingat sama orangtua. . Selalu berbakti, manut akan orangtua, dan juga berfungsi sebagai obat kalo si anak(biasanya saat bayi)sakit. Cara pengobatannya adalah si ayah yg telah menelan tali pusar tadi cukup berdoa menurut keyakinan masing masing, kalo muslim dengan membaca Basmallah dan Ayat Kursi atau surat2 pendek. Tapi dengan syarat si ayah kosentrasi dengan apa yg dia inginkan, biasanya dengan tahan napas, lalu cukup di tiupkan ke wajah si anak (bahasa jawa : di suwok). Semua ini dimaksudkan untuk pengobatan anak balita yg lagi sakit ato rewel. Semua ini berawal karena balita tidak bisa ngomong sakit, yg bisa cuma nangis... jadi utuk mengatasi itu semua leluhur kita mewariskan ilmu tsb. Nah sekarang kalo si anak sudah dewasa maka tali pusar yg di telan tersebut menjadi ikatan kuat antara anak dan orangtua. Misalnya si anak ada di mancanegara sedang ayahnya sakit ato butuh pertolongan, maka secara tidak langsung maka si anak akan tau derita orang tuanya. Untuk lebih jelas nya maslah yg ini silahkan cari postingan tentang s45p(sedulur 4, 5 pancer). Ini semua ada hubungan nya…Sekarang yang dikubur? Yang dikubur bukan tali pusar... tapi ari-ari bayi. Dalam bahasa ilmiahnya adalah plasenta bayi. Kenapa harus di kubur atau di larung. Ingat… ini masih ada hubungannya dengan s45p(sedulur 4, 5 pancer).
Darah di dalam ari-ari dan tali pusat mengandung berjuta-juta sel induk pembentuk darah yang sejenis dengan sel induk yang ditemukan di dalam sumsum tulang. Sel induk sumsum tulang dan darah tali pusat telah berhasil dipergunakan untuk mengobati berbagai penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa, "
Di masa mendatang, peneliti percaya bahwa sel induk dapat dipergunakan untuk memperbaiki organ tubuh seperti jantung dan pankreas (diabetes), dan membantu pengobatan penyakit systemic lupus erythemathosus (sle), multiple sclerosis, stroke, alzheimer, dan parkinson.
Sedulur Papat Kalima Pancer
Berbicara tentang pengertian dan konsep Sedulur Papat Kalima Pancer adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dalam diri manusia, maka di Gantharwa sendiri juga mengajarkan hal ini. Secara lengkap tentunya tidak bisa diterangkan secara detail kata demi kata. Pada prinsipnya Manusia Jawa yang sejati (Kwalitas) atau setiap manusia mempunyai cita-cita yang utama yaitu Manunggaling Kawula Lan Gusti, walaupun kadang dalam bahasa yang berbeda.
Untuk mencapai cita-citanya tersebut, manusia harus kembali ke asalnya (sebagai pribadi penciptaan awal) atau menjadi manusia seutuhnya, bagaimana manusia menuju menjadi manusia seutuhnya, manusia harus menjadi AJI SAKA. Aji Saka maknanya adalah kaweruh/kesadaran dalam menghargai secara maksimal dengan berperanan utama. (Atau menjadi Raja yang Beperanan Utama). (konsep Aji Saka akan ada materinya. Red).Untuk menjadi Aji Saka, Jawa memiliki dasar, dasar dari Jawa adalah KALIMASADA, atau dalam pewayangan dikatakan, seorang manusia tidak akan mati jika telah memengang Jamus Kalimasada, seperti cerita pewayangan adalah SAMIAJI atau YIDISTIRA, begitu sucinya diceritakan, sehingga darahnya juga putih.
Maka Kalimasada banyak sekali menjadi perebutan dan untuk mengerti dan tahu tentang Kalimasada banyak sekali yang telah mencari kemana-mana, bahkan saling berebut dan terjadi perang. Bahkan jaman sekarang pun banyak yang telah salah mentafsirkan Kalimasada, bahkan cenderung ngawur. Kalimasada bisa diartikan juga sebagai Pancasilanya Jawa, karena merupakan dasar untuk semuanya. Untuk menjelaskan Kalimasada secara tepat maka jawa telah membuat penjelasan yang lebih sederhana atau dibuat semacam miniatur Kalimasada, yaitu SEDULUR PAPAT KALIMA PANCER . Atau bahasa sederhananya adalah Kalimasada mewujudkan diri yang lebih bisa dimengerti manusia menjadi Sedulur Papat Kalima Pancer. Lambang dari Sedulur Papat Kalima Pancer sendiri adalah dalam cerita Bagawa Gita, Arjuna menbawa kereta perang yang ditarik oleh 4 kuda dengan masing-masing membawa sifat warna adalah Hitam, Coklat (Merah), Biru, Putih. Keempat kuda itulah yang di sebut dengan Sedulur Papat, sedangkan Pancernya adalah Arjuna.
Namun Sedulur Papat Kalima Pancer tidak hanya unsurnya demikian, masih ada satu unsur, yaitu di samping atas Arjuna adalah Krishna. Krishna inilah yang dilambangkan bahwa Roh (Pancer) kita bersifat Ilahi (Gusti Allah).Maka kalau manusia ingin mencapai cita-citanya, manusia (Pancernya adalah Roh Kita yang bersifat ilahi) harus bekerjasama dengan Sedulur Papatnya dan konsultannya manusia adalah Gusti Allah (memakai pengertian Gusti Allah).
Barulah manusia bisa lengkap sampai pada cita-citanya yang sempurna.Banyak dari para pelaku mistikus ingin bisa ketemu dengan Sedulur papatnya, karena ingin sekali untuk ketemu, maka hal yang sering terjadi adalah sering terjadi suatu penyesatan oleh pihak yang memanfaatkan kelemahan dari salah megerti, dan juga kesalahan, atau hayalan dan imaginasi belaka.
Adapun penjelasan dan arti dari Sedulur Papat Kilama Pancer adalah dari Sedulur yang memiliki sifat warna adalah hitam adalah melambangkan sifat KEKUATAN, coklat ibaratnya adalah seperti merah yaitu melambangkan sifat SEMANGAT, biru adalah melambangkan sifat KECERDIKAN, putih adalah melambangkan sifat KESUCIAN. Inilah merupakan sifat dan ciri manusia sejati, yaitu memiliki KEKUATAN, SEMANGAT, KECERDIKAN, SEMANGAT. Dan dikontorl oleh Roh Kita yang sejati (Pancer). Atau Sedulur Papat harus bersatu/manunggal dengan roh kita yang bersifat ilahi, baru dapat berhasil mencapai kemanunggalan dengan Gusti Allah.Sama halnya dengan Arjuna kalau tidak bisa kontrol ke 4 kuda dia akan kalah dalam perang dan bagi manusia kalau tidak bisa kontrol ke 4 sifat/saudaranya dia akan kalah, tidak akan pernah samapi pada cita-citanya.
Jika sudah bisa kontrol 4 kuda, Arjuna harus senantiasa seiya sekata dengan Krishna agar selamat sampai akhir perang. Kalau manusia mau selamat, Roh yang sejatinya harus senantiasa memakai pengertian / Kaweruh Gusti Allah.Dan jika ada yang katanya bertemu dengan ke empat sedulurnya, itu merupakan perwujudan saja atau personifikasi dari keempat sifat diri manusia saja.
Namun banyak yang menganggap ketemu dengan Roh atau pribadi lain diluar dirinya, yang merupakan empat saudara kita yang mengikuti selama hidup, padahal tidaklah demikian.Pengalaman saya ketemu dengan keempat sedulur adalah keempatnya seperti kita sendiri, wajahnya seperti kita masing-masing, wujud badannya lebih kecil dari badan kita, dan mereka memiliki sifat yang disebut diatas, saat-saat mereka muncul adalah saat kita memasuki meditasi dengan kita telah mengalahkan fisik yang mana kita tidak terpengaruh akan keletihan, kesakitan fisik, atau telah melewati ketahanan fisik kita sendiri.
Namun sekali lagi, Sedulur Papat bukanlah Roh (Pribadi) seperti Pancer kita adalah pribadi atau Roh Sejati, mereka hanyalah perwujudan saja. Inilah sedikit bisa saya sharingkan berhubungan banyaknya pertanyaan mengenai Sedulur Papat Kalima Pancer, ini adalah pemahaman ajaran Jawa yang sangat dalam, memang kelihatan sederhana tapi kalau tidak ada tuntunan banyak yang salah kaprah. Karena telah banyak orang yang tidak mengerti ini dan banyak yang tersesatkan karena ini. Inilah sedikit bagian kecil saja mengenai Sedulur Papapt Kalima Pancer.
Salam Ganjel
Puasa Islam dan Puasa Kejawen
Pada kenyatannya tidak ada manfaat puasa islam kecuali kelaparan. Saya tidak melihat orang-orang islam menjadi lebih arif, sabar, pemurah, dan penuh kasih sayang setelah puasa. Sebaliknya mereka tambah rakus, penuh kepalsuan dan egois. Setelah puasa mereka juga tidak memiliki kekuatan batin apapun yang biasanya dimiliki orang yang telah menjalani puasa tertentu. Jadi hasil puasa islam adalah NOL BESAR.
Kata puasa berasal dari ajaran Hindu yaitu UPAVASA yang artinya duduk dekat. Duduk dekat siapa? Duduk dekat Tuhan. Jadi orang yang sedang menjalani puasa sebenarnya berusaha agar bisa mencapai kedudukan yang dekat dengan Tuhan. Bila puasanya berhasil maka seseorang yang berpuasa akan mendapatkan apa yang menjadi sebabnya ybs berpuasa karena pada waktu berpuasa kedudukannya demikian dekat dengan Tuhan sehingga dengan perkenan Tuhan apapun yang diinginkan akan terkabul. Bahkan bila ybs berpuasa tanpa mengharapkan apapun, maka harapan-harapannya yang terpendam dan tak terkatakan akan dikabulkan.
Sekarang saya beritahu puasa yang dijalani orang jawa. Ada puasa mutih yaitu makan nasi putih dan minum air putih saja. Puasa ngulup, makan daun-daunan yang direbus saja, minumnya air putih. Puasa ngrowot, makan umbi-umbian yang direbus saja dan minumnya air putih. Dan puasa ngayep, puasa boleh makan apapun tapi tidak boleh mengandung garam (rasa asin dan gurih) sedang minumnya air putih. Selain itu juga tidak boleh berhubungan seks, mabuk, marah dsb apapun yang berupa hawa nafsu. Ketiga puasa di atas tenggang waktunya harus ganjil yaitu minimal 7 hari, 21 hari dan maksimal 41 hari. Lain dengan puasa islam, puasa kejawen dimulai dan diakhiri setelah matahari terbenam sebab perhitungan hari orang jawa mengikuti perhitungan hari alam halus. Puasa-puasa ini tidak boleh diulang-ulang dalam waktu dekat dan biasanya dilakukan 1 tahun sekali saja mengikuti hari kelahiran atau weton.
Yang terakhir puasa pati geni yaitu puasa tidak makan dan minum, tidak boleh kena sinar matahari dan tidak boleh tertidur selama 3 hari. Puasa ini bukanlah puasa sembarangan dan dilakukan secara sembarangan. Hanya karena keadaan-kedaan khusus saja yang menyangkut hidup dan mati baru boleh dijalankan. Bukan saja karena puasa ini sangat sulit dijalankan juga karena keampuhannya yang luar biasa.
Di luar puasa-puasa di atas, kalau anda mendengar atau diajari puasa-puasa kejawen jenis lain, misalnya puasa ngalong(tidur seperti kalong, kaki di atas kepala di bawah), puasa mendem (ditanam di dalam tanah) dsb itu bukan ajaran kejawen. Itu adalah ajaran penganut jaya kawijayan (orang jawa yang berusaha yang mencari kesaktian agar menjadi kebal senjata tajam atau tidak terlihat dsb.). Ajaran kejawen bukan untuk mendapatkan kesaktian tetapi agar bisa menyatu dengan Tuhan.
Puasa kejawen adalah puasa yang bertuah. Siapapun yang lulus menjalaninya akan mendapatkan sesuatu entah itu sifatnya duniawi atau spiritual.
Mandi Kembang Tengah Malam
Efek dari mandi kembang, mungkin akan terdengar agak jauh dari kesan mistis bila kita sebut, mandi bunga saja, bisa untuk mengendurkan ketegangan pikiran dan meredam stres. Untuk terapi mandi satu ini, karena unsur utamanya adalah bunga, jadi sebaiknya untuk mendapatkan air bunga yang ‘meresap’ dan harum, ada beberapa hal yang mesti Anda perhatikan.
Bila untuk relaksasi mandi bunga ini biasanya bunga hanya direndam semalaman, maka sebaiknya siapkan air mandi bunga Anda dengan langkah-langkah di bawah. Tingkat kemekaran Pilih bunga yang sudah benar-benar mekar, dengan kelopak yang terbuka sempurna. Jenis bunga Gunakan bunga yang memiliki energi positif, seperti mawar, melati, kenanga, cempaka. Pilihan bunga lain yang juga punya energi bagus yang dapat meresap dalam air mandi adalah anggrek ungu, mawar putih, lili, keisan dan lotus.
Siapkan!
Diamkan bunga yang sudah dimasukkan dalam bak terjemur di bawah sinar matahari kira-kira 3-4 jam, sehingga bunga-bunga layu. Ini menandakan energinya telah larut dengan Usahakan baknya langsung tertimpa sinar matahari. Bila sudah, campurkan air bunga yang telah dijemur dan masih hangat tersebut ke dalam air dalam bathtub Anda.Percaya atau tidak?
Konon, sebaiknya Anda melakukan sendiri persiapan air bunga itu tanpa bantuan orang lain, apalagi sampai disentuh orang lain. Katanya sih, jika orang lain ikut menyentuh air bunga, dikhawatirkan dapat mengurangi energi bunga karena adanya perpindahan energi. Yang jelas, mandi bunga disini bertujuan untuk membuat tubuh dan pikiran Anda berelaksasi. Jadi nikmati energi bunga dan harum aromanya dalam bak rendam Anda, and just be relax..Menyingkap Rahasia Alam Bawah Sadar
Pernahkah kita berpikir sejauh mana kemampuan otak kita? Yang kita pahami selama ini, kemampuan otak kita hanyalah secara analistik, namun kita tak pernah menyadari bahwa kemampuan otak manusia tak hanya sekedar analistik. Ada banyak hal yang bisa diungkapkan dalam otak.
Secara garis besar, otak manusia terbagi dalam dua bagian, otak kanan dan otak kiri. Otak kiri memproses segala macam angka, matematika, bahasa, hitung-hitungan dan sebagainya. Sementara otak kanan, memproses segala macam keindahan, tata kata tak lagi tersusun secara verbal. Musik dan warna-warna indah adalah basil kerja otak kanan.
Hanya sebatas itukah otak kita? Tidak. Laiknya gunung es yang muncul di permukaan, yang tampak hanya 12 persen saja, 88 persen sisanya masih tenggelam di dalam lautan. Yang 12 persen itu dise-but sebagai alam atau pikiran sadar (conscious mind). Sisanya, 88 persen, disebut alam bawah sadar (subconsious). Antara alam sadar dan bawah sadar dibatasi se-buah garis filter yang disebut reticular activating system. Garis ini berfungsi melindungi manusia dari informasi-inforrnasi yang tak perlu, sehingga seseorang tetap terlihat sadar dan waras. Nah, selama ini, kemampuan otak yang digunakan oleh manusia hanya 12 persen, sisanya tenggelam dalam diri kita.
Bayangkan, dengan 12 persen dari keseluruhan otak manusia, kita sudah sedemikian hebat. Bisa hitung-hitungan, bisa menelorkan gagasan-gagasan managemen yang begitu spetakuler, mampu menghasilkan sebuah tayangan televisi fenomenal, dan sebagainya. Lalu bagai-mana kalau kemampuan otak yang 88persen itu kita bisa manfaatkan? Hasilnya tentu saja lebih luar biasa.
“Alam bawah sadar kita sangat kuat sekali. Dalam proyeksi kehidupan, alam bawah sadar ini merupakan sebuah gudang yang luas, yang menyimpan semua pengalaman hidup kita, citra diri kita,” demikian kata RB Sentanu, Direktur Mind Center Management dari Katahati Institute,Jakarta.
Nunu, begitu kerap dia disapa, mengungkapkan alam bawah sadar bisa terprogram. Dan, kata-kata yang negatif lebih cepat diserap dan tersimpan dalam gudang alam atau pikiran bawah sadar. Sebagai contoh, seperti yang dialami Yudi Sujana, seorang Direktur Lembaga Pendidikan Bahasa Asing Interlingua Bandung. Ketika duduk di sekolah dasar, guru Yudi terlihat putus asa melihat nilai matematikanya selalu empat. Sang guru pun berkata, “Kamu bodoh, tak bisa hitung-hitungan.” Seiring pertumbuhan di-rinya, Yudi pun membenci matematika dan merasa bodoh di bidang yang satu ini. “Sebetulnya, ketika dibilang bodoh, tanpa disadari kita mencitrakan diri sebagai orang bodoh, dan alam bawah sadar mengambil alih pencitraan diri Anda. Setiap kali Anda mencoba menghitung dan merasa bodoh, alam bawah sadar memasuki pikiran Anda, mengatakan bahwa Anda tidak bisa matematika,” urai Nunu.
Kekuatan alam atau pikiran bawah sadar begitu besar. Kekuatan pikiran bawah sadar dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tiga sampai tujuh kali lebih cepat, dengan skill relaksasi sebagai keuntungan tambahan. “Jika kita mam pu memanfaatkan gudang kehidupan kita yang begitu besar itu, bayangkan pula bagaimana kehidupan kita kelak,” kata Nunu.
Dan, untuk menularkan ke-mampuan menyingkap kekuatan pikiran bawah sadar itu, pada 1988, bersama kawan-kawannya, Nunu mendirikan Katahati Institute. Lembaga ini bertujuan membantu dan melayani sesama manusia yang memiliki niat untuk berubah dan memutuskan untuk menjadikan dirinya sebagai titik-awal perubahan itu. “Terobosan teknologi penggunaan otak dan pikiran saat ini luas terbukti menentukan keunggulan seseorang dalam profesinya masing-masing,” tutur Nunu.
Bagaimana teknik mengeksplorasi otak dan pikiran tersebut? Sebagai langkah awal, maka perlu dipahami kondisi otak manusia. Yakni, terbagi dalam empat bagian, beta, alpha, theta dan delta.
Kondisi delta adalah kondisi pada saat manusia sedang tidur. Kecepatan gelombang otak pada saat tidur hanya 0,5 sam-pai 3,5 putaran perdetik. Kondisi delta diperlukan oleh tubuh, karena pada saat itu tubuh kita melakukan peremajaan terhadap sel-sel tubuh. Tentu saja, dalam hal ini tertidur lelap, bila kondisi tidak dalam tertidur nyenyak, maka yang terjadi adalah sebagian anggota tubuh kita tidak melakukan peremajaan atau penyembuhan, akibatnya kita sering mengalami rasa sakit saat bangun tidur.
Kondisi theta adalah saat gelombang otak manusia mencapai 3,5 sampai 7 putaran perdetik. Pada saat otak dalam kondisi theta, pikiran pun menjadi kreatif dan inspiratif. Keadaan theta adalah di mana kita bisa bermimpi, berkhayal, dan kalau kita sadari sejumlah filsuf ataupun ilmuwan seperti Thomas Alfa Edison menciptakan sebuah karya spetakuler dalam keadaan Theta. Keadaan theta yang sangat sugestif adalah saat tubuh menyembuhkan dirinya sendiri, seorang penderita kanker bisa sembuh karena menempatkan dirinya dalam kondisi theta. Keadaan theta bisa dibentuk pada saat meditasi. Dalam keadaan theta, pikiran akan menjadi sangat jernih, bahkan tubuh kita pun tak terasa, begitu juga dengan kaki, tangan.
Kondisi yang paling penting untuk menembus pikiran bawah sadar adalah alpha. Dalam kondisi alpha kita bisa membuka pintu gerbang menuju 88 persen kekuatan alam bawah sadar. Kondisi alpha adalah kondisi yang sangat rileks atau sama persis ketika kita berkhayal dan melamun. Kecepatan gelombang alpha mencapai 7 sampai 13 putaran perdetik. Yang membedakan kondisi alpha dengan theta adalah kesadaran kita, alpha masih merasakan anggota tubuh kita.
Sementara kondisi beta adalah kondisi di mana kita bisa sepenuhnya sadar. Dalam kehidupan sehari-hari saat kita terbangun dan memulai aktivitas, maka kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai kondisi beta.
Lalu bagaimana cara menembus pikiran bawah sadar kita? Cara yang mudah adalah membalikkan mata kita ke atas dan memejamkan mata, lalu pikiran pun membawa kita ke dalam kondisi alpha, melarutkan kita dalam suasana yang nyaman dan penuh ke dalam kedamaian. “Bayangkanlah sebuah rumah penuh kedamaian, rumah yang nyaman, rumah impian. Lelapkan diri kita ke sebuah kursi yang membawa kita merasa terlena dan sangat nyaman,” tutur Nunu.
Kondisi alpha pun dapat terbangun melalui meditasi. Meditasi yang sempurna adalah kedua telapak tangan saling membuka, pada saat itulah energi alam akan menyatu dan berputar dalam keseluruhan tubuh. Ditunjang sebuah musik yang indah dan syahdu, suasana alpha akan mudah terbangun.
Dalam keadaan alpha, sebuah pintu ke alam bawah sadar terbuka. Saat masuk dan menjelajah alam bawah sadar, kita bisa memprogram hidup kita seperti apa yang kita mau. “Aku bergaji Rp 20 juta bulan April, bahasa seperti itulah yang harus kita ungkapkan,” ungkap Yudi Sujana. Atau, “Aku menikah bulan Januari dengan Mariana.”
Yang perlu diketahui, menurut Nunu, pikiran bawah sadar tidak pernah mengetahui perbedaan antara imajinasi dengan kenyataan. Pikiran bawah sadar tidak pernah memiliki mekanisme untuk mengetahui hal-hal yang nyata ataupun bukan.
Ada empat hukum pikiran bawah sadar, yaitu positif, kalimat saat ini (present tense), bersifat pribadi, dan pengulangan. Dalam memprogram diperlukan emosi positif dengan mencurahkan segenap jiwa. Saat meditasi, kita harus membayangkan bahwa keinginan kita benar-benar terjadi. Ketika menginginkan menikah, maka pikiran alam bawah sadar kita tuntun dan ciptakan sebuah visual yang indah. Begitu juga saat kita menginginkan gaji Rp 20 juta perbulan, maka visualisasikan dalam alam pikiran bahwa kita menerima uang sebanyak itu. Jangan sekali-kali menyebutkan kata-kata, “Aku ingin.” Sebab Beta akan mengacaukan keinginan yang disebut dalam Alpha.
Sifat Beta selalu meragukan. Kondisi Beta akan mendorong kita untuk merasa ragu melakukan sesuatu. Karena itu, alam bawah sadar memerlukan sifat tegas, tentu saja dibarengi dengan unsur emosi yang kuat, dalam hal ini hindari emosi negatif, tetapi gunakan emosi positif.
Deni Puspahadi, Humas PT Indofood Tbk, telah membuktikan ucapan Nunu. Lajang yang selalu tampil energik ini mengaku mendapatkan manfaat yang sangat positif dari berlatih mengelola alam bawah sadar dengan meditasi. Setidaknya, kini ia lebih mampu berkonsentrasi, fokus pada persoalan-persoalannya, dan begitu mudah menyelesaikan persoalan yang dulu dianggapnya begitu rumit. Kini, jika dirinya diserang stres, dengan mudah ia mengusir rasa stres itu hanya dalam waktu satu menit. “Segalanya jadi terasa begitu mudah dan indah, seindah kita menjalani hidup ini,” urainya penuh senyum.
Jenis-Jenis Pesugihan di Indonesia
PESUGIHAN BLORONG
Dalam mitos masyarakat Jawa, memelihara pesugihan Blorong bisa menyebabkan kaya mendadak. Wujud pesugihan ini berbentuk ular naga yang bersisik emas. Yang lebih dahsyat, bila pemilik pesugihan melakukan hubungan badan dengan Ular Blorong itu, maka sisik-sisiknya yang berupa emas dan permata akan rontok di tempat tidurnya.Menurut mitos yang berkembang, ular raksasa itu hidup di rawa yang ditumbuhi dengan pohon teratai. Bahkan, kekayaan yang didapat dari pesugihan Blorong ini bisa diulur sampai dua periode. Sebagai tebusan, kalau kelak pemiliknya sudah meninggal dunia, maka harus ikut padanya.
Tak ayal, ribuan bangkai manusia selalu berserakan di rawa-rawa itu. Namun untuk mendapatkan pesugihan jenis ini memang tidak mudah. Mengapa? Sebab, membutuhkan persyaratan dan pengorbanan luar biasa.
Pesugian Blorong ada di kawasan lingkar Pulau Jawa. Tetapi, di daerah mana letak persisnya pesugihan Blorong bisa didapat, sejauh ini tidak ada data resmi. Ataukah di kawasan Jabar meliputi daerah Cimais, Ciberium, atau daerah lain. Di Jatim, yang disinyalir basis pesugihan seperti itu berada di Kabupaten Banyuwangi, Pacitan, Tulungagung, dan Kabupaten Gresik, sedangkan di Jateng berada di kawasan Parangtritis.
Pemunculan pesugihan Blorong boleh dibilang sama misterinya dengan ujudnya. Sebagian orang ada yang menyebut Blorong adalah wanita sehingga disebut nyai. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan yai, berarti pria. Yang jelas, Blorong adalah makhluk hidup yang sekujur tubuhnya bersisik, bisa mengeluarkan emas lantakan saat melakukan senggama dengan orang yang memeliharanya.
Seperti halnya Nyi Rara Kidul yang menjadikan Pantai Selatan sebagai istananya. Kalau Nyi Blorong, lebih suka hidup di rawa. Rawa dijadikan keratonnya, lengkap dengan jasad manusia yang saat hidup menjadi pengikutnya. Rawa-rawa itu, demikian urai beberapa pakar pesugihan, ditumbuhi banyak tumbuhan teratai.
Seperti halnya dunia maya. Meski secara implisit keberadaan rawa-rawa itu bisa dilihat dengan mata telanjang, kalau tidak memiliki ilmu linuwih, muskil setiap orang bisa mengetahui kalau rawa yang ditumbuhi pohon teratai itu sebenarnya istana Nyi Blorong.
Bagaikan orang yang mempunyai utang. Nyi Blorong sebelum menyanggupi untuk menolong calon kurban, sebelumnya mengadakan perjanjian untuk membahas masalah tebusan. Konon, pembicaraan tebusan itu dilakukan keduanya sembari bersenggama di tempat tidur. Sama persis dengan kekayaan yang diperoleh lewat jalur yang tidak direstui agama. Umur kekayaan versi Nyi Blorong, hanya tujuh tahun. Jika yang bersangkutan ingin memperpanjang, bisa diulur lagi, satu periode lamanya dan tebusan berupa mayat bisa dialihkan ke orang lain. Selanjutnya, korban tak boleh diwakilkan. Artinya, kelak setelah meninggal, harus menjadi pengikutnya.
Memang mengambil pesugihan jenis ini tidak mudah, berbeda dengan jenis tuyul yang bentuknya hanya menyerupai manusia kecil dan berkepala gundul. Tapi, Blorong memang lain. Di samping selalu meminta tebusan nyawa, jenis pesugihan ini kalau menampakkan diri selalu berwujud ular naga yang bersisik mengkilat keemasan.
Salah seorang yang pernah mengambil pesugihan jenis ini mengungkapkan, kesulitan perekonomian keluarganya telah membuat mata batinnya buta. Dia bersama suaminya berangkat ke suatu tempat keramat. Di tempat itu ada makam tua yang biasanya dipergunakan orang-orang mengambil jalan pintas untuk mencari pesugihan.
Setelah bertemu dengan juru kunci makam, Lasni dan suaminya mengutarakan niatnya untuk mengambil pesugihan. Dia pun mendapat tawaran dari sang juru kunci, pesugihan jenis apa yang ia minati. Karena ingin cepat kaya, saya langsung meminta agar diberi pesugihan kelas atas,” cerita Lasni. seperti dikutip Posmo.
Walaupun sudah sepakat dengan berbagai persyaratan yang diajukan, lanjut Lasni, dirinya gagal mendapatkan pesugihan. Hal itu disebabkan saat malam pertama ketika Ular Blorong datang ke rumahnya. “Ular itu datang dengan mendesis-desis, kemudian menindih tubuhku. Saat itulah saya menjerit hingga seisi rumah bangun dan mendatangi kamar saya. Ya, mungkin saya memang ditakdirkan begini. Namun, saya bersyukur karena usaha saya untuk mendapatkan pesugihan itu gagal,” papar Lasni seperti dikutip Posmo.
PESUGIHAN LERENG MERAPI
MAKAM yang bertengger di kawasan Cangkringan, Sleman Yogyakarta, dipercaya sebagai kuburan tokoh sakti zaman dulu. Sehingga selalu dipenuhi berbagai sesaji. Banyak peziarah melantunkan berbagai permintaan, mulai kenaikan pangkat, ilmu kanuragan sampai pesugihan.Setiap malam Jumat Kliwon, orang memasang sesaji jajan pasar dan kembang tujuh rupa, lantas berdoa minta berbagai permohonan. Tempat yang dikenal dengan nama Watu Tumpeng itu dipercaya memiliki kekuatan gaib.
Padahal, menurut jurukunci Watu Gunung, gundukan tanah itu bukan kuburan manusia, melainkan gajah tunggangan Kerincing Wesi saat menjaga Gunung Merapi.
Konon, Kerincing Wesi berubah menjadi raksasa setelah makan telur naga Kiai Jagad, lantas ditugaskan menjaga Gunung Merapi. Untuk menjalankan tugas, ia menerima seekor gajah dari Panembahan Senopati. Ketika gajah itu mati, Kerincing Wesi menguburkannya di lereng Merapi.
Kini, pada malam-malam tertentu, sering terdengar lenguhan gajah. Malah, ada warga yang mengaku melihat binatang itu melintas. Bagi peziarah, apa atau siapa yang berada di dalam kuburan itu, tidak menjadi masalah. Yang penting, tempat itu mempunyai kekuatan gaib yang menjanjikan perubahan nasib.
Kata beberapa sumber, sebagian besar peziarah memasang sesaji untuk persembahan kepada yang sumare dengan keinginan, kekuatan gaib yang memancar akan membalas jasanya setelah diberi makan. Jasa itu berupa kelancaran rezeki atau melimpahnya harta tanpa tanggungan tumbal. Jadi, pesugihan Lereng Merapi berbeda dengan Tuyul, Blorong, Cakar Monyet, babi Ngepet, Bulus Jimbung dan sebangsanya. Hanya sekadar medium berdoa, kendati banyak yang tergelincir dengan memanjatkan doa bukan kepada Tuhan.
PESUGIHAN MUNDING SEURI
Jalan menjadi kaya raya tidak mudah. Kerapkali kita terpaksa merelakan si buah hati memikul akibatnya. Demikian pula yang diminta oleh pesugihan Munding Seuri Si lelaku harus bisa menerima kenyataan jika wajah anaknya akan cacat.Pesugihan munding seuri terletak di kawasan Gunung Gede, Cibodas. Di sebelah Tenggara gunung ini, dipercaya masyarakat sebagai tempat bersemayamnya Raden Surya Kencana, putra Raden Aria Wiranatudatar, pendiri kota Cianjur yang beristrikan mahkluk halus.
Di kawasan Tenggara ini pula, ada sebuah gubuk yang didalamnya terdapat gundukan mirip makam. Tempat yang disebut padepokan ini menjadi tempat orang yang mencari pesugihan. Namun laku hanya bisa dilakukan saat bulan purnama. Jika tidak, konon segala upaya yang dilakukan akan sia-sia.
Menuju lokasi ini sangat tidak mudah. Para lelaku harus berjalan kaki selama seharian penuh, melintasi jalan setapak yang menanjak. Dan jika musim hujan tiba, mereka juga harus ekstra hati-hati karena medan yang sangat licin. Namun semua itu, kebanyakan dianggap sebagai salah satu tantangan untuk meraih keinginan, menjadi kaya dengan cara mudah.
Ritual dilakukan saat matahari telah terbenam. Mereka harus bertelanjang bulat, baru kemudian berendam di sebuah kubangan lumpur. Namun sebelumnya, harus menaburkan kembang setaman dan kemenyan di Padepokan Seuri. Setelah fajar menyingsing, barulah ritual tersebut boleh dihentikan dan para lelaku bisa membersihkan diri dengan berguling-guling di rerumputan. Selanjutnya, mereka masuk kembali ke dalam padepokan.
Konon di dalam sana, para lelaku akan melihat wajah anaknya yang cacat sebagai tumbal. Jika ingin kaya, mereka harus rela wajah anaknya yang akan lahir nanti cacat. Uniknya, para pencari kekayaan ini diberi kesempatan memilih wajah anaknya. Kebanyakan mereka memilih anak yang bermulut sumbing.
Syarat yang diminta ternyata tak cuma itu. Mereka juga harus memelihara beberapa ekor lembu. Lembu itu ada yang dilepaskan di sekitar padepokan, ada pula yang harus dipelihara di rumah. Selain itu, setiap bulan purnama tiba, si lelaku harus menyediakan seikat rumput yang ditaruh di bawah tempat tidur
PESUGIHAN BULU GENDRUWO
Pesugihan bulu gendruwo memang kurang populer di masyarakat. Alasannya, untuk mendapatkan cukup sulit. Si peminat harus menyediakan masakan dari burung gagak yang diletakkan di bawah pohon gayam dan bertelanjang bulat.Menurut beberapa orang yang telah mendapatkan pesugihan bulu gendruwo, meski mendapatkannya cukup sulit, pesugihan ini dipilih lantaran tidak terlalu berbahaya. Tidak minta tumbal orang atau nyawa.
Yang diperlukan hanyalah masakan burung gagak serta pohon gayam. Di kota metropolitan seperti Jakarta, pohon gayam sulit ditemukan. Makanya para peminat kebanyakan pergi ke desa-desa di pelosok Pulau Jawa.
Setelah masakan siap, saat matahari bersembunyi, peminat harus membawa makanan itu ke pohon gayam yang telah ditentukan. Kemudian ia harus membuka seluruh pakaiannya. Biasanya dalam waktu yang tidak begitu lama, gendruwo yang dilukiskan berwajah menakutkan dan sekujur tubuhnya dipenuhi bulu-bulu, akan muncul.
Gendruwo tersebut akan melahap makanan yang dibawakan si peminat. Saat itulah, si peminat dituntut kelincahannya. Mereka harus mampu mengambil minimal satu bulu di tubuh gendruwo.
Jika beruntung, maka si peminat akan mendapatkan bulu yang diinginkannya. Tapi jika tidak, bisa jadi ia malahan akan dimangsanya. Karena itu, orang yang gagal biasanya enggan mencoba lagi. Takut kalau-kalau malahan kehilangan nyawa.
Orang yang berhasil mendapatkan bulu, biasanya mudah mendapatkan kekayaan. Rejeki akan mengalir bak air bah. Tak tertahankan lagi.
MENGAIS UANG DI TENGAH PUSARA
Di kalangan pelaku spritual, ada teknik khusus untuk mengais rupiah di tengah kuburan. Caranya, dengan berjualan sate gagak kepada arwah gentayangan. Konon, penghuni makam di lereng Gunung Bugel, Rembang pernah membeli sate gagak sampai Rp. 30 juta dalam semalam.Untuk menjadi pedagang sate bagi arwah gentayang, yang diperlukan adalah burung gagak hitam yang masih hidup, minyak Arrohman, serta kemenyan. Dan syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberanian untuk bertemu dengan para lelembut dari berbagai rupa.
Pada tengah malam yang telah ditentukan, burung gagak harus dibawa ke makam yang akan dijadikan lahan berdagang. Sesampainya di tempat yang dituju, baca doa-doa khusus untuk membuka alam gaib, sambil membakar kemenyan. Tunggu sampai gagak yang dibawa berkoak-koak.
Ketika burung itu berbunyi, pada saat itulah momen yang paling tepat untuk menyembelih burung gagak itu. Bersihkan bulu-bulu yang menghiasi tubuhnya, lalu olesi dengan minyak Arrahman. Kemudian potong daging burung sesuai degan ukuran yang dikehendaki. Bakarlah daging itu layaknya sate biasa.
Pada saat bersamaan, para pembeli sate akan berdatangan. Mereka adalah arwah gentayangan dengan wujud yang beraneka rupa. Ada yang kakinya patah atau remuk, wajahnya rusak dengan darah yang mengalir deras, atau kakinya tinggal sebelah karena kaki yang lain terlepas. Pendeknya, wujud mereka sangat menakutkan dengan bau anyir darah yang mrenyengat.
Mereka berdatangan untuk merebut sate gagak yang dijual. Berapa pun harganya mereka akan membeli sate yang dijual itu. Kabarnya, seorang pedagang sate gagak di sebuah makam di lereng Gunung Bugel, Rembang pernah mengantongi uang sebanyak Rp. 30 juta.
Ia berdagang dengan bantuan seorang paranormal yang mengetahui seluk-beluk perdagangan sate gagak. Syarat utama untuk meraup rezeki gaib itu adalah keberanian. Pasalnya, paranormal yang akan menjual sate itu dan Anda yang bertugas menerima uang dari para arwah. Tentunya, Anda pun harus berhadapan dengan arwah-arwah itu yang wajahnya amat menyeramkan.
Hanacaraka Bagian 1
Hanacaraka
Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata.Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:
- Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
- Data Sawala (Berbeda Pendapat);
- Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
- Maga Bathanga (Keduanya mati).
Adapula tafsir berbeda yang diajarkan oleh Pakubuwono IX, Raja Kasunanan Surakarta. Tafsir tersebut adalah:
- Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).
- Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data " saatnya ( dipanggil ) " tidak boleh sawala " mengelak " manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
- Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, cocok " tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu " menang, unggul " sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan " sekedar menang " atau menang tidak sportif.
- Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
Makna Huruf
- Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
- Na Nur candra, gaib candra, warsitaning candara - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
- Ca Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
- Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
- Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat diarahkan untuk kesajeteraan alam
- Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
- Ta Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa - mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
- Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
- Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
- La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
- Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
- Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
- Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
- Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
- Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
- Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
- Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
- Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
- Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
- Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia.
Pasangan
Jika Carakan / aksara Jawa lebih bersifat silabis (kesukukataan), bagaimana Carakan bisa menuliskan huruf mati. Hal ini bisa dijawab dengan adanya pasangan. Pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri) konsonan dengan suku kata berikutnya.Sebagai contoh kata "banda" yang bila dipisahkan menurut silabiknya adalah "ban" dan "da". Suku kata yang pertama suku kata ban. Untuk menuliskan ban ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara Ba terlebih dahulu. Kemudian menuliskan aksara Na karena aksara Na mewakili dua buah huruf latin yakni N dan A sehingga kita tidak bisa langsung menuliskan aksara da. Untuk mematikan huruf Na, maka kita harus menuliskan bentuk pasangan da.
Bentuk pasangan disebutkan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan sehingga menjadi konsonan. Pada kasus di atas aksara Na diikuti pasangan Da yang berarti Na akan dibaca sebagai N.
Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.
Bentuk-bentuk pasangan itu adalah:
Asal Usul Nama Indonesia
Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang) nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang).
Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).
Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi(Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)” kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia.
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa
Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”.
Sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales).
Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).
Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), mempopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”.
Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa).
Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah(kerendahan peradaban) itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern.
Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke.
Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.
Nama Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74,Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain.
Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: …. the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama ” Indonesia “agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama ” Indonesia ” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880.
Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah ” Indonesia ” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah ” Indonesia ” itu ciptaan Bastian.
Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu daritulisan- tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakanistilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Makna politis Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula- mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggotaVolksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch- Indie”. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia Belanda” untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia
