17 February 2024

Perbedaan Karakteristik Ilmu Kebatinan dan Ilmu Gaib

Perbedaan Karakteristik Ilmu Kebatinan dan Ilmu Gaib / Khodam

Di dalam semua jenis ilmu, ada semacam penjurusan dalam pelajarannya, termasuk di dalam keilmuan kebatinan dan spiritual.

Yang pertama adalah aspek pengetahuan yang mengarah kepada aspek filosofi atau spiritual yang mendasari suatu keilmuan (yang menjadi ukuran kedalaman ilmu seseorang).

Yang kedua adalah ilmu-ilmu / kekuatan dari keilmuan itu sendiri (yang menjadi ukuran ketinggian ilmu seseorang).

Dalam laku mengolah kekuatan kebatinan dan sukma banyak dilakukan kegiatan-kegiatan yang panjang dan membosankan, seperti laku puasa (puasa mutih, ngrowot, ngebleng, pati geni), menyepi, laku prihatin dan tirakat, semadi / meditasi, tapa brata, pembacaan amalan / doa kebatinan, dsb. Seringkali laku-laku tersebut dianggap hanya sebagai keharusan / formalitas ilmu, dan tidak banyak orang yang dapat merasakan manfaatnya secara langsung, karena tidak banyak orang yang dapat mengukur kekuatan kebatinan yang telah dicapainya. Akibatnya, mereka yang mempelajari kebatinan, terutama kalangan muda, akan membelokkan perhatiannya untuk tidak menekuni olah kekuatan kebatinan, tetapi menekuni ilmu-ilmu kebatinan saja, seperti ilmu-ilmu untuk kekuatan / kesaktian (kanuragan), pengasihan, pelet, pelaris dagangan, pengobatan gaib, dsb. Pelajaran ilmu-ilmu itu memang lebih menyenangkan, dapat segera dilihat hasilnya, dan dapat dipraktekkan / dipertunjukkan kepada orang lain. Dengan demikian kemudian orang berbelok menjadi menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam saja, termasuk ilmu gaib yang berlatar belakangkan kebatinan atau agama dan tenaga dalam. 

Tujuan dalam mempelajari ilmu gaib penekanannya adalah langsung pada hasil yang ingin dicapai, yaitu keberhasilan dalam menguasai dan mempraktekkan ilmu-ilmu gaib tertentu sesuai tujuannya berilmu, bukan untuk mengoptimalkan potensi diri atau mengolah kebatinan, juga dalam pembelajarannya tidak diperlukan filosofi-filosofi kebatinan untuk membentuk kerohanian / kebatinan pelakunya.

Dengan kata lain, ilmu gaib adalah jenis ilmu terapan, yaitu ilmu yang tujuan mempelajarinya adalah untuk langsung bisa mempraktekkan kegaiban, untuk langsung bisa melakukan perbuatan-perbuatan gaib, dengan mengamalkan mantra-mantra atau amalan gaib.

Jenis keilmuan ini tidak dijalani dengan laku kebatinan seperti yang dilakukan oleh orang-orang kebatinan, walaupun ada juga lakunya yang mirip, tapi tidak persis sama. Kebanyakan jenis keilmuan ini dilakukan orang sebagai jalan pintas untuk bisa cepat memiliki kemampuan gaib dan untuk bisa langsung mempraktekkannya, dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan gaib. 

Karena tujuannya adalah bukan untuk mengolah potensi kebatinan dan laku yang dijalani juga tidak persis sama dengan laku kebatinan, maka jenis ilmu gaib dan ilmu khodam ini tidaklah sama dengan ilmu kebatinan. Kepekaan rasa dan batin, peka sasmita / wangsit, kekuatan kebatinan / spiritual, dsb, yang bisa mengantarkan seseorang menjadi mumpuni dalam hal kebatinan dan kegaiban, linuwih dan waskita, dan kekuatan sukma yang mampu berkuasa atas roh-roh gaib tanpa perlu bantuan khodam, tidak akan dicapai dengan menjalani keilmuan ini.

Dalam keilmuan gaib dan khodam ada juga mantra-mantra seperti dalam ilmu kebatinan yang terkait dengan pendayagunaan roh sedulur papat sebagai khodam bagi seseorang. Tetapi ilmu itu hanya akan bekerja jika sedulur papat seseorang sudah cukup kuat, sehingga bisa menjadi khodam baginya. Pada masa sekarang kondisi kuatnya sedulur papat itu, sekalipun seseorang mengikuti perkumpulan kebatinan, kelihatannya akan sulit dicapai, karena pembelajarannya dan orientasi pesertanya sudah banyak berubah, tidak lagi berorientasi pada laku memperkuat kebatinan, tetapi mengarah pada keinginan untuk menguasai ilmu gaib saja, yang di Jawa bisa mewujud dalam bentuk aliran ilmu gaib kejawen atau aliran Islam kejawen. Karena itu kegaiban yang kemudian bekerja bukanlah berasal dari sedulur papatnya, tetapi dari khodam yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.

Pada jaman dulu orang mengikuti perkumpulan kebatinan seperti yang sekarang dikenal seperti Sapto Darmo, Pangestu, dsb, bukan semata-mata sebagai olah keilmuan kebatinan, tetapi merupakan laku ketuhanan, menjadi jalan mereka berketuhanan, sehingga para peserta yang menekuninya bisa memiliki kebatinan dan sukma yang kuat. Sedangkan pada masa sekarang orang sudah menganut agama sendiri-sendiri, sehingga kepengikutannya dalam perkumpulan-perkumpulan kejawen seperti itu tidak lagi ditekuni dengan semestinya, bukan lagi menjadi sarana laku ketuhanan, tetapi mengarah pada keinginan atas keilmuan gaib saja. Akibatnya para pesertanya tidak lagi memiliki kekuatan kebatinan yang tinggi seperti yang seharusnya.

Karena itu lakunya kemudian bukan lagi untuk olah kebatinan, tetapi mengarah pada keilmuan gaib saja, dan kekuatan gaibnya, walaupun juga ada menggunakan mantra-mantra sedulur papat, tetapi yang bekerja bukanlah sedulur papatnya, tetapi adalah khodam ilmu yang dibekalkan kepada masing-masing pesertanya.

Orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam juga bisa peka rasa dan mengerti kegaiban, dan mempunyai kekuatan gaib, tetapi kebanyakan kadarnya rendah, hanya akan sama dengan tingkatan dasar dalam olah kebatinan. Kelebihan utama ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih mudah dalam mempelajarinya, yaitu dengan hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib saja. Dalam tempo yang relatif singkat orang akan sudah bisa mempraktekkan kemampuannya dalam keilmuan gaib dengan hanya mengamalkan amalan dan mantra dan khodam ilmu yang dibekalkan kepada mereka.

Sebenarnya, ilmu gaib dan ilmu khodam adalah bagian dari ilmu kebatinan, yaitu bagian dari ilmu kebatinan yang menekankan pada kekuatan sugesti  (disebut ilmu sugesti, yaitu praktek ilmu yang menekankan pada kemampuan bersugesti pada kekuatan pikiran, atau kekuatan mengsugesti amalan gaib dan mantra dan kekuatan mengsugesti khodamnya). Dalam mengamalkan ilmu-ilmu tersebut juga digunakan kekuatan / fokus batin untuk mengsugesti amalan-amalan gaib dan mantra dan untuk mengsugesti kegaiban khodamnya. Tetapi biasanya tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam adalah murni untuk keberhasilannya mempraktekkan keilmuan gaib, bukan dalam rangka olah laku kebatinan atau spiritual, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau agama.

Ada juga pada masa sekarang perguruan dan orang-orang yang mengajarkan ilmu persilatan dan keilmuan gaib. Sekalipun juga mengajarkan kerohanian / agama dan tenaga dalam, tapi tidak mengajarkan olah batin untuk mengolah kegaiban sukma. Dalam hal ini perguruan tersebut tidak termasuk sebagai aliran / perguruan kebatinan, tetapi tergolong sebagai perguruan silat saja, atau perguruan ilmu gaib dan ilmu khodam saja, walaupun berlatar belakangkan kebatinan atau agama dan tenaga dalam.

Tujuan utama orang-orang yang menekuni kebatinan adalah murni untuk laku kebatinan atau untuk kesaktian kanuragan, bukan untuk tujuan keilmuan gaib, tetapi kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan kebatinan itu juga bisa digunakan untuk tujuan keilmuan gaib. Di antara mereka juga ada yang berkecimpung di bidang keilmuan kesaktian. Mereka juga menekuni olah kanuragan, tenaga dalam, dsb, dan setelah kegaiban sukma mereka disatukan dalam keilmuan kesaktian mereka, menyebabkan kekuatan keilmuan mereka menjadi tinggi. Kekuatan keilmuan gaib pada orang-orang tersebut terutama adalah berasal dari kegaiban sukma mereka sendiri, ditambah dengan olah kanuragan, tenaga dalam, dan kekuatan sugesti ilmu gaib dan khodam.

Sedangkan tujuan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya adalah murni untuk keberhasilan menguasai / mempraktekkan keilmuan gaibnya itu, bukan dalam rangka laku kebatinan dan spiritual. Dengan demikian ilmu gaib dan ilmu khodam ini bersifat ilmu terapan yang menekankan pada keberhasilan prakteknya. Sekalipun dalam pembelajarannya berlatar belakang kerohanian atau agama dan tenaga dalam, tetapi kekuatan keilmuan gaib mereka terutama hanya dari kekuatan sugesti mereka pada amalan gaib dan mantra dan kekuatan mereka mengsugesti kegaiban khodamnya.

Karena perbedaan-perbedaan dasar itulah maka dalam tulisan ini dilakukan pembedaan antara keilmuan yang berdasarkan kebatinan dan spiritual dan yang murni bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam. Sekalipun dilakukan pembedaan, bila hanya dilihat dari bentuk-bentuk perbuatannya saja, secara sepintas perbedaan ilmu gaib dan ilmu khodam dengan ilmu kebatinan akan kelihatan sangat tipis, karena semuanya berhubungan dengan kegaiban, dan karena di dalamnya juga ada mantra-mantra atau amalan-amalan gaib, puasa dan tirakat, maka pengertian dan istilah kebatinan, spiritual, ilmu gaib dan ilmu khodam, seringkali dianggap sama, walaupun sifat dasar keilmuannya berbeda.

untuk tahu dengan pasti apakah keilmuan seseorang adalah jenis ilmu gaib / khodam atau kebatinan / spiritual adalah dengan melihat sumber kekuatan yang mewujudkan pelaksanaan ilmunya apakah kegaibannya berasal dari kekuatan dan kegaiban sukmanya (kebatinan / spiritual), dari kekuatan pikiran dan sugesti, atau dari kekuatan mantra dan khodam.

Tetapi ada satu hal pokok yang menyebabkan keilmuan kebatinan berbeda dengan yang murni berupa ilmu gaib dan ilmu khodam, yaitu :

Pada orang-orang yang menekuni olah kebatinan, sugesti kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batin yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.

Sedangkan orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, sugesti kebatinan mereka lebih banyak ditujukan "ke luar", yaitu difokuskan untuk mengsugesti amalan-amalan dan mantra ilmu gaib dan mengsugesti kegaiban khodam mereka, sehingga tidak membangun apa yang ada "di dalam", yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma. Walaupun proses laku mereka itu juga menambah kekuatan sukma mereka, tetapi tidak banyak.

Karena adanya perbedaan pokok di atas itulah, maka sekalipun para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali menyebut keilmuan mereka sebagai ilmu batin atau ilmu kebatinan, tetapi fakta-fakta di bawah ini akan membuktikan apakah keilmuan mereka benar merupakan ilmu batin / kebatinan.

Jika tidak mempunyai amalan ilmunya, atau tidak membacakan amalan ilmunya, atau lupa dengan amalan ilmunya, orang-orang yang menekuni kebatinan tetap dapat melakukan keilmuan gaib mereka dengan mengandalkan kemampuan mengsugesti kegaiban batin / sukma mereka (kekuatan niat dan kehendak), dan orang-orang yang menjalani keilmuan tenaga dalam tetap dapat menunjukkan kekuatan tenaga dalamnya.

Sedangkan para praktisi ilmu gaib, kekuatan ilmunya ada pada kekuatan mengsugesti amalan ilmu dan mantra, sehingga tanpa amalan ilmu atau lupa mantranya seringkali mereka tidak dapat berbuat apa-apa (apa yang harus disugestikan kalau tidak punya amalannya atau lupa bunyi mantranya).

Namun praktisi ilmu gaib berkhodam (dan yang mempunyai khodam ilmu / pendamping), tanpa amalan ilmunya atau lupa pada mantranya, kemampuan gaibnya akan tergantung pada khodamnya apakah khodamnya itu akan tetap berinisiatif bertindak walaupun tidak dibacakan amalan ilmunya. Jika khodamnya itu tidak berbuat apa-apa, maka mereka juga tidak mampu berbuat apa-apa.

Bentuk-bentuk ilmu dalam ilmu kebatinan bisa sama dengan ilmu-ilmu dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. Bedanya adalah pada sumber kekuatan ilmunya.

Kegaiban yang dihasilkan dalam ilmu kebatinan berasal dari kegaiban sukmanya, ditambah dari kekuatannya mengsugesti amalan-amalan, doa dan mantra sebagai kekuatan sugesti yang menghasilkan kegaiban ilmu-ilmu kebatinan, ditambah kegaiban dari khodamnya, kalau orangnya juga berkhodam. Tetapi walaupun orangnya berkhodam, keberadaan khodamnya itu hanya sebagai penambah kekuatan ilmunya saja, tidak menjadi tempat bergantung ampuhnya ilmu. Kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya.

Sedangkan pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, kegaiban keilmuannya berasal dari kekuatannya mengsugesti amalan-amalan gaib, doa dan mantra, atau kekuatannya mengsugesti kegaiban khodam ilmunya saja, bukan dari kekuatan kebatinannya, karena tidak didasarkan pada olah batin / sukma. Dalam mengamalkan ilmunya, orang-orang itu harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, dan dirinya harus berkhodam, karena khodamnya itulah yang menentukan ampuhnya ilmunya.

Dalam mengamalkan suatu amalan ilmu, misalnya amalan ilmu untuk kekuatan, pada seseorang yang menganut ilmu kebatinan, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, dalam penggunaannya orang tersebut masih harus menghayati isi dan arti amalan tersebut untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukan apa yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut.

Karena bersifat kebatinan, maka dalam mengamalkannya seseorang harus menghayati isi dan arti suatu amalan ilmu untuk menyelaraskan / mengsugesti batinnya supaya sukmanya dapat melakukannya sesuai yang tersugesti dalam amalan ilmu tersebut. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan sukmanya dan penghayatan / sugesti dirinya dalam mengamalkan ilmu tersebut. Jadi yang utama harus dimiliki adalah kekuatan sukma dan penghayatan dan kemampuan sugesti untuk menggerakkan sukmanya menjalankan ilmu tersebut. Ilmu itu akan bekerja sesuai penghayatan seseorang pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya. Dan sugesti ilmu itu perlu dilatih secara berkala supaya ketajaman / keselarasan sukmanya dengan ilmunya itu tidak melemah.

Salah satu kelebihan dalam olah kebatinan adalah adanya tahapan olah rasa dan sugesti, sehingga seseorang yang sudah menguasai olah rasa dan sugesti, maka ia akan dengan mudah mengsugesti batinnya, dan membentuk / menyelaraskan sukmanya sesuai penghayatannya pada bentuk ilmunya, walaupun tidak hapal dengan bunyi mantranya. Dalam olah ilmu gaib dan ilmu khodam juga ada olah rasa, terutama ditujukan pada rasa ketika mengsugesti suatu amalan ilmu gaib.

Secara kebatinan, seseorang tidak membutuhkan banyak amalan ilmu, tidak perlu mengkoleksi banyak amalan ilmu, karena yang paling utama adalah kemampuan sugesti dan pemahaman / penghayatan pada suatu bentuk keilmuan, tidak harus hapal bunyi mantranya, tapi harus tahu isi / sifat bentuk dan tujuan keilmuannya. Dia juga akan dengan mudah menciptakan ilmu-ilmu baru sesuai pemahaman dari ilham yang didapatnya. Dan bila menemukan / menerima suatu amalan ilmu baru, dia akan dapat mengamalkannya sesuai kemampuannya mengsugesti sukmanya, walaupun tidak memiliki khodam ilmunya.

Untuk memperkuat keilmuannya, secara kebatinan orang tersebut harus memperdalam penghayatan dan menguatkan kekuatan kebatinannya dan meningkatkan kepekaan rasa dan kemampuan sugestinya pada bentuk-bentuk keilmuan. Kekuatan ilmunya akan sejalan dengan kemampuannya mengsugesti sukmanya untuk menyatu dalam penghayatan kebatinannya. Untuk maksud itu para penganut kebatinan akan banyak melakukan perenungan-perenungan, laku tirakat dan puasa, menyepi, semadi, bahkan tapa brata.

Amalan tersebut di atas (amalan ilmu yang sama), bila dilakukan oleh orang yang menganut ilmu gaib dan ilmu khodam, setelah ilmu tersebut diturunkan kepadanya, orang tersebut hanya perlu keyakinan / sugesti bahwa kapan saja ilmu itu diamalkan, ilmu itu akan bekerja. Orang tersebut tidak mengandalkan kekuatan sukmanya, karena yang bekerja adalah kekuatan sugesti pada amalan ilmu dan khodamnya, bukan sukmanya, dan tidak perlu tahu arti kalimat-kalimat dalam amalannya, hanya perlu menghapalkannya dan mengsugesti dirinya bahwa ilmu itu akan bekerja kapan saja amalannya diamalkan. Kekuatan ilmunya tergantung pada kekuatan (konsentrasi) sugestinya dan penyatuan dengan khodamnya. Dalam hal ini penerapan ilmu gaib dan ilmu khodam memiliki kelebihan kepraktisan dalam penggunaannya dibandingkan ilmu kebatinan, tetapi pada saat mempraktekkannya, orang tersebut harus hapal dengan bacaan mantra / amalan ilmunya, tidak boleh lupa.

Karena bersifat ilmu gaib dan ilmu khodam, mantra-mantra hanya akan bekerja dengan baik pada orang-orang yang mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya dan yang telah menerima transfer energi / khodam ilmunya (diijazahkan). Bagi yang ingin belajar sendiri, belajar jarak jauh, dan belum mempunyai kekuatan sugesti pada amalannya, atau belum menerima khodam ilmunya / transfer energi, dengan usahanya sendiri membaca / mewirid suatu amalan ilmu biasanya tidak akan banyak berguna. Sekalipun ada kegaiban sesudahnya, biasanya tidak besar kekuatannya. Karena itu untuk keberhasilannya penganut ilmu gaib dan ilmu khodam akan banyak bergantung pada sosok guru yang memberi ilmu, dan untuk menambah keilmuannya orang-orang itu akan belajar kepada banyak guru dan akan mengkoleksi banyak amalan ilmu.

Contoh lain, misalnya ilmu pengasihan dan penglaris dagangan.

Pada orang-orang yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam, mereka akan membacakan / mewirid amalan gaib untuk ilmu pengasihan dan penglaris dagangan itu. Kekuatan ilmunya bergantung pada kemampuan mereka mengsugesti amalan ilmu gaibnya atau mengsugesti kegaiban khodamnya untuk melaksanakan ilmu pengasihan dan penglaris dagangan (ditambah sesaji tertentu untuk khodamnya). Mereka harus hapal dengan bunyi mantranya (apa yang harus diwirid kalau tidak hapal bunyi mantranya ? ).

Pada orang-orang yang menekuni kebatinan, mereka tidak perlu hafal dengan bunyi mantranya (kalau tahu dan hafal mantranya akan lebih baik). Mereka hanya harus mengerti maksud ilmunya dan tahu cara kerjanya. Dengan demikian yang mereka lakukan adalah mengsugesti sukmanya untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang yang menyebabkan orang-orang suka kepadanya, suka datang ke tempat usahanya, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb  (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Contoh lain.

  • Pengasihan atau kewibawaan, baik dengan cara ilmu gaib / khodam ataupun dengan cara kebatinan semuanya sifatnya sama, yaitu sebagai ilmu sugesti, bisa dilakukan secara kebatinan, bisa juga dengan amalan gaib.
  • Amalannya bisa diambilkan dari sumber mana saja asal fungsinya sesuai.
  • Tapi untuk anda pribadi sebaiknya dipilih yang berimbang.
  • Pengasihan yang terlalu kuat bisa membuat anda kehilangan kewibawaan.
  • Begitu juga sebaliknya, kewibawaan yang terlalu kuat bisa membuat anda tampak tidak punya rasa pengasihan.
  • Kalau anda punya bawahan (atau murid-murid jika anda menjadi seorang guru / dosen), selain pengasihan dan kewibawaan, sebaiknya dibentuk juga karakter kesepuhan yang bersifat mengayomi, sehingga anda akan dihormati juga sebagai orang yang dituakan.

Jika dilakukan dengan cara kebatinan, maka sugesti dan amalannya ditujukan ke dalam diri sendiri, ke dalam batin / sukma kita sendiri, dipilih yang isi sugestinya kita mengerti, untuk mengsugesti batin kita menjalankan isi sugesti yang kita inginkan.

Secara kebatinan sugestinya adalah untuk membentuk batin / sukma kita supaya berkarakter sama dengan yang kita sugestikan yang karakter itu akan bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita atau oleh orang yang kita tuju.

Kalau sudah menyimpan energi (energi potensial di tubuh), atau sukmanya sudah berkekuatan gaib, maka sugestinya dilakukan selain untuk membentuk karakter kita sendiri, juga untuk membentuk pancaran energi sukma kita yang sifatnya sama dengan isi sugesti kita, dan pancaran energinya bisa kita atur sendiri seberapa kekuatan pancarannya, seberapa kekuatan pengaruhnya, dan seberapa jauh pancarannya. Bisa juga kita atur kapan kita memancarkan pengasihan, kapan kita memancarkan kewibawaan / penundukkan, karena itu berhubungan juga dengan siapa kita berhadapan.

Dengan kata lain, secara kebatinan bentuk sugesti dan amalan itu berfungsi untuk membentuk karakter kita sendiri supaya kita menjadi berkarakter sama dengan isi sugestinya, karena kita sendiri yang harus bersifat pengasihan / kewibawaan yang sama dengan sugesti yang kita inginkan, atau untuk membentuk pancaran energi sukma kita supaya sifat pancarannya sama dengan sugesti yang kita inginkan.

Tapi kalau kita memancarkan energi, maka semakin lama semakin berkurang energi kita, sehingga nantinya energinya harus disi ulang.

Jika dilakukan dengan cara ilmu gaib / khodam, yang sugesti dan amalannya ditujukan langsung kepada khodamnya atau langsung kepada jimat kita, tidak harus dipilih yang isi sugestinya kita mengerti, karena yang menjalankannya adalah khodam kita, bukan kita sendiri.

Secara ilmu gaib / khodam, sugestinya adalah untuk memerintahkan khodam kita supaya ia memunculkan penampakan karakter kita yang sama dengan yang kita sugestikan, atau supaya ia memancarkan hawa energi yang sifatnya sama dengan yang kita sugestikan.

Dan untuk mengatur kapan kita pengasihan dan kapan kewibawaan / penundukkan, harus dibaca dulu amalannya. Jadi kita harus punya koleksi ilmu / amalannya.

Tujuan dari dilakukannya pembedaan antara ilmu-ilmu kebatinan dengan yang asli ilmu gaib dan ilmu khodam adalah supaya kita dapat dengan benar membedakan pengertiannya, mengetahui sisi spiritual keilmuannya, mengetahui masing-masing kelebihannya (untuk ditingkatkan) dan kekurangannya (untuk dilengkapi), dan untuk mengetahui cara-cara mengembangkannya atau untuk meningkatkan kualitas keilmuannya, sesuai jenis keilmuan masing-masing yang digeluti. 

Kelebihan utama ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada kekuatan gaib batin dan sukma manusia yang biasanya jauh melebihi kekuatan gaib ilmu gaib dan ilmu khodam. Kegaiban batin dan sukma mereka juga menyebabkan mereka tidak bergantung pada adanya sosok khodam ilmu dan khodam pendamping, karena kegaiban batin dan sukma mereka sendiri sudah menjadi "khodam" bagi mereka (roh pancer dan sedulur papatnya bisa menjadi khodam bagi mereka).

Kelebihan lainnya adalah pada kekuatan batin dan kemampuan olah rasa dan sugesti (dan visualisasi) untuk menggerakkan kegaiban batin dan sukma mereka untuk melakukan banyak kegaiban seperti dalam ilmu-ilmu gaib dan khodam, tanpa perlu harus berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid suatu amalan gaib.

Misalnya, sekalipun seorang praktisi ilmu kebatinan tidak membutuhkan adanya khodam gaib, tetapi jika memang dibutuhkan, dengan kekuatan kebatinannya, dan kekuatan rasa dan sugesti, dan kontak batin, mereka dapat menghadirkan sesosok khodam dengan seketika, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk mendatangkan sesosok gaib, atau hanya untuk mengisikan khodam gaib ke dalam sebuah benda jimat. Atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan seketika untuk menjadikannya khodamnya atau memasukkannya ke dalam benda gaibnya.

Begitu juga untuk melakukan pembersihan gaib, dengan kekuatan kebatinannya mereka hanya perlu bersugesti untuk membuat bola pagaran gaib dengan kekuatan tertentu atau memancarkan energi untuk mengusir roh-roh jahat, atau jika sudah mengetahui sosok gaib yang diinginkannya, dengan kekuatan kebatinannya dia dapat menariknya dengan seketika untuk menjadikannya khodam pembersihan gaib, tidak perlu berlama-lama dan berlelah-lelah mewirid amalan gaib hanya untuk pembersihan gaib atau untuk membuat pagaran gaib yang juga belum tentu bagus kekuatannya.

Khodam-khodam ilmu dan pendamping yang kekuatannya tinggi bagi para pelaku ilmu gaib akan terlalu rendah kekuatannya bagi yang benar menekuni kebatinan yang akan dapat dengan mudah mereka hapuskan keberadaannya. Dan untuk keperluan pembersihan gaib secara kebatinan orang akan bisa mengukur kekuatannya sendiri ketika berhadapan dengan sosok-sosok gaib tertentu. Jika seseorang sudah mempunyai kekuatan kebatinan yang cukup tinggi, melakukannya tidak perlu dengan bisa melihat gaib, cukup dengan cara kontak rasa untuk mendeteksi sasarannya (keberadaan gaibnya), kemudian memancarkan kekuatan kebatinan untuk mengusirnya.

Dalam hal kejadian di atas, para praktisi kebatinan dapat mengukur tingkat kekuatan gaib yang dibutuhkannya dan dapat menilai karakter sosok gaibnya. Misalnya dalam mengisikan khodam ke dalam benda gaib, para praktisi ilmu kebatinan biasanya dapat mengukur kekuatan khodamnya dan dapat menilai baik-tidaknya karakter sosok gaib tersebut, sedangkan para praktisi ilmu gaib seringkali malah tidak tahu apa dan siapa sosok gaib yang masuk ke dalam benda gaibnya itu, karena hanya mewirid amalannya saja.

Kelebihan lainnya adalah kombinasi dari kegaiban batin dan sukma mereka dan kemampuan olah rasa dan sugesti dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita, mengerti kegaiban hidup dan kegaiban alam.

Sedangkan kelemahan utama ilmu kebatinan dan spiritual terhadap yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam adalah pada usaha yang lebih berat dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi tidak tertarik untuk menjalaninya. Kelemahan lainnya adalah kurangnya variasi dalam keilmuan gaib mereka dibandingkan yang dipelajari dalam ilmu gaib dan ilmu khodam, karena tujuan keilmuan mereka memang bukan untuk keilmuan gaib / khodam, tetapi untuk penghayatan kebatinan dan spiritual, atau untuk menjadi pengganda kekuatan kesaktian kanuragan.

Kelebihan utama ilmu yang murni sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual adalah pada usaha yang lebih ringan dalam mempelajari dan menekuninya, yang menyebabkan orang-orang menjadi lebih tertarik untuk menjalaninya. Kelebihan lainnya adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib (banyaknya variasi amalan dan mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka berilmu memang untuk keberhasilan menguasai dan mempraktekkan keilmuan gaib / khodam.

Sedangkan kelemahan utama ilmu gaib dan ilmu khodam terhadap ilmu kebatinan dan spiritual terutama adalah pada kekuatan gaib ilmunya yang jauh lebih rendah (pada ilmu yang sejenis). Orang lebih suka mempelajari ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah kebatinan, hanya menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib dan mantra / amalan ilmu khodam saja.

Walaupun variasi ilmunya banyak, khodamnya banyak dan ilmunya berlapis-lapis, tetapi karena kekuatan gaibnya lebih rendah, biasanya praktek keilmuan mereka dapat dengan mudah dilunturkan keampuhannya (dan seringkali tidak dapat digunakan untuk menyerang orang-orang kebatinan dan spiritual).

Masing-masing jenis keilmuan mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Segala bentuk keilmuan kebatinan maupun gaib akan sangat bergantung pada sumber kekuatan ilmunya dan perbendaharaan jenis ilmu. Untuk dapat menguasai suatu keilmuan secara sempurna dengan daya kekuatan yang tinggi seseorang juga harus mengenal sumber kekuatan keilmuannya, meningkatkan kekuatan ilmunya dan melengkapi kekurangannya.

Kemampuan untuk mengsugesti batin / sukma, kemampuan untuk bersugesti pada amalan gaib dan mantra, dan kemampuan mengsugesti kegaiban khodamnya adalah hal-hal pokok yang harus dikuasai dalam semua keilmuan batin / gaib. Tetapi untuk meningkatkan kekuatan keilmuannya jangan hanya berfokus pada praktek sugesti amalan gaib saja, sumber kekuatan ilmunya harus juga diketahui dan harus ditingkatkan kualitasnya supaya kekuatan keilmuannya menjadi tinggi.

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan batin / sukma (kebatinan dan spiritual), untuk meningkatkan kekuatan ilmunya, orang tersebut harus meningkatkan kekuatan batin / sukmanya dan penghayatan pada ilmunya (supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi), dan menambah perbendaharaan jenis-jenis keilmuan gaib  (menambah pengetahuan pada jenis-jenis ilmu dan amalan ilmu).

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib atau ilmu batin yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan roh pancer dan sedulur papat, harus meningkatkan kekuatan dan ketajaman batin / sukma dan meningkatkan penyatuannya dengan kekuatan roh sedulur papatnya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan sugesti amalan gaib atau mantra, harus meningkatkan kekuatan sugestinya ( / konsentrasi), meningkatkan kekuatan kebatinannya, atau mencari mantra / amalan ilmu gaib lain yang lebih tinggi kadar kekuatannya.

Orang-orang yang menekuni ilmu gaib yang kegaibannya berdasarkan pada kekuatan khodam ilmu, harus meningkatkan kekuatan khodamnya (atau mencari sosok gaib lain yang lebih tinggi kekuatan gaibnya) dan meningkatkan kemampuannya mengsugesti khodam ilmunya, atau mencari mantra / amalan gaib yang lebih tinggi kadar kekuatannya, supaya ketika disugestikan untuk keilmuan gaib tertentu, kekuatan ilmunya tinggi.

Seringkali kemampuan seseorang dalam ilmu gaib dan ilmu khodam menjadi suatu kebanggaan, menjadikan seseorang merasa hebat dan sakti, merasa mampu melakukan apa saja dengan ilmunya itu, dan sering keilmuannya itu juga dipamerkan/dipertunjukkan kepada orang lain, terutama kepada orang-orang awam.

Tetapi jarang ada manusia yang memiliki khodam ilmu atau khodam pendamping yang berkesaktian tinggi, karena kebanyakan orang belum sampai ilmunya untuk mengenal mahluk halus yang berkesaktian tinggi, apalagi para pelakunya juga belum tentu bisa melihat gaib. Yang bisa melihat gaib pun tidak mampu mengukur kekuatan mahluk halus, tidak mampu memilih-milih mahluk halus untuk dijadikan khodamnya, apalagi semakin tinggi kesaktian sesosok mahluk halus biasanya juga semakin sulit untuk dilihat dan semakin sulit dideteksi keberadaannya. Karena itulah contoh gaib seperti Ibu Kanjeng Ratu Kidul sangat diagung-agungkan orang sebagai tokoh sakti dari alam gaib, padahal di alam gaib banyak sekali mahluk halus yang kesaktiannya berlipat-lipat di atas beliau yang Ibu Kanjeng Ratu Kidul sendiri pun harus berhati-hati dan menghindarinya.

Kebanyakan orang yang memiliki ilmu khodam tidak memperhitungkan kesaktian khodamnya, karena tujuannya hanya pada keberhasilannya mempraktekan ilmunya saja. Yang dianggap penting adalah ilmunya itu bekerja sesuai tujuannya berilmu, tidak masalah khodamnya itu sakti atau tidak. Ilmunya (dan khodamnya) akan dianggap ampuh jika ilmunya bekerja. Sebaliknya suatu ilmu (dan khodamnya) pasti tidak akan dianggap ampuh jika ilmunya itu tidak bekerja. 

Karena itu pada prakteknya, disadari ataupun tidak, para pelaku ilmu gaib dan ilmu khodam akan tidak memperhatikan tingkat kesaktian khodamnya, tetapi akan terdorong untuk menonjolkan/menciptakan ilmu gaib yang tinggi-tinggi, amalan dan mantra yang kadar sugesti/perintahnya tinggi, untuk menciptakan efek akibat yang tinggi (parah) pada lawannya, atau untuk mengalahkan keilmuan orang lain (ilmu dilawan dengan ilmu). Bahkan pada sebagian kalangan hasrat mereka atas tingginya keilmuannya itu menjadikan perilaku keilmuan mereka itu menjadi sama dengan tukang santet dan tenung (secara sembunyi-sembunyi dipraktekkan kepada seseorang, ada orang yang dijadikan sasaran ilmunya, atau sembunyi-sembunyi mengetes ilmu orang lain, atau menyerang orang lain yang berilmu).

Dalam praktek adu ilmu, contohnya adalah praktek yang biasa dilakukan dalam penanganan pengobatan santet/teluh dan pembersihan gaib. Biasanya suatu ilmu gaib dilawan dengan ilmu gaib lain yang setanding atau yang lebih tinggi. Ilmu pelet dilawan dengan ilmu penangkal pelet yang lebih tinggi. Ilmu teluh dilawan dengan ilmu penangkal teluh yang lebih tinggi. Amalan dilawan dengan amalan. Mantra dilawan dengan mantra. Ajian dilawan dengan ajian. Metode ini mengharuskan orang mengkoleksi banyak ilmu yang tinggi-tinggi dan berguru kepada banyak guru.

  • Bagaimana kalau tidak punya ilmu penangkal yang lebih tinggi ?  
  • Kemana lagi harus berguru ?
  • Sampai kapan harus terus berguru ?
  • Bagaimana kalau kemudian ilmu orang yang dilawannya itu berbalik menyerang dirinya ?

Akan lebih baik jika metodenya diganti. Ilmu tidak dilawan dengan ilmu. Ajian tidak dilawan dengan ajian. Mantra tidak dilawan dengan mantra. Metodenya diganti menjadi melawannya dengan kekuatan gaib atau khodam yang lebih tinggi. Dengan cara ini kita membersihkan ilmu lawan dengan kekuatan gaib/khodam yang lebih tinggi. Tidak peduli seberapa tinggi ilmu lawan, atau sekalipun ilmunya berlapis-lapis, bisa disapu bersih oleh satu kekuatan gaib/khodam yang lebih tinggi.

Dengan cara ini kita tidak membutuhkan banyak amalan, mantra dan ajian, tidak perlu berguru kepada banyak guru. Yang kita butuhkan hanyalah satu amalan ilmu dan satu kekuatan gaib/khodam yang lebih tinggi untuk menyapu bersih ilmu lawan. Dan kekuatan gaib/khodam itu bisa melindungi kita sehingga tidak diserang balik oleh ilmu lawan. Khodam itu juga bisa kita gunakan untuk banyak keperluan ilmu. Hanya diperlukan tambahan usaha untuk mendapatkan kekuatan gaib/khodam yang lebih kuat.

Khodam yang sakti diperlukan terutama untuk dimiliki oleh orang-orang yang sering mengadu ilmu, adu kesaktian gaib, atau yang sering mempertunjukkan keilmuannya, yang sering pamer kesaktian, terutama di hadapan orang-orang awam, bisa ini bisa itu, bisa menundukkan ini bisa menundukkan itu, dsb. Khodam yang sakti diperlukan supaya ilmunya tidak mudah luntur ketika berhadapan atau ketika sedang berada di lingkungan gaib atau di lingkungan orang-orang berkhodam. Khodam yang sakti juga diperlukan untuk ilmu atau amalan gaib yang berfungsi untuk penjagaan gaib atau untuk pengobatan dan untuk mengusir roh-roh halus yang mengganggu (pembersihan gaib), karena khodamnya itu harus berhadapan dengan mahluk halus lain.

Perlu diperhatikan, ada orang-orang tertentu yang bukan hanya memiliki ilmu berkhodam, tapi juga menguasai ilmu perkhodaman. Bagi mereka mudah saja melunturkan atau menghapuskan keilmuan seseorang dengan mengirimkan khodam yang lebih kuat atau memerintahkan khodam seseorang untuk pergi menghilang, atau membalik ilmu seseorang menjadi menyerang dirinya sendiri. Jadi dalam kasus ini bukan lagi adu ilmu dan khodam, tapi adalah adu ilmu memainkan khodam. Tapi untungnya, mereka biasanya memiliki kearifan yang tinggi, tidak mudah terpancing untuk pamer ilmu atau mengganggu/menghilangkan ilmu orang lain.

Jadi bagi yang hanya bisa mengamalkan ilmu, atau khodamnya kurang kuat, maka ketika ada orang lain yang bukan bermaksud adu ilmu, tapi menyerang khodamnya, atau mempermainkan khodamnya, maka ilmunya yang tinggi akan kalah sehingga ilmunya itu tidak lagi mempunyai kekuatan gaib (apalagi bila orang itu hanya bisa memainkan ilmu saja, tapi tidak bisa memainkan khodamnya, malah bisa-bisa ilmunya itu berbalik menyerang dirinya sendiri).

Misalnya saja ada orang yang memiliki ilmu gaib/khodam untuk kekebalan, maka ketika kegaiban/khodam- nya itu diserang dan kalah, maka ilmu kebalnya akan hilang. Jadi bukan ilmu kebalnya yang diserang dengan ilmu pukulan yang lebih kuat, tetapi kegaiban ilmunya yang dihilangkan. Begitu juga orang yang mempunyai ilmu khodam kesaktian pukulan. Ketika khodamnya itu dikalahkan atau bisa diperintahkan untuk pergi, maka kekuatan kesaktian pukulan orang itu akan hilang, menjadi pukulan biasa yang hanya mengandalkan kekuatan fisik saja. Begitu juga bila kekuatan tenaga dalam seseorang dihilangkan, maka orang itu akan kehilangan tenaga dalamnya, menjadi seperti orang yang belum pernah belajar ilmu tenaga dalam. Atau khodam seseorang untuk pengasihan dan kerejekian (yang biasanya kekuatannya lemah), jika bisa ditundukkan, maka khodam itu bisa diperintahkan untuk pergi, atau bisa juga dibalik fungsinya, yang semula untuk pengasihan dan kerejekian, dibalik menjadi menutup jalan kerejekian dan membuat orangnya dijauhi dan dibenci oleh orang lain.

Itulah juga sebabnya seringkali dalam pertunjukkan debus atau sulap, dsb, kerap kali pemimpinnya berkata kepada para penonton supaya tidak mengganggu, karena mereka tidak bermaksud pamer atau unjuk kesaktian, tapi hanya sekedar menyajikan atraksi hiburan. Walaupun mungkin mereka juga memiliki kemampuan untuk melawan gangguan gaib, tetapi mereka sengaja merendahkan hati supaya atraksi mereka tidak diganggu.

Orang-orang yang berilmu khodam, kebanyakan khodamnya kelasnya rendah, karena mereka tidak mengenal dan tidak mampu mendatangkan mahluk gaib berkesaktian tinggi. Biasanya juga mereka tidak memperhatikan kekuatan khodamnya, tetapi pada amalan ilmunya saja dan hanya pada keberhasilannya mempraktekkan ilmunya. Selain itu juga jarang ada orang yang mampu mengukur kesaktian mahluk gaib. Tetapi jika mereka mampu mengukur kesaktian mahluk gaib dan mampu mengenal mahluk gaib berkesaktian tinggi, mungkin mereka juga dapat mendatangkannya sebagai khodamnya, seperti Begawan Abiyasa yang khodamnya adalah bangsa jin yang kesaktiannya setingkat buto (1000 kalinya kesaktian Ibu Ratu Kidul).

Ilmu gaib dan ilmu khodam sebaiknya jangan disombongkan di hadapan orang yang menekuni kebatinan dan spiritual. Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga mereka akan menempa dirinya untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan, menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri dengan roh-roh dan kegaiban duniawi. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Mereka yang tidak suka pamer ilmu biasanya tidak memiliki musuh, tidak memancing orang lain untuk bereaksi negatif, malahan mendatangkan rasa hormat orang lain yang datang untuk meminta pertolongan.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


31 January 2024

Kebatinan Pada Jaman Sekarang

Kebatinan Pada Jaman Sekarang

Pada jaman dulu kebatinan yang bersifat kerohanian secara umum tujuannya adalah untuk kebatinan pribadi, merupakan jalan yang ditempuh orang untuk lakunya berketuhanan / berkeagamaan. Jika itu dilakukan di dalam suatu kelompok yang sehaluan, maka kelompok itu akan menjadi sebuah kelompok / paguyuban kebatinan yang pada masa sekarang sering disebut sebagai aliran kebatinan atau aliran kepercayaan, atau pada masa sekarang menjadi aliran dan kelompok di dalam agama yang masing-masing tokohnya mempunyai umat / pengikut. Sedangkan laku kebatinan yang bersifat keilmuan tujuan utamanya adalah untuk mengolah potensi kebatinan manusia (kekuatan sukma) untuk dijadikan sumber kekuatan yang melandasi kesaktian kanuragan maupun kesaktian gaib.

Tetapi pada masa sekarang ini sudah jarang ada orang yang menekuni olah kebatinan, bahkan jarang sekali pada jaman sekarang ini ada orang yang memiliki pemahaman yang benar tentang kebatinan, apalagi yang memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi dan mengajarkan / menularkan keilmuan kebatinannya itu kepada orang lain. Pemahaman tentang kebatinan saja belum tentu benar, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi.

Pada masa sekarang ini lebih banyak orang yang hanya bisa membuat dogma dan pengkultusan saja tentang kebatinan dan elemen-elemen di dalamnya, tetapi tidak mampu menelisik benar-tidaknya, apalagi mengetahui sendiri kesejatiannya, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi yang menjadi syarat dasarnya. Padahal di dunia kebatinan dan spiritual tidak ada banyak pengkultusan, karena mereka harus bisa mengetahui sendiri kebenarannya yang itu adalah bagian dari tujuan dan laku keilmuan mereka.

Karena itu pada masa sekarang banyak sudah terjadi kesalah-pahaman dan pendegradasian dalam citra dan pemikiran orang tentang kebatinan. Sebagian berupa pencitraan pengkultusan yang bersifat melebih-lebihkan, sebagian lagi berupa pencitraan negatif (dan fitnah) yang menjelek-jelekkan kebatinan.

Pada jaman sekarang kebanyakan istilah keilmuan kebatinan disamakan orang dengan ilmu klenik perdukunan, dianggap sama dengan ilmu gaib kejawen, yang identik dengan amalan dan mantra, dan sesaji, dan keris. Dan orang yang sedang ngelmu gaib, atau bertirakat di tempat-tempat angker, atau yang sedang ngalap berkah, dianggap orang itu sedang menjalani laku kebatinan.

Selain itu banyak juga orang yang mempertentangkan kebatinan dengan agama, memandang sempit kebatinan hanya sebagai aliran kebatinan / kepercayaan saja, atau menganggapnya sama dengan paham animisme / dinamisme, dianggap musuh dari agama, yang harus diberantas, karena dianggap bisa merusak keimanan seseorang.

Ada juga pengkultusan orang tentang kebatinan yang mengatakan bahwa jika ingin belajar kebatinan orangnya harus sudah lebih dulu bisa membersihkan hati dan batinnya. Harus sudah sepuh umur dan kepribadiannya. Padahal olah laku dan penghayatan kebatinan itu justru adalah sarana untuk orang membersihkan hati dan batinnya, menjadi sarana untuk membentuk hati, jiwa dan kepribadian yang bijak dan sepuh.

Juga ada yang menganggap bahwa orang-orang yang ilmunya bersifat kebatinan / kejawen maka ilmunya itu baik, apalagi bila orangnya sering menyampaikan petuah-petuah kesepuhan jawa. Padahal belum tentu ilmu orang itu adalah benar kebatinan, mungkin ilmunya yang sebenarnya adalah ilmu gaib kejawen. Adanya petuah-petuah kesepuhan jawa tidak menandakan ilmu yang kebatinan, karena petuah-petuah seperti itu memang sudah umum dijadikan bumbu pelajaran ilmu. Dan belum tentu orang-orang yang sedang bertirakat adalah karena orangnya sedang menjalani laku kebatinan, mungkin saja tujuannya adalah ngelmu gaib.

Ada juga pengkultusan kebatinan dan ilmu kebatinan sebagai sesuatu yang baik dan mulia. Bahkan ada yang mencitrakannya sebagai ilmunya orang-orang mulia jaman dulu, ilmunya para Wali, sufi, aulia, dsb. Padahal sama dengan jenis keilmuan yang lain, tidak semuanya kebatinan dan ilmu-ilmunya bersifat baik, tergantung siapa pelakunya, apa isi lakunya dan apa tujuannya, karena ada juga penghayat kebatinan dan ilmu kebatinan aliran hitam (aliran sesat).

Tidak semua laku kebatinan bersifat baik, karena ada juga laku kebatinan aliran hitam (aliran sesat) yang pada jaman dulu sudah memunculkan orang-orang sakti golongan hitam (golongan jahat). Dan sugesti kebatinannya juga tidak semuanya kepada Tuhan, karena ada juga yang sugestinya adalah kepada sosok-sosok mahluk halus tertentu, atau kepada kekuatan alam seperti gunung, laut, bulan, matahari, dsb (animisme / dinamisme). Olah kebatinan yang seperti itu juga mendatangkan kekuatan bagi para pelakunya, entah pelakunya itu dari golongan yang baik ataupun dari golongan yang jahat.

Begitu juga dengan banyaknya tulisan yang membabarkan kebatinan dan spiritualitas kejawen. Tulisan-tulisan itu kebanyakan adalah sudut pandang orang jaman sekarang tentang kebatinan dan spiritualitas jawa, yang tulisan-tulisan itu sebenarnya hanyalah mengupas kulitnya saja, hanya mengupas petuah-petuah kesepuhan jawa saja, tidak sungguh-sungguh masuk ke dalam kebatinan dan spiritualitas kejawen itu sendiri. Begitu juga dengan budaya dan ritual-ritual masyarakat jawa yang sampai sekarang masih dilakukan orang. Itu pun sudah tidak lagi murni berdasarkan budaya kebatinan jawa yang asli, karena ke dalamnya sudah masuk unsur-unsur agama Islam, sudah menjadi budaya Islam kejawen, bukan asli jawa lagi.

Sekalipun ada juga tulisan-tulisan tentang laku kebatinan jawa yang ditulis oleh orang-orang jawa jaman dulu, tetapi jika penulisnya adalah orang-orang yang dulu hidup pada jaman kerajaan Demak atau sesudahnya, kebanyakan isi tulisannya sifatnya hanya membabarkan petuah-petuah kesepuhan jawa saja, hanya kulitnya saja, tidak benar-benar dalam masuk ke dalam kebatinan jawa itu sendiri, karena mungkin orang-orang itu sendiri tidak benar-benar menekuni kebatinan jawa, karena sudah menganut agama modern.

Tetapi ada juga aliran kebatinan jawa yang masih berkembang dan dijalani orang pada masa sekarang. Ada aliran kebatinan yang masih asli merupakan aliran penghayat ketuhanan jawa, tetapi mungkin tidak semua laku kebatinannya dituliskan dalam bentuk bacaan yang boleh dibaca oleh orang umum. Mereka menjalani dan menghayati, tetapi isi dan laku kebatinan ketuhanan mereka itu mungkin tidak semuanya dituliskan, karena itu bersifat pribadi hanya untuk para penganutnya saja. Sebagian besar isi ajarannya tidak dituliskan, yang dituliskan mungkin hanya panduan laku dan pokok-pokok penghayatannya saja. Jenis aliran kebatinan yang asli penghayat ketuhanan jawa ini jika para penganutnya benar menjadikannya jalan untuk penghayatan ketuhanan, apapun agama mereka yang sebenarnya mereka anut, ketekunannya itu akan menjadikan sukma mereka berkekuatan tinggi dan diri mereka mengandung kegaiban dan orangnya sendiri akan mempunyai penghayatan yang dalam tentang Tuhan sesuai jalan kebatinan jawa.

Ada juga aliran lain kebatinan jawa pada masa sekarang yang di dalamnya sudah diadaptasikan ajaran dari agama-agama modern, sudah tidak lagi seperti aslinya kebatinan jawa yang berupa penghayatan kepercayaan kepada Tuhan di atas sana (Roh Agung Alam Semesta).

Begitu juga dengan maraknya tulisan-tulisan orang tentang ilmu-ilmu kebatinan jawa yang sebenarnya itu adalah ilmu gaib kejawen (dan perdukunan), bukan ilmu kebatinan jawa. Dalam tulisan-tulisan itu banyak orang yang menganggap ilmu kebatinan sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau dianggap sama dengan ilmu perdukunan. Tetapi yang sebenarnya ilmu kebatinan sebenarnya sama sekali tidak bisa disamakan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, apalagi perdukunan, karena sifat keilmuannya berbeda, karena ilmu-ilmu itu tidak seperti ilmu kebatinan yang mengolah potensi kekuatan kebatinan dan kegaiban sukma manusia.

Yang sekarang masih banyak dijalani dan dipraktekkan orang, yang sering dikatakan sebagai ilmu kebatinan seperti ilmu kejawen atau ilmu Islam kejawen, kebanyakan proporsinya sebagai ilmu kebatinan sangat kecil, mungkin 10%-nya saja tidak sampai. Sekalipun dalam ilmu-ilmu tersebut di dalamnya ada banyak bentuk laku keilmuan yang mirip, seperti adanya amalan gaib, puasa dan tirakat, dsb, ilmu-ilmu itu sebenarnya lebih banyak bersifat sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam, bukan kebatinan. Mengenai pengertian ilmu gaib dan ilmu khodam untuk bisa lebih jelas kita membedakannya dengan keilmuan kebatinan tentang itu Penulis sudah menuliskannya dalam halaman tersendiri berjudul Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam.

Begitu juga dengan banyaknya laku yang dilakukan orang di tempat-tempat yang wingit dan angker. Walaupun itu sering dikatakan orang sebagai laku kebatinan, tetapi sebenarnya itu lebih banyak arahnya pada usaha "ngelmu gaib", yaitu usaha untuk mendapatkan suatu ilmu gaib / khodam atau ilmu kesaktian berkhodam, atau itu adalah suatu bentuk laku dalam rangka orang "ngalap berkah", bukan kebatinan.

Bagi para pembaca yang interest dengan cerita-cerita, tokoh-tokoh dan ajaran-ajaran kebatinan / spiritual bisa sendiri membaca-baca tulisan-tulisan yang terkait dengan itu di internet ataupun lewat buku-buku bacaan atau mengikuti cerita dan filosofi dalam pewayangan. Penulis tidak secara khusus menuliskan tentang itu, karena itu nantinya secara dangkal akan dikonotasikan sama dengan ajaran / aliran kebatinan, apalagi kalau ada yang sengaja mempertentangkannya dengan agama.

Untuk kita mengetahui sikap penghayatan kebatinan kejawen dalam berketuhanan yang dalam dunia kebatinan jawa disebut olah roso untuk manunggaling kawula lan Gusti, yang menjadi jalan penghayatan kebatinan ketuhanan mereka, apapun agama yang mereka anut, sehingga ibadah mereka benar-benar sangat dalam menghayati kedekatan mereka dengan Tuhan, silakan dibaca di tulisan berjudul Kebatinan dalam Keagamaan.

Jika para pembaca berminat dengan laku kebatinan ketuhanan yang sudah disesuaikan dengan kehidupan jaman sekarang, apapun agama anda, Penulis mengharapkan para pembaca menjalani apa yang sudah Penulis tuliskan dalam halaman berjudul  Kebatinan dalam Keagamaan.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Kebatinan dan Kesaktian

Kebatinan dan Kesaktian

Umumnya kelompok-kelompok kebatinan dalam bentuk aliran-aliran kebatinan atau aliran kepercayaan tidak secara langsung mengajarkan kesaktian, biasanya hanya murni mengajarkan penghayatan ketuhanan saja, tetapi kekuatan dan kegaiban sukma mereka yang berasal dari penghayatan ketuhanan itu dapat juga dipergunakan untuk keilmuan gaib dan kesaktian. Karena itu di dalam aliran-aliran kebatinan, selain diajarkan penghayatan keTuhanan, juga diajarkan hal-hal yang bersifat keilmuan, sebagiannya berupa amalan-amalan untuk mengsugesti / menggerakkan kegaiban sukma untuk menciptakan kejadian-kejadian gaib seperti dalam keilmuan gaib dan khodam. Dalam hal ini sumber kekuatannya adalah kekuatan sukma mereka sendiri. Seandainya pun mereka memiliki khodam pendamping atau khodam ilmu, keberadaannya hanya sebagai penambah kegaiban ilmunya saja, kegaiban yang utama tetap berasal dari kekuatan kebatinannya sendiri.

Sebagian besar aliran kebatinan tidak mengajarkan hal-hal yang langsung bersifat mengagungkan kesaktian. Yang diajarkan biasanya hanyalah kemampuan-kemampuan tertentu saja sebagai bekal ilmu dalam kehidupan sehari-hari, seperti ilmu pengobatan (pengobatan sakit fisik maupun gangguan gaib), ilmu menangkal dan menaklukkan serangan gaib, membuat perisai pagaran gaib dari berbagai macam bentuk serangan, dan membentuk karisma kesepuhan dan perbawa kebatinan untuk menaklukkan sifat-sifat dan perilaku jahat manusia (menundukkan kejahatan dengan wibawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati).  Dengan demikian, selain mereka memiliki kegaiban yang murni berasal dari penghayatan keselarasan sukmanya dengan keillahian Tuhan, mereka juga memiliki kemampuan lain sebagai bekal menjadi seorang yang linuwih dan waskita.

Di sisi lain, ada juga pelajaran kebatinan untuk orang-orang yang bergerak di dunia kesaktian / persilatan. Dalam hal ini perkumpulan mereka bukanlah aliran kebatinan yang mengajarkan ilmu-ilmu kesaktian, tetapi adalah perguruan kanuragan yang berlatar belakang kebatinan.

Di India dan di Cina kebanyakan para pelaku keilmuan kesaktian bermula dari pelajaran olah gerak dan tenaga dalam (chi, prana, kundalini). Ketika keilmuannya sudah mencapai tingkatan yang tinggi barulah mereka mendalami olah kebatinan sebagai kekuatan yang melipat-gandakan kekuatan keilmuan kesaktian mereka. Ketika sudah sampai pada tingkatan itu mereka akan banyak melakukan semadi, meditasi, bahkan tapa brata. Contoh yang terkenal adalah perguruan silat Shaolin.

Sebelum berkembangnya agama Islam, di Jawa juga banyak perguruan silat seperti itu. Selain mengajarkan hal-hal yang bersifat kesaktian, mereka juga mengajarkan hal-hal yang bersifat kebatinan kerohanian untuk  membentuk kepribadian yang berbudi pekerti dan berwatak ksatria. Cerita awal terbentuknya perguruan-perguruan itu juga mirip dengan perguruan Shaolin di atas. Tetapi umumnya ilmu kesaktian di Jawa itu sejak awal pelajarannya maupun sesudah mereka mencapai tataran keilmuan yang tinggi olah kebatinan menjadi sesuatu yang utama sebagai pengganda kekuatan kesaktian, bukan tenaga dalam (tenaga dalam tidak secara khusus dipelajari), yang laku kebatinan itu sekaligus juga menjadi jalan keagamaan manusia saat itu, sehingga laku tirakat, semadi, meditasi, bahkan tapa brata menjadi sesuatu yang biasa dijalani orang sejak masa mudanya.

Perguruan-perguruan itu mengajarkan keilmuan persilatan dan keilmuan gaib, didasari dengan ajaran kebatinan. Adanya unsur olah batin menyebabkan kekuatan batin dan sukma mereka menjadi tinggi, yang juga berguna untuk menjadi unsur kegaiban yang melipatgandakan kekuatan fisik kanuragan dan tenaga dalam. Dalam hal ini selain mereka menguasai kesaktian kanuragan, diri mereka sendiri juga mengandung kegaiban dari kebatinan yang menjadikan kekuatan gaib dan kanuragan mereka menjadi tinggi, yang jelas berbeda dengan orang-orang yang hanya mempelajari olah kanuragan saja, tenaga dalam atau ilmu gaib saja.

Perguruan-perguruan tersebut di Jawa biasanya bermula dari adanya seorang Panembahan / Resi / Begawan yang membangun sebuah padepokan kecil. Karena seorang Panembahan adalah juga seorang spiritualis agama, maka kemudian banyak orang yang datang untuk mengabdi, belajar agama, ngenger menjadi cantrik-cantrik yang melayani keperluan sang Panembahan sehari-hari. 

Seiring berjalannya waktu yang datang belajar di padepokan itu bukan hanya rakyat biasa, tetapi juga para ksatria dunia persilatan, prajurit, senopati dan pejabat-pejabat kerajaan. Ketika tidak sedang bertugas mereka menyempatkan diri untuk tinggal di padepokan dan belajar agama (agama pada waktu itu). Mulailah disitu ada yang belajar dan ada yang mengajarkan ilmu beladiri dan keprajuritan. Sang Panembahan sendiri biasanya hanya mengajarkan penghayatan kebatinan keagamaan saja, tetapi kepada murid-murid yang sudah senior Panembahan itu juga membentuk watak ksatria dan membimbing keilmuan kanuragan mereka sehingga kesaktian mereka menjadi drastis meningkat tajam. Dengan demikian selain pelajaran penghayatan kebatinan keagamaan, para murid juga mendapatkan bimbingan dalam olah kanuragan dan keilmuan batin sebagai landasan keilmuan kanuragan mereka, membentuk mereka menjadi seorang ksatria. Laku prihatin dan puasa / tirakat, semadi dan tapa brata akan mengisi laku olah batin dan olah kanuragan mereka.

Dalam hal keilmuan kesaktian, di tanah Jawa, termasuk Jawa Barat, sebelum berkembangnya agama Islam, secara umum sifat kesaktian kanuragan manusianya mengedepankan olah gerak (pencak silat) yang dilambari dengan kekuatan kebatinan. Secara umum penekanan penggunaan kekuatan tenaga dalam sangat minim, tenaga dalam bersifat intrinsik menyatu dengan kekuatan kanuragan, tidak secara khusus dipelajari, mungkin malah sama sekali tidak ada pelajaran dan pengetahuan khusus tentang itu, karena kekuatan yang mendasari kesaktian dominan berasal dari olah kebatinan.

Sebelum berkembangnya agama Islam, di Jawa banyak perguruan silat yang mendasarkan pengajaran kesaktian dengan lambaran keilmuan kebatinan. Selain mengajarkan kesaktian, mereka juga mengajarkan kebatinan kerohanian untuk membentuk kepribadian yang berbudi pekerti dan berwatak ksatria. Umumnya dalam keilmuan kesaktian di Jawa sejak awal pelajarannya maupun sesudah mereka mencapai tataran keilmuan yang tinggi olah kebatinan menjadi sesuatu yang utama sebagai pengganda kekuatan kesaktian, bukan tenaga dalam (tenaga dalam tidak secara khusus dipelajari), yang laku kebatinan itu sekaligus juga menjadi jalan keagamaan manusia saat itu, sehingga laku tirakat, semadi, meditasi, bahkan tapa brata menjadi sesuatu yang biasa dijalani orang.

Perguruan-perguruan itu mengajarkan keilmuan persilatan dan keilmuan gaib, didasarkan pada ajaran kebatinan kerohanian. Adanya unsur olah batin menyebabkan kekuatan batin dan sukma mereka menjadi tinggi, yang juga menjadi unsur kegaiban yang melipatgandakan kekuatan kanuragan. Dalam hal ini selain mereka menguasai kesaktian kanuragan, diri mereka sendiri juga mengandung kegaiban dari kebatinan yang menjadikan kekuatan gaib dan kanuragan mereka menjadi tinggi, yang jelas berbeda dengan orang-orang yang hanya mempelajari olah kanuragan saja, tenaga dalam atau ilmu gaib saja.

Olah kebatinan adalah sesuatu yang utama yang mendasari kekuatan kesaktian di Jawa, termasuk Jawa Barat, sejak awal mereka belajar ilmu kesaktian / kanuragan maupun sesudah mereka mencapai tataran keilmuan yang tinggi, bukan tenaga dalam, yang laku kebatinan itu sekaligus juga menjadi jalan keagamaan manusia saat itu, sehingga laku berprihatin, tirakat, semadi, meditasi, bahkan tapa brata menjadi sesuatu yang biasa dijalani orang sejak masih muda. Ilmu gaib dan khodam dan aji-aji kesaktian umumnya berasal dari olah kebatinan, bukan dari mantra-mantra ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu gaib kejawen) atau perdukunan yang umumnya ilmu-ilmu itu saat itu hanya berkembang di kalangan bawah saja dan orang melakukannya dengan bersembunyi, tidak ditampakkan di hadapan orang-orang berilmu kebatinan.

Tokoh-tokoh dunia persilatan pada masa itu umumnya adalah tokoh-tokoh kebatinan, baik yang dari golongan putih maupun golongan hitam (golongan yang baik maupun yang jahat). Mereka juga mengenal mahluk halus tingkat tinggi untuk dijadikan khodam ilmu mereka, dan mampu menyatukan kegaiban pusaka-pusaka mereka (keris) dengan kesaktian mereka (baca juga : Keris dan Kesaktian).

Olah kebatinan menjadikan kekuatan sukma manusia jawa jauh lebih tinggi daripada manusia lain di manapun di dunia, dan sudah juga menjadikan kesaktian kanuragan mereka menjadi tinggi, sehingga orang-orang dari tanah Mongol dan Cina yang terkenal sekali dengan ilmu kesaktian kanuragannya pun sulit sekali untuk bisa menaklukkan Jawa dengan kesaktian mereka.

Daerah India dan sekitarnya sampai sekarang tetap merupakan daerah dengan budaya kebatinan dan spiritual nomor 1 tertinggi di dunia. Tetapi itu adalah budaya , yang masyarakatnya disana sangat kental kehidupannya dengan kebatinan dan spiritual berdimensi tinggi dan mengenal juga mahluk-mahluk halus berdimensi gaib tinggi seperti dewa dan buto dan wahyu-wahyu dewa, yang laku kebatinan dan spiritual itu adalah juga jalan keagamaan mereka.

Tetapi di seluruh dunia olah laku dan pencapaian kebatinan tertinggi per individu dicapai oleh orang-orang jawa, baik kebatinan kanuragan maupun kebatinan ketuhanan. Begitu juga dengan pencapaian kekuatan sukma di alam gaib, kekuatan sukma orang-orang jawa itu adalah yang tertinggi di dunia. Sekalipun seringkali dikatakan bahwa kebatinan dan keagamaan manusia jawa itu banyak dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu (pengenalan dewa-dewa dan wahyu dewa) dan Budha, tetapi pencapaian per individu orang-orang Jawa itu jauh melebihi orang-orang Hindu dan Budha dimanapun di dunia.

Pada jaman dulu kehidupan manusia kental berhubungan dengan kesaktian. Pada tingkat kesaktian yang tinggi orang tidak hanya melatih keilmuannya dengan olah kanuragan dan tenaga dalam, tetapi juga dengan laku kebatinan. Laku prihatin, berpuasa bahkan tapa brata akan mengisi lakunya. Karena itu orang-orang jaman dulu yang sangat dalam menekuni olah kebatinan biasanya adalah juga orang-orang yang berilmu kesaktian tinggi, yang sudah melewati masa-masa pelatihan olah kanuragan dan tenaga dalam. Bahkan banyak kemudian yang pada masa tuanya mengaso meninggalkan keduniawiannya, mandito, dan menepi, menjadi seorang pertapa, panembahan atau begawan, untuk lebih menekuni kerohanian / kebatinan dan spiritual ketuhanan.

Pada jaman dulu seseorang yang menekuni dan mendalami kebatinan biasanya akan memiliki kegaiban dan kekuatan batin yang tinggi, yang berasal dari keyakinan batin dan keselarasan dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan. Mereka membebaskan diri dari belenggu keduniawian, sehingga berpuasa dan hidup prihatin tidak makan dan minum selama berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka, dan melepaskan keterikatan roh mereka dari tubuh biologis mereka, kemampuan melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dulu mengalami kematian.

Orang-orang yang menekuni ilmu kebatinan dan spiritual, terutama keilmuan yang berasal dari kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan kekuatan dari gaib lain (khodam), sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dan kemampuan sendiri, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang.

Karena itu seringkali kesaktian dari orang-orang yang benar menekuni olah kebatinan dan spiritual kekuatan sukmanya akan jauh lebih tinggi dibandingkan yang menekuni ilmu gaib dan khodam. Contohnya seperti para Pandawa, selama hidupnya di dunia ataupun sukmanya sekarang di alam roh, yang kesaktiannya lebih tinggi daripada bangsa buto. Atau Budha Gautama yang kesaktiannya berada jauh sekali di atas para Pandawa. Atau dari tanah jawa, ada Prabu Airlangga yang kesaktiannya melebihi buto. Atau Ki Ageng Pengging yang ternyata jauh lebih sakti daripada para Pandawa. Atau juga Resi Mayangkara yang bahkan berhasil meningkatkan kesaktian Dewa Hanoman menjadi dua kali lipat daripada sebelumnya. Selain itu masih ada banyak orang yang kesaktiannya tinggi, tetapi sayangnya mereka tidak dikenal umum.

Sifat kekuatan yang mendasari kesaktian tingkat tinggi manusia jaman dulu, baik keilmuan aliran putih maupun aliran hitam (golongan yang baik dan yang jahat), adalah dominan dari kebatinan, bukan semata-mata berasal dari kanuragan dan tenaga dalam saja atau ilmu gaib dan khodam saja. Contoh-contoh di atas adalah contoh tokoh-tokoh pelaku kebatinan yang dianggap berwatak baik, tetapi selain mereka, ada banyak tokoh-tokoh kebatinan yang berwatak jahat, yang dulunya hidup sebagai tokoh-tokoh kebatinan dan tokoh-tokoh persilatan golongan hitam (golongan jahat).

Dengan demikian kita menjadi paham bahwa tidak semua pelaku kebatinan adalah tokoh-tokoh manusia yang baik, dan tidak semua laku kebatinan bertujuan baik, karena ada juga laku kebatinan dari aliran hitam, dan laku kebatinan itu adalah jalan yang mereka tempuh dalam ambisi mereka mendapatkan kekuatan, kesaktian dan kekuasaan. Dengan demikian harus kita sadari bahwa ada banyak sosok-sosok jahat manusia yang sekarang sukmanya di alam gaib berkesaktian tinggi, hanya saja sosok-sosok sakti dari jenis sukma manusia secara umum lebih jarang diketahui interaksinya. Yang paling sering diketahui interaksinya dengan manusia adalah yang dari jenis bangsa jin atau mahluk halus lainnya yang umum.

Setelah berkembangnya agama Islam, di tanah Jawa, orang sudah mulai beralih memeluk agama Islam dan meninggalkan jalan ketuhanan sebelumnya yang berupa penghayatan kebatinan. Olah laku kebatinan yang untuk kesaktian juga sudah mulai ditinggalkan, digantikan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam. Ada yang masih menekuni pencak silat yang sama dengan ajaran lama aslinya, biasanya menjadi ilmu keluarga yang diajarkan turun-temurun, tetapi olah lakunya sudah tidak sama lagi dengan aslinya dulu. Ada juga pada masa sekarang orang mengkombinasikan tenaga dalam dengan amalan gaib, tetapi banyak kejadian sekalipun mempelajari tenaga dalam, kebanyakan tenaga dalam orangnya tidak seberapa, yang lebih kuat adalah sugesti amalan gaibnya.

Pada jaman ini manusia sudah tidak lagi memiliki kekuatan sukma yang tinggi, lebih banyak mengandalkan khodam yang untuk kesaktian. Mereka juga sudah tidak mampu lagi mengenal mahluk halus berkesaktian tinggi dan berdimensi tinggi, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi, sehingga pengetahuan tentang mahluk halus dan kegaiban berdimensi tinggi lebih banyak hanya berupa dongeng, dogma dan pengkultusan saja. Kegaiban pusaka juga sudah tidak lagi menyatu dengan kesaktian. Kekuatan gaib pusaka lebih banyak digunakan untuk keperluan ilmu gaib dan perdukunan. Kegaiban pusaka sebagai pengganda kesaktian sudah banyak digantikan dengan susuk dan jimat untuk kekuatan dan kekebalan.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Kebatinan Ketuhanan di Jawa

Kebatinan Ketuhanan di Jawa

Berdasarkan jalannya sejarah, budaya kebatinan ketuhanan jawa terbagi dalam 2 periode jaman, yaitu jaman sebelum berkembangnya agama Islam, dan jaman sesudah berkembangnya agama Islam.

Sebelum berkembangnya agama Islam orang jawa mengikuti ajaran kebatinan jawa dalam laku berketuhanan. Jalan keagamaannya mengikuti ajaran ketuhanan kejawen. Sekalipun berkembang juga agama Hindu dan Budha, dan orang jawa menganut juga agama itu, tetapi orang jawa tetap mempunyai pengertian sendiri tentang ketuhanan dan kejawaan, sehingga sekalipun agama Hindu dan Budha dianut juga oleh orang Jawa, tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Jawa tidak sama dengan aslinya di negara asalnya. Kebanyakan agama-agama itu sifatnya hanya melengkapi khasanah kebatinan ketuhanan mereka saja, diposisikan sama seperti baju, "isinya" tetap jawa. Tokoh-tokoh kebatinan Jawa, walaupun awalnya laku ketuhanan mereka beranjak dari kombinasi agama Jawa, Hindu dan Budha, tetapi sesudah sampai pada pencapaian yang tinggi mereka justru hanya menekuni agama / penghayatan ketuhanan Jawa saja, karena hanya jalan ketuhanan itu sajalah yang bisa digali lebih dalam menuju ketuhanan, jauh melebihi potensi yang ada dalam agama apapun yang ada di Jawa saat itu.

Kebatinan Jawa pada dasarnya adalah pemahaman dan laku penghayatan kepercayaan manusia Jawa terhadap Tuhan jauh sebelum hadirnya agama Hindu-Budha dan Islam di pulau Jawa, yang kemudian diajarkan turun-temurun menjadi tradisi dan warisan budaya leluhur yang sekarang umum disebut kebatinan kejawen. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama. Agama yang dianut bisa apa saja, tetapi masyarakat Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Agama Hindu dan Budha yang lebih dulu masuk ke Jawa telah diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan mewarnai sikap kebatinan Jawa, karena memiliki banyak kesamaan dengan spiritualisme Jawa.

Kebatinan ketuhanan jawa (Kejawen) pada dasarnya adalah sebuah laku penghayatan kepercayaan ketuhanan, bukan agama, dan kepercayaan ketuhanan kejawen itu tidak membutuhkan kitab suci, karena pendekatan mereka kepada Tuhan dilakukan secara langsung dan pribadi, dengan rasa , dengan batin,  Dan pengertian umum Manunggaling Kawula Lan Gusti dalam konsep kejawen adalah hubungan manusia dengan Tuhannya secara langsung dan pribadi, melalui olah rasa dan olah batin manusia berusaha mengenal Tuhan secara langsung dan menyatu denganNya. Ketuhanan kejawen itu tidak mendasarkan diri pada ajaran sebuah kitab suci dan tidak melalui nabi-nabi seperti halnya agama modern, tetapi dengan rasa dan batin mereka berusaha mendekatkan diri dan berusaha secara langsung mengenal Tuhan. Itulah yang disebut agama Kaweruh , yang orang-orangnya berusaha mengerti dan mengenal Tuhan secara langsung sehingga orang memiliki pemahaman yang dalam tentang agamanya dan tentang Tuhan sesembahannya. Agama yang mereka anut bisa apa saja, tetapi orang Jawa mempunyai penghayatan sendiri tentang Tuhan. Melalui olah rasa dan olah batin manusia Jawa berusaha secara langsung mengenal Tuhan dan menyatu denganNya, tidak melalui nabi-nabi seperti halnya agama-agama modern.

Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara agama modern dengan ketuhanan kejawen. Penganut agama modern menggunakan ajaran-ajaran dalam kitab sucinya sebagai sumber pengetahuan mereka tentang Tuhan dan menjadi acuan peribadatan mereka. Semua keharusan dan larangan di dalam kitab suci harus dipatuhi, menjadi dasar peribadatan yang tidak boleh dilanggar. Pengenalan dan pengetahuan tentang Tuhan umumnya hanyalah sebatas apa yang sudah tertulis saja dalam kitab suci dan yang diajarkan dalam agama mereka, tidak lebih, dan tidak boleh lebih, apalagi menyimpang dari itu, yang kemudian malah memunculkan banyak pencitraan, dogma dan doktrin dan pengkultusan tentang Tuhan, tentang pahala dan dosa, tentang surga dan neraka, sehingga menjadi umum bahwa kemudian mereka akan meninggikan agama dan kitab suci mereka, bahkan mempertuhankannya, lebih daripada mereka mempertuhankan Tuhan. Sedangkan penghayat ketuhanan kejawen berusaha mengenal Tuhan secara langsung dan menyelaraskan kehidupan mereka sesuai penghayatan ketuhanan mereka masing-masing sebagai jalan mereka menuju Manunggaling Kawula Lan Gusti.

Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan orang-orang jawa itu sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sejatinya sifat-sifat dan jati diri manusia. Puncak-puncak kebatinan tersebut diwujudkan dalam nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.

Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kepercayaan kebatinan di Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri yang walaupun "isi" ajarannya serupa dan sejalan, tetapi menggunakan nama-nama ajaran yang berbeda-beda. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di daerah India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.

Jika para penganutnya benar menekuni penghayatannya, ketekunannya itu akan membangkitkan kekuatan sukma yang tinggi dan dapat mendatangkan kuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan mukjizat tanpa perlu amalan / mantra dan khodam, walaupun para pengikut dan para penganutnya itu hanya orang awam biasa saja.

Setelah berkembangnya agama Islam orang jawa mulai meninggalkan ajaran ketuhanan jawa untuk digantikan dengan ajaran dan peribadatan Islam. Orang-orang memasukkan unsur Islam ke dalam ajaran jawa, menjadi ajaran Islam jawa, yang seringkali ajarannya malah menjadi dangkal, tidak dalam, tidak mengakar pada filosofi jawa yang asli, juga tidak mengakar pada filosofi Islam yang asli. Akibatnya, pada masa ini orang sudah tidak lagi memiliki pemahaman yang benar dan dalam tentang budaya dan filosofi jawa, sudah tidak lagi murni dan asli seperti yang seharusnya.

Tatalaku dan ritual dalam budaya jawa juga sudah banyak dimasukkan unsur Islam, menjadi budaya Islam kejawen. Puasa wetonan, syukuran / selametan, ruwatan, bersih desa, sedekah bumi, sekatenan, dsb, sudah bernuansa Islam. Tradisi jawa itu yang masih dilestarikan orang hingga jaman sekarang sudah tidak murni jawa lagi, tapi sudah menjadi budaya Islam jawa. Tetapi ketidakmurnian itu seringkali justru memunculkan sikap sinis di kalangan agama Islam sendiri yang menganggap orang-orang Islam jawa itu tidak murni menjalankan agama Islam. Tatalaku dan ritual budaya jawa itu dianggap merusak keimanan Islam. Padahal orang-orang jawa itu hanya bermaksud menjalankan tradisi jawa saja, bukan tradisi Islam, kebetulan saja orang-orang jawa itu beragama Islam.

Mulai jaman itu sudah jauh berkurang orang yang menekuni olah kebatinan, bahkan orang tidak lagi memiliki pemahaman yang benar tentang kebatinan, apalagi yang memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi dan mengajarkan / menularkan keilmuan kebatinannya itu kepada orang lain. Pemahaman tentang kebatinan saja belum tentu benar, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi.

Dan sampai sekarang ini lebih banyak orang yang hanya bisa membuat dogma dan pengkultusan saja tentang kebatinan dan elemen-elemen di dalamnya, tetapi tidak mampu menelisik benar-tidaknya, apalagi mengetahui sendiri kesejatiannya, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi yang menjadi syarat dasarnya. Padahal di dunia kebatinan dan spiritual tidak ada banyak pengkultusan. Orang harus bisa mengetahui sendiri kebenarannya yang itu adalah bagian dari tujuan dan laku keilmuan mereka, bukannya malah mengkultuskannya.

Pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer dan konsep-konsep kebatinan lain seperti Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sangkan Paraning Dumadi, Sukma Sejati, Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya dan akhirnya berkembang menjadi ajaran kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan / kerohanian kejawen.

Pemahaman dan pengetahuan tentang roh sedulur papat memang adalah pengetahuan gaib yang berdimensi tinggi yang sampai sekarang tidak sembarang orang mampu melihatnya, mengetahui, apalagi mengembangkan keilmuannya, walaupun mereka sudah bertahun-tahun menjadi praktisi supranatural, sampai-sampai ada orang yang kurang mengerti tentang Sedulur Papat kemudian memberikan pandangan-pandangan lain yang keliru, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api, dsb  dalam diri manusia. Atau dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan dari ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum oleh masyarakat Jawa, arti sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia atau disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia (juga untuk kepentingan penyebaran agama Islam, arti kata pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan dibelokkan artinya menjadi kalimah syahadat (Wikipedia)).

Tetapi arti dan makna roh pancer dan sedulur papat dalam konsep pandangan lain tersebut sama sekali berbeda arti dan maknanya dengan konsep kejawen di masyarakat bila dihubungkan dengan laku prihatin dan tirakat, wetonan, dsb. Apalagi bila diterapkan dalam keilmuan kebatinan kanuragan jawa, arti dan makna roh pancer dan sedulur papat dalam pandangan lain tersebut sama sekali tidak berguna. Dengan demikian menjadi jelas bahwa konsep-konsep kejawen itu sama sekali tidak dapat disamakan atau digantikan dengan konsep-konsep keliru pandangan lain tersebut.

Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan saja bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang tidak dapat disamakan atau digantikan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain tersebut.

Di dunia kebatinan jawa istilah roh sedulur papat lan kalima pancer  selalu disebutkan, karena pengetahuan dan pengertian tentang itu sifatnya sangat mendasar, melandasi kekuatan batin dan sukma manusia, yang bila diyakini, dihayati dan diolah dengan mendalam akan memunculkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang berasal dari dalam diri manusia sendiri, yang adalah potensi dari kekuatan kebatinan dan kegaiban sukma manusia, yang diolah melalui ketekunan kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk ucapan-ucapan yang dilandasi kekuatan dan keyakinan batin akan terjadi, maka itu akan benar terjadi, saking kersaning Allah. Orang-orang yang sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur / idu geni).

Walaupun pada masa sekarang pemahaman tentang sedulur papat sudah menyebar ke banyak tempat dan daerah dan masyarakat di banyak daerah sudah mempunyai nama dan penyebutan sendiri-sendiri tentang sedulur papat, tetapi sejak awalnya dulu di seluruh dunia pemahaman dan pengetahuan tentang sedulur papat adalah hasil temuan olah laku kebatinan / spiritual orang-orang jawa. Bahkan di tanah India, Cina dan Tibet, daerah-daerah yang terkenal berbudaya spiritual tinggi pun tidak ada pengenalan tentang sedulur papat. Dan walaupun ada banyak bentuk keilmuan yang mirip, tetapi keilmuan yang asli didasarkan pada pendayagunaan sedulur papat hanya ada di jawa.

Walaupun pada masa sekarang pemahaman yang dalam dan keilmuan yang terkait dengan sedulur papat sudah banyak berkurang sesudah berkembangnya agama modern, dan pemahaman tentang sedulur papat yang sampai sekarang masih dilestarikan orang hanyalah berdasarkan tradisi saja, tetapi sejak awalnya dulu di seluruh dunia hanya manusia jawa saja yang memiliki pemahaman yang dalam tentang sedulur papat. Walaupun orang di tempat-tempat lain sudah tahu dan punya penyebutan sendiri-sendiri tentang sedulur papat, tetapi budaya kebatinan dan spiritual yang terkait dengan sedulur papat tidak mengakar dalam kehidupan masyarakatnya, karena pengetahuan tentang sedulur papat memang bukan berasal dari sana, mereka hanya sekedar tahu saja (mendengar).

Begitu juga dengan istilah kebatinan ajaran Manunggaling Kawula Lan Gusti, ajaran penghayatan penyatuan dan keselarasan manusia dengan Tuhan. Itu adalah istilah di dalam kepercayaan kebatinan jawa dan menjadi tujuan dalam olah laku penghayatan kepercayaan kejawen. Tetapi istilah itu menjadi populer setelah digunakan oleh Syech Siti Jenar dalam ajaran kebatinan Islam jawa, karena saat itu bertentangan dengan pendapat Sunan Kudus dan para Wali lain yang menganggap bahwa ajaran itu bukan murni ajaran Islam. Dalam hal ini Syech Siti Jenar sebagai seorang pemuka agama Islam dianggap telah mengajarkan ajaran yang bukan asli ajaran Islam, menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan dianggap sesat.

Syech Siti Jenar pada dasarnya adalah seorang ulama / pengajar agama Islam yang datang dari luar Jawa. Pengetahuan kebatinan jawa dipelajarinya dari Ki Ageng Pengging dan yang dipelajarinya hanyalah intisarinya saja, untuk menambah wawasan kebijaksanaannya tentang kejawaan dan menambah kedalaman kebatinan ketuhanannya sendiri. Ajaran kejawen itu pada dasarnya adalah ajaran penghayatan ketuhanan dari sudut pandang manusia Jawa. Dan dari pemahamannya atas kebatinan ketuhanan jawa itu Syech Siti Jenar menemukan banyak pencerahan mengenai agamanya sendiri, agama Islam, mendapatkan sudut pandang lain tentang pemahaman ketuhanan yang tidak akan didapatkannya jika ia hanya mengikuti tata cara Islam seperti yang selama ini dijalaninya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Sugesti Dalam Amalan dan Mantra

Sugesti Dalam Amalan dan Mantra

Masing-masing amalan gaib dan mantra mempunyai sifat dan latar belakang sendiri-sendiri, apakah bersifat kebatinan ataukah hanya bersifat kekuatan mantra saja. Dan keampuhannya, selain tergantung pada isi amalannya dan sifat dari mantranya itu, keampuhannya tergantung juga pada karakteristik orang yang mengamalkannya.

Untuk lebih menjamin keampuhannya dalam mengamalkan sebuah amalan gaib kita harus tahu bagaimana sugesti mengamalkannya apakah harus murni menekankan kekuatan mengsugesti mantra / amalan gaib, ataukah harus dengan mengsugesti kebatinan kita (menggerakkan kekuatan kebatinan), ataukah amalan itu harus langsung ditujukan kepada khodam ilmu / pendamping.

Dalam mengamalkan suatu amalan gaib, minimal ada 2 macam pendekatan sugesti dalam melakukannya :

Yang pertama adalah sugesti ilmu gaib dan ilmu khodam.

Dengan model pendekatan ini sugesti ditekankan pada bentuk dan bunyi amalan gaibnya, sehingga kalau amalan gaibnya salah, atau membacanya salah bunyinya, seringkali kegaibannya tidak bekerja, atau sekalipun ilmunya bekerja, biasanya tidak besar kegaibannya, apalagi kalau lupa mantranya.

Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam mendasarkan kekuatan ilmunya pada kemampuan orangnya mengsugesti amalan gaib dan mantra, sehingga membacakan amalan gaibnya tidak boleh salah, dan tidak boleh lupa pada bunyi mantranya (apa yang harus diamalkan kalau lupa mantranya ? ). Orangnya juga harus berkhodam, karena khodamnya itulah yang bekerja dan menentukan ampuh-tidaknya ilmunya.

Karena fokus ilmunya hanya pada kemampuannya mengsugesti mantra / amalan gaib seringkali kegaiban yang terjadi tidak diketahui darimana asalnya, apakah dari batinnya sendiri, dari khodam ilmu / pendamping, ataukah dari mahluk halus lain yang datang. Yang dipentingkan hanya keampuhannya saja. Selama ilmunya itu bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan ampuh, begitu juga sebaliknya, bila ilmunya tidak bekerja, maka ilmunya itu dan khodamnya akan dikatakan tidak ampuh.

Yang kedua adalah sugesti kebatinan.

Dengan model pendekatan ini sugestinya bersifat "ke dalam", yaitu ditujukan ke dalam batin sendiri, kepada sukmanya sendiri, atau langsung ditujukan kepada sosok-sosok gaib tertentu (khodam) yang menjadi tujuan amalan gaibnya. Dengan cara ini akan terjadi kontak rasa dan kontak batin antara kebatinannya dengan sukmanya atau dengan khodamnya, sehingga walaupun bunyi amalan gaibnya salah atau salah membaca amalannya, selama ia bisa bersugesti batin seperti itu, bisa kontak rasa dan batin, maka kegaibannya akan tetap bekerja, karena batinnya atau khodamnya mengerti maksud dan tujuan sugestinya.

Dengan sugesti kebatinan, walaupun lupa bunyi amalannya, orang tetap bisa menjalankan ilmunya dengan cara mengsugesti batinnya sendiri, atau cukup sambat saja kepada khodam ilmu / pendamping.

(Dengan sugesti kebatinan kita akan tahu sendiri kegaibannya berasal darimana, apakah berasal dari sukma kita sendiri, ataukah dari khodam ilmu / pendamping, khodam keris / jimat, atau dari mahluk halus lain).

Amalan keilmuan yang bersifat kebatinan sebaiknya kita lakukan dengan sugesti kebatinan untuk mengsugesti sukma kita (roh pancer dan sedulur papat). Adanya kembangan-kembangan dalam amalan gaibnya akan memperkaya sugesti kebatinan kita.

Amalan keilmuan yang berbahasa arab dilakukan dengan sugesti ilmu gaib / khodam, tidak boleh salah membacanya, dan tidak boleh lupa bacaan amalannya.

Amalan keilmuan kejawen yang bekerjanya menggunakan khodam, dalam membacakan amalannya sebaiknya ditujukan langsung kepada khodamnya itu (atau kepada benda gaibnya).

Ada amalan-amalan dan mantra yang menyebut nama Allah.

Atas sebuah amalan dan mantra yang sama dan sama-sama menyebut nama Allah, Gusti, Gusti Pangeran, dsb, pada orang-orang yang jalur keilmuannya berbeda mengamalkannya harus dengan sugesti yang juga berbeda.

Pada orang-orang yang menjalani kebatinan ketuhanan amalan-amalan dan mantra yang menyebut nama Allah harus diamalkan dengan menghayati kebatinan ketuhanannya. Kegaiban yang terjadi berasal dari kekuatan sukmanya dan dari kekuatan kebatinan ketuhanannya. Tetapi pada orang-orang lain yang umum amalan dan mantra itu harus diamalkan sama dengan sugesti ilmu gaib, menekankan kekuatannya mengsugesti mantra. Walaupun mantranya menyebut nama Allah, kegaiban yang terjadi berasal dari kekuatannya mengsugesti mantra dan dari khodamnya.

Ada juga amalan-amalan dan mantra yang menyebut nama sedulur papat (kakang kawah, adi ari-ari).

Atas sebuah amalan dan mantra yang sama dan sama-sama menyebut nama sedulur papat, pada orang-orang yang berbeda mengamalkannya harus dengan sugesti yang juga berbeda.

Pada orang-orang yang menjalani laku kebatinan, dan memahami kebatinan jawa, dan sudah memiliki kekuatan sukma yang tinggi, amalan-amalan dan mantra yang menyebut nama sedulur papat harus diamalkan dengan menghayati kebatinannya itu, dibacakan ke dalam dirinya sendiri, kepada batin / sukmanya sendiri. Kegaiban yang terjadi berasal dari kekuatan sukmanya (kesatuan roh pancer dan sedulur papatnya) dan ditambah dari khodamnya, kalau orangnya juga berkhodam. Tetapi pada orang-orang lain yang umum amalan dan mantra itu harus diamalkan sama seperti sugesti ilmu gaib, menekankan kekuatannya mengsugesti mantra. Walaupun mantranya menyebut nama sedulur papat, kegaiban yang terjadi berasal dari khodamnya, bukan dari sedulur papatnya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Amalan dan Mantra

Amalan dan Mantra

Dalam dunia ilmu kebatinan dan spiritual sebuah mantra / amalan bisa dikatakan adalah alat / cara orangnya untuk mengsugesti kebatinan / sukmanya sendiri dalam melakukan suatu perbuatan keilmuan, bisa juga menjadi alat untuk memerintah khodamnya supaya khodamnya bekerja mengikuti sugesti dirinya, bila dirinya berkhodam.

Dalam dunia ilmu kebatinan dan spiritual biasanya orangnya mempunyai kebatinan dan sukma yang kuat. Kebatinan dan sukmanya itulah yang menjadi "khodamnya" dalam ia melakukan perbuatan-perbuatan keilmuan dan ada saatnya sendiri orangnya melatih olah rasa dan olah sugesti. Dalam hal ini sebuah mantra / amalan bisa dikatakan adalah cara orangnya mengsugesti kebatinan / sukmanya sendiri dalam ia melakukan suatu perbuatan keilmuan.

Tetapi ada juga orang-orang kebatinan / spiritual itu yang dirinya juga berkhodam. Dalam hal ini sebuah mantra / amalan menjadi cara orangnya memerintah khodamnya supaya khodamnya bekerja mengikuti sugesti dirinya. Tetapi umumnya di kalangan orang-orang kebatinan hanya ada sedikit sekali amalan dan mantra untuk memerintah khodam, karena sebenarnya dengan dirinya sadar berkhodam, dengan penyatuan rasa dengan khodamnya itu, tanpa perlu amalan dan mantra, khodamnya itu akan bekerja sendiri mengikuti sugesti darinya.

Tetapi ada juga orang-orang yang khusus menekuni keilmuan gaib dan khodam, menekuni amalan dan mantra untuk memerintah khodam dan mahluk halus, yang kemudian itu mewujud menjadi ilmu gaib kejawen (dan perdukunan), bukan kebatinan.

Dalam dunia ilmu gaib dan ilmu khodam biasanya orang-orangnya tidak secara khusus melakukan olah batin, sehingga mereka tidak mempunyai kebatinan dan sukma yang kuat. Biasanya mereka hanya melatih mantra-mantra dan doa amalan saja, atau meminta diberikan khodamnya (transfer khodam).

Cara mereka melatih amalan dan mantra ada yang membacakannya beberapa kali, ada juga yang sampai mewiridkannya ratusan atau ribuan kali, atau diwirid berhari-hari, kalau perlu ditambah juga dengan berpuasa, untuk menguatkan sugesti / perintahnya, supaya ilmunya benar-benar bekerja dan ampuh bertuah. Ada juga yang khusus ngelmu gaib di tempat-tempat yang wingit dan angker. Dalam laku-lakunya itu biasanya ada sesosok mahluk halus yang datang dan kemudian menjadi khodamnya.

Karena itu secara umum aliran ilmu gaib dan ilmu khodam dicirikan sebagai jenis keilmuan gaib yang sangat mengandalkan diri pada kekuatan sugesti atau wiridan doa, amalan gaib dan mantra-mantra, dicirikan sebagai jenis keilmuan gaib yang penuh dengan amalan dan mantra, sangat mengandalkan amalan dan mantra, semua perbuatan ilmunya dilakukan dengan amalan dan mantra, selalu ada amalan / mantra yang diwirid / diamalkan. Sumber kekuatan ilmunya ada pada kekuatannya mengsugesti doa amalan / mantra dan khodamnya, bukan dari kekuatan kebatinan.

Dalam dunia ilmu gaib dan khodam sebuah mantra / amalan gaib bisa dikatakan adalah alat / cara orangnya memerintah khodamnya supaya bekerja mengikuti sugestinya.

Yang dikerjakan oleh khodamnya adalah apa yang terkandung / disugestikan / disebut di dalam amalannya.

Dan amalan itu perlu disebut / dibacakan beberapakali, kalau perlu berkali-kali, ada juga yang mewiridkannya sampai ratusan atau ribuan kali, atau diwirid berhari-hari / bermalam-malam, kalau perlu ditambah juga dengan sesaji dan puasa, untuk menguatkan sugesti / perintahnya, supaya khodam / ilmunya benar-benar bekerja dan ampuh bertuah.

Orang-orang di kalangan ilmu gaib / khodam kebanyakan hanya mengamalkan / mewiridkan amalan / mantra saja sesuai apa yang dulu diajarkan kepadanya. Yang dipentingkan adalah keampuhan dari tuah / ilmunya saja. Karena itu kebanyakan orang-orang pelakunya malah tidak tahu bahwa dirinya berkhodam, tidak tahu apa dan siapa yang sudah menjalankan ilmunya itu. Karena itu kebanyakan dari mereka akan terdorong untuk mencari / mengkoleksi mantra dan amalan yang kadarnya tinggi, yang katanya ampuh, karena mantra-mantra yang kadarnya tinggi itulah yang dijadikan tolok ukur ketinggian / keampuhan ilmu seseorang.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.


Kekuatan Rasa dan Sugesti

Kekuatan Rasa dan Sugesti

Di dalam semua jenis keilmuan dan aktivitas manusia, ada satu hal mendasar yang seringkali pengertiannya dikesampingkan orang, yaitu adanya unsur kebatinan. Unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, bukan hanya dalam mempelajari dan menekuni berbagai jenis keilmuan batin, tetapi juga dalam semua aktivitas keseharian dan pekerjaan teknis modern. Unsur kebatinan itu adalah apa yang biasa disebut sebagai penjiwaan atau penghayatan, yang sangat erat hubungannya dengan rasa dan sugesti.

Di dalam aktivitas manusia berolah raga, kanuragan, mengolah tenaga dalam, maupun ilmu gaib dan ilmu khodam, atau olah spiritual, bahkan dalam berkeagamaan / berketuhanan atau dalam menjalankan aktivitas kehidupan modern yang menggunakan alat-alat canggih dan modern ataupun dalam mempelajari keilmuan modern seperti ilmu kimia dan fisika ataupun ilmu teknik dan sistem komputer, selalu terkandung di dalamnya unsur kebatinan berupa penjiwaan dan penghayatan pada masing-masing hal yang dijalani, yang seringkali kualitas penjiwaan dan penghayatan itu akan sangat membedakan hasil dan prestasi yang diraih seseorang dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Secara umum unsur kebatinan hadir pada semua aspek kehidupan manusia, tidak hanya dalam hal keilmuan, tetapi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk di jaman modern ini, tetapi istilah kebatinan sendiri seringkali secara dangkal dikonotasikan sebagai kegiatan klenik. Namun di luar itu memang ada orang-orang tertentu yang secara khusus mempelajari keilmuan kebatinan, bukan hanya pada aspek yang bersifat umum, tetapi juga secara khusus dan mendalam mengenai keilmuan kebatinan itu sendiri.

Ilmu Tenaga Dalam, Kebatinan dan Spiritual, sejatinya menggunakan potensi kekuatan dari diri sendiri, yaitu kekuatan tenaga dalam, kekuatan sukma dan kekuatan spiritual dari diri sendiri. Ilmu yang mendayagunakan potensi kekuatan diri sendiri inilah yang disebut ilmu sejati. 

Sejatinya kesempurnaan penguasaan ilmu seseorang ada pada menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang. Artinya, untuk mengetrapkan suatu ilmu, dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan diri seseorang, orang tersebut bisa melakukannya secara spontan, atau cukup dengan kehendak dan konsentrasi batinnya saja untuk mewujudkannya, dan bisa dilakukan kapan saja. Dengan demikian orang tersebut bisa dikatakan sudah sempurna menguasai suatu ilmu, bukan sekedar memiliki koleksi ilmu, karena ilmu-ilmu tersebut sudah merasuk, menyatu dengan dirinya, tinggal niatnya saja untuk mengetrapkannya. Dengan telah menyatunya suatu ilmu dengan seseorang, maka orang itu bisa kapan saja mengetrapkannya, dan keilmuannya itu tidak akan hilang hanya karena lupa bunyi mantranya, atau karena hilang khodam ilmunya, atau karena lupa membawa jimat dan pusaka.

Menyatunya ilmu itu akan menjadi suatu perbawa yang bisa dirasakan oleh orang lain yang juga berilmu atau peka batinnya, sehingga masing-masing akan saling menghormati dan menjaga jarak. Dan dengan kepekaan rasa seseorang akan dapat mengukur kekuatan dirinya sendiri ketika sedang berhadapan dengan orang lain atau ketika sedang berhadapan dengan kekuatan suatu mahluk halus.

Karena itu dalam filosofi Jawa dikatakan ilmu tertinggi manusia adalah digdoyo tanpo aji, digdaya tanpa perlu tambahan jimat / khodam dan mantra dan tidak harus menunjukkan ilmu kesaktian yang kelihatan mata, karena semua kekuatan bersumber dari dirinya sendiri dan dengan perbawa kebatinan, menang tanpa harus mengalahkan atau unjuk kesaktian. Seandainya pun terpaksa harus mengetrapkan ilmunya, dengan kekuatan kebatinannya seseorang hanya perlu mengkonsentrasikan suatu kejadian, atau mengkonsentrasikan kemauan terlaksananya suatu perbuatan gaib, tanpa harus bergantung pada suatu bentuk amalan ilmu atau mantra, khodam jimat atau pusaka.

Orang-orang yang menekuni suatu kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut dapat mengerti tentang kegaiban, rasa dan firasat. Kepekaan dan ketajaman batin mereka bersifat umum dalam segala bidang, tidak semata-mata dimaksudkan untuk ilmu gaib ataupun melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya peka untuk melihat tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, tetapi juga dapat untuk mendeteksi keberadaan sosok mahluk gaib, peka dalam menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan ilham / wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kekuatan batinnya juga dapat digunakan untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.

Kekuatan dari olah kebatinan ini dapat dilakukan untuk tujuan perbuatan yang sama dengan penggunaan tenaga dalam atau ilmu gaib dan ilmu khodam. Dengan kekuatan kebatinan dan sugesti mereka mewujudkan kehendak-kehendaknya, dengan kepekaan dan ketajaman rasa mereka juga dapat mengukur apakah kekuatan mereka sendiri cukup untuk mewujudkan suatu kejadian yang mereka kehendaki.

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan, kepekaan / ketajaman rasa dan kekuatan kebatinan akan dapat dirasakan di dada sebagai suatu getaran atau tekanan di dada yang dapat disalurkan menjadi kekuatan tangan dan tubuh atau kekuatan kata-kata. Seseorang yang tajam batinnya juga dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan kehendak terjadinya suatu perbuatan gaib, atau untuk mengukur apakah kekuatan batinnya dan keilmuannya lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau ketika sedang berhadapan dengan mahluk halus tertentu.

Secara alami, kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar berupa getaran rasa dan tekanan rasa di dada, dan sebagai kekuatan yang menyelimuti tubuh, merasuk sampai ke hati, dan tergantung pada tingkat penguasaan masing-masing orang, selain melalui amalan kebatinan, kekuatan sukma dapat diwujudkan menjadi kekuatan tangan dan tubuh, kekuatan kehendak perbuatan dan kata-kata, dan getaran perbawa kebatinannya juga akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang tersebut merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya).

Tergantung pada kekuatan kebatinan dan tingkat penguasaan masing-masing orang, ketika kekuatan rasa dan sugesti sudah menyatu dengan kekuatan fisik, seseorang dapat memecahkan batu, mematahkan kayu atau besi. Kekuatan kebatinan ini juga bisa digunakan untuk menguatkan tubuh dan kebal senjata tajam, untuk menggerakkan tubuh dan batin / pikiran seseorang (gendam / hipnotis / ilmu sugesti) dan bisa diwujudkan menjadi seperti ilmu sihir. Tergantung pada kekuatan kegaiban sukma masing-masing pelakunya, kekuatan gaib dari kebatinan akan bisa jauh melebihi kekuatan tenaga dalam, kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, ataupun kekuatan susuk dan jimat. Pada tingkatan keilmuan yang tinggi dalam olah kanuragan, kekuatan kebatinan dapat menggantikan kekuatan tenaga dalam.

(Hati-hati bagi yang menggunakan kekuatan kebatinan untuk kekebalan permanen. Kekuatan kebatinan yang berhasil digunakan untuk kekebalan kekuatannya jauh melebihi kekuatan ilmu gaib dan ilmu khodam, ataupun susuk dan jimat kebal, sehingga dapat menyebabkan seseorang yang sudah meninggal jasadnya tidak dapat hancur dan membusuk seperti layaknya jasad manusia pada umumnya dan rohnya sendiri tidak dapat lepas keluar dari tubuhnya, terkunci di dalamnya. Jasad dengan roh di dalamnya tersebut akan menjadi mumi dan beratus-ratus tahun kemudian akan dapat menjadi yang sekarang disebut jenglot atau batara karang. Lebih baik bila kekuatan kebatinan itu dijadikan ilmu lembu sekilan saja, yaitu ilmu kekuatan dan pertahanan tubuh dengan memadatkan kekuatan kebatinan / sukma / tenaga dalam mengisi tubuhnya hingga setebal sejengkal dari tubuh, selain menjadikan tubuh berkekuatan besar, juga akan menjadi perisainya dari adanya serangan gaib, pukulan ataupun senjata tajam).

Ketika lambaran kekuatan kebatinan digunakan untuk membentak orang lain, itu akan membuat orang lain itu menjadi sangat ketakutan. Bentakan kemarahan yang dilambari dengan kekuatan sukma akan sangat berbeda pengaruhnya, karena akan menjadi serupa seperti pengaruh aji senggoro macan atau aji gelap ngampar  atau aji gelap saketi, yang membuat orang lain luar biasa ketakutan, walaupun orang lain itu berbadan besar.

Apalagi bila orang itu dengan sengaja menggunakan kekuatan kebatinannya untuk mengetrapkan ilmu-ilmu itu, pada jenis keilmuan yang sama kekuatan ilmunya akan jauh di atas kekuatan ilmu orang-orang yang mengandalkan kekuatan khodamnya.

Kekuatan batin / sukma bisa juga digunakan untuk membuat pagaran gaib atau untuk pembersihan gaib, cukup dengan bersugesti mengeluarkan energi untuk membuat bola pagaran gaib saja atau memancarkan energi gaib untuk mengusir roh-roh halus. Kekuatan gaib dari kebatinan ini jauh lebih tinggi dibandingkan tenaga dalam, sehingga bukan hanya dapat untuk menghadapi mahluk gaib kelas bawah saja, tetapi juga bisa untuk menghadapi mahluk halus kelas atas.

Untuk mengusir mahluk halus dari dalam suatu rumah / pohon misalnya, bila kita sudah terbiasa olah rasa dan batin, kita akan dapat mengukur apakah kekuatan kebatinan kita lebih tinggi ataukah lebih rendah dibandingkan kekuatan gaib para mahluk halus yang ada di rumah / pohon tersebut.

Bila kekuatan kebatinan kita lebih rendah, akan bijaksana bila kita tidak memaksakan kekuatan untuk mengusir mereka. Lebih baik bila kita memberi sesaji untuk "merayu" mereka supaya mau pindah. Tetapi bila kekuatan kebatinan kita jauh di atas mereka, dengan menyalurkan kekuatan kebatinan, dengan menekan rasa di dada, tepuk saja beberapa kali rumah / pohon tempat mereka tinggal dengan niat menyuruh mereka pergi (seperti mengusir burung di pohon). Lebih bijaksana bila mereka kita arahkan untuk pergi ke tempat tertentu yang jauh dari permukiman manusia, supaya tidak bubar begitu saja dan malah akan mengganggu orang lain yang tidak tahu-menahu.

Untuk membantu kerejekian dalam perdagangan (penglaris dagangan) dengan cara kebatinan cukup dilakukan dengan mengsugesti sukma untuk menciptakan suasana gaib yang teduh dan menyenangkan bagi banyak orang, yang menyebabkan orang-orang suka datang, mengobrol dan berbelanja. Suasana gaib itu disugestikan memancar dalam radius 5 meter, 10 meter, 100 meter, dsb  (seperti penggunaan tenaga dalam murni).

Atau ketika kita ingin menyembuhkan seseorang dari sakitnya, maka kita mewujudkan kehendak kita, niat batin menyembuhkan, supaya orang itu sembuh dari sakitnya, dengan cara mengkonsentrasikan kekuatan sukma kita ke dalam segelas air, si sakit diberi sugesti untuk sembuh dengan meminum air putih yang kita berikan. Di sisi lain kita mengkonsentrasikan batin tertuju kepada si sakit untuk menyingkirkan semua sakit-penyakit orang tersebut, maka orang itu akan dapat benar sembuh (atau dilakukan langsung dengan menumpangkan tangan kita di atas bagian tubuhnya yang sakit). 

Dengan cara itu kita memberikan sugesti kepercayaan supaya si sakit membangkitkan sugesti energi positif dalam dirinya untuk kesembuhannya sendiri. Di sisi lain kekuatan sukma kita dikonsentrasikan kepadanya untuk membersihkan energi-energi penyakit di dalam dirinya, termasuk energi negatif yang berasal dari mahluk halus di dalam tubuhnya, jika ada. Dengan kepekaan batin kita dapat mengukur kekuatan yang dibutuhkan untuk pengobatan tersebut, sehingga kita tahu bahwa proses penyembuhan tersebut cukup sekali saja atau harus dilakukan beberapa kali bila memang diperlukan.

Cara penyembuhan dengan memberikan air putih di atas biasanya dilakukan untuk sakit-penyakit yang kadarnya ringan. Untuk yang kadarnya berat biasanya dilakukan langsung dengan menumpangkan tangan di atas bagian tubuh yang sakit untuk langsung memberikan energi positif untuk kesembuhan si sakit, ditambah dengan ramuan-ramuan dan obat-obatan, jika diperlukan.

Cara memberi air putih seperti di atas juga banyak dilakukan oleh orang-orang yang mempelajari ilmu gaib dan ilmu khodam. Tetapi banyak kejadian, dengan cara meminumkan air putih tersebut ternyata si sakit tidak berhasil disembuhkan. Ini terjadi karena si penyembuh tidak dapat mengsugesti si sakit. Walaupun memiliki ilmu gaib, tetapi tidak memiliki kepekaan batin yang cukup untuk dapat mengukur kekuatan yang cukup yang dibutuhkan untuk dapat menyembuhkan si sakit. Dan bila penyebab sakit orang tersebut adalah karena perbuatan mahluk halus, seringkali si penyembuh malah menjadi celaka karena mahluk halusnya berbalik menyerang si penyembuh.

Ketika langit sedang dalam kondisi mendung tebal dan hujan kita dapat meredakan hujan dan membubarkan konsentrasi mengumpulnya awan dengan sugesti kekuatan rasa yang dilandasi dengan kekuatan kebatinan (ditambah visualisasi / olah pikiran). Dengan menekan rasa di dada kita visualisasikan mengeluarkan segulungan energi yang besar yang mendorong awan-awan ke belakang dan ke samping kiri-kanan, sehingga kemudian konsentrasi awan itu menjadi berkurang dan hujannya mereda. Atau dengan kekuatan rasa di pikiran kita melubangi awan atau menyapunya ke samping.

Rahasia kekuatan rasa adalah adanya penyatuan kekuatan roh sedulur papat dengan roh pancer kita (secara satu kesatuan menjadi kekuatan sukma). Dengan bersugesti menggunakan kekuatan rasa itu berarti kita sudah menyatukan kekuatan roh sedulur papat dan pancer kita, menjadi satu kesatuan kekuatan sukma, sehingga menjadi satu kesatuan perbuatan yang mempunyai efek kegaiban tersendiri, yang hasilnya akan berbeda dibanding hanya menggunakan kekuatan fisik saja walaupun dilakukan sepenuh tenaga. 

Kekuatan rasa adalah dasar dari kekuatan kebatinan.

Contoh-contoh di atas adalah contoh-contoh penggunaan sugesti kekuatan rasa dan batin pada tingkatan dasar yang pada tingkatan kemampuan kebatinan yang tinggi (dengan olah kebatinan) kekuatan rasa ini dapat digunakan untuk segala perbuatan yang berhubungan dengan kegaiban, untuk menyembuhkan / mengusir sakit / penyakit seseorang, mengusir / menyerang / menundukkan / menangkap mahluk halus tingkat rendah sampai yang kelas atas, untuk mempengaruhi / mengendalikan pikiran seseorang ataupun mahluk halus, untuk memusnahkan keilmuan gaib, khodam dan tenaga dalam seseorang, dan untuk mendatangkan ide / ilham dan wangsit dan pengetahuan spiritual tingkat tinggi yang mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.

Kekuatan rasa adalah bagian dari kegaiban sukma manusia.

Contoh-contoh di atas adalah contoh-contoh penggunaan sugesti kekuatan rasa dan batin yang disengaja. Pada saat yang lain ketika orang sudah terbiasa menggunakan kekuatan kebatinan / spiritualnya kekuatan rasa itu akan mengalir sendiri menjadi semacam ide dan ilham untuk si manusia melakukannya, menjadi semacam tuntunan untuk berbuat.

Contoh-contoh bentuk penggunaan sugesti di atas dapat juga dilakukan dengan sugesti ilmu gaib dan khodam, yaitu dengan merapal mantra ilmu gaib dan ilmu khodam atau dengan memerintahkan khodam seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sama dengan di atas.

Kelebihan ilmu gaib dan ilmu khodam memang adalah pada banyaknya variasi dalam keilmuan gaib mereka (banyaknya variasi amalan gaib dan mantra) dan hasilnya bisa langsung dipraktekkan dan dipertunjukkan, karena tujuan mereka berilmu memang untuk keberhasilannya menguasai dan mempraktekkan berbagai macam keilmuan gaib / khodam. Walaupun ilmunya tampak ampuh, tetapi biasanya kekuatan ilmunya lebih rendah daripada ilmu kebatinan, karena tidak dilandasi dengan kekuatan sukma dan kebatinan yang tinggi, hanya mengandalkan kekuatan khodamnya saja dengan menghapalkan dan mewirid mantra / amalan ilmu gaib dan mantra / amalan ilmu khodam saja.

Selain keilmuan yang bersifat kebatinan dan praktek ilmu gaib dan ilmu khodam, ada banyak bentuk lain keilmuan batin dan keilmuan gaib yang juga mengolah potensi diri, yang merupakan praktek ilmu sugesti, yang digandrungi orang dan dikembangkan dengan metode pembelajaran modern, sehingga tidak dianggap klenik dan bisa dipelajari oleh banyak orang.

Bentuk-bentuk keilmuan ini berfokus pada pemusatan kekuatan pikiran manusia dalam bentuknya seperti ilmu hipnotis (mempengaruhi / mengendalikan pikiran manusia), ilmu telekinetik (memindahkan / menggerakkan benda-benda dengan kekuatan rasa dan pikiran), ilmu telepati (komunikasi pikiran), illusionis (mengelabui penglihatan dan pikiran seseorang), dsb. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra di dahi dan sebagian cakra di ubun-ubun kepala. Ilmu-ilmu ini harus dipelajari dan dipraktekkan dengan sangat hati-hati. Pemusatan kekuatan pada pikiran saja atau memforsir penggunaan kekuatan cakra tubuh tertentu saja dapat berakibat terjadinya ketidak-seimbangan energi tubuh dan harus diperhatikan efeknya dalam jangka panjang.

Selain yang bersifat modern, ada juga keilmuan kebatinan / spiritual yang aslinya adalah ilmu tradisional yang sampai saat ini masih diajarkan orang seperti meditasi prana / chi / reiki / kundalini. Walaupun kebanyakan orang memandang ilmu-ilmu itu modern dan sejenis dengan keilmuan tenaga dalam, tapi sebenarnya itu adalah ajaran dan pelatihan olah sugesti kebatinan / spiritual tradisional, hanya saja diajarkan orang dengan cara-cara praktis masa sekarang. Yang membedakannya adalah bentuk energinya, metode pembelajarannya dan tujuan latihannya saja.

Ada salah satu ciri yang membedakan penggunaan tenaga dalam dengan kebatinan dalam mendeteksi keberadaan sesosok mahluk halus. Dengan menggunakan tenaga dalam, kita mendeteksi keberadaan sesosok mahluk halus dengan cara mendeteksi getaran / bentuk energinya. Tetapi umumnya cara ini sulit untuk bisa digunakan mendeteksi keberadaan mahluk halus yang kekuatan gaibnya tinggi dan yang berdimensi tinggi, karena umumnya energi mereka sangat halus, dan frekwensinya jauh lebih tinggi dibandingkan energi tenaga dalam.

Artinya, jika dengan cara kontak energi itu kita menggunakan tenaga dalam dari hasil kita latihan di perguruan tenaga dalam, umumnya itu hanya bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan gaib-gaib yang kekuatannya rendah dan yang berdimensi gaib rendah saja, tidak bisa digunakan untuk mendeteksi yang kekuatannya tinggi atau yang berdimensi gaib tinggi karena adanya banyak perbedaan pada frekwensi energinya. Jika hendak digunakan untuk tujuan mendeteksi mahluk halus yang kekuatannya tinggi atau yang berdimensi gaib tinggi energi tenaga dalamnya harus disesuaikan lebih dulu frekwensinya dengan frekwensi mahluk halusnya.

Sedangkan bila kita terbiasa dengan olah rasa dan batin, dari jarak yang jauh secara insting / rasa kita akan mengetahui apakah di suatu lokasi ada berpenghuni gaib atau tidak. Dan bila disitu ada sesosok mahluk gaib, apalagi si mahluk gaib mempunyai kekuatan yang besar, kita dapat merasakan kehadirannya secara otomatis, dari jarak yang lebih jauh sebelum muncul rasa merinding, karena dada kita akan terasa berat dan sesak seolah-olah ada yang menekan dada kita sampai kita merasa sulit bernafas. Artinya ada perbenturan kekuatan antara kekuatan energi yang terpancar dari keberadaan gaib itu dengan energi sukma kita, dan dari situ kita juga akan bisa mengukur kekuatan mahluk halus itu apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari kekuatan kita dan secara otomatis kita juga dapat mengetahui posisi keberadaan sosok gaib tersebut.

Sedapat mungkin semua kekuatan kebatinan dan energi yang berhasil dihimpun dapat kita olah menjadi kekuatan rasa dan kebatinan supaya menjadi satu kesatuan kemampuan dan bisa mempertinggi kekuatan sukma kita, menjadi kekuatan kita yang sejati, sedangkan adanya jimat dan pusaka, khodam, mantra-mantra, dsb, sifatnya adalah tambahan yang nantinya bisa kita tambahkan atau kurangkan sesuai kebutuhan kita.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Cara Menggunakan Tenaga Dalam

Cara Menggunakan Tenaga Dalam

Tergantung besarnya kekuatan energi dan penguasaan masing-masing orang, energi tenaga dalam murni (sifat lembut energi) dapat dibentuk / dikondisikan :

Olah rasa untuk merasakan energi sendiri, juga untuk merasakan keberadaan "energi-energi" lain. Kekuatan energi bukan hanya ditentukan oleh besarnya energi, tetapi juga kepadatan dan ketajaman energinya. Kepadatan dan besarnya energi bisa untuk menolak mahluk halus atau menghapus ilmu gaib seseorang. Ketajaman energi bisa untuk menyerang mahluk halus atau menembus benteng gaib seseorang.

Untuk membersihkan keberadaan kuman (virus, bakteri dan amuba), atau memagari tubuh supaya mereka tidak dapat masuk ke dalam tubuh sendiri atau tubuh orang lain. Sebelumnya kita harus sudah mengenal sifat-sifat fisik mahluk kecil kuman itu.

Untuk membentuk energi positif untuk menyingkirkan energi-energi negatif dari sakit / penyakit dan untuk menolak / mengusir mahluk halus golongan hitam dan yang berenergi negatif. Sebelumnya kita harus sudah mengenal sifat-sifat energi-energi negatif tersebut.

Mengenal sifat keras energi. Energi tenaga dalam murni dapat disatukan dengan kekuatan fisik, seperti untuk mengangkat beban berat atau untuk kekuatan pukulan atau untuk kekuatan menahan pukulan.

Misalnya, melakukan gerakan memukul dengan gerakan yang sangat lambat (slow motion). Selama melakukan itu otot tangan, perut dan dada dikeraskan. Menarik nafas, menekan dan menghembuskan nafas menyatu dengan gerakan tangan. Ketika menghembuskan nafas, lakukan seolah-olah juga mengalirkan energi ke tangan yang gerakannya memukul. Setelah dilakukan beberapa kali akan dapat dirasakan pukulan lebih ringan, cepat dan kuat dan tangannya terasa lebih "berisi" dan padat dengan energi.

  • Bila energi dipusatkan di perut, dada, punggung dan tangan, bagus untuk kekuatan pukulan dan kekuatan menahan pukulan dan untuk kekuatan tubuh.
  • Bila energi dipusatkan di pikiran, dapat untuk menusuk mahluk halus, dapat juga untuk hipnotis / gendam.
  • Bila energi memancar dari seluruh tubuh, dengan olah sugesti dapat dikondisikan untuk memancarkan pengasihan, karisma wibawa, penglaris dagangan, keteduhan, ketentraman, pagaran gaib, dsb.
  • Bila energi disatukan dengan energi lawan bisa untuk mengunci gerakan lawan atau untuk menghisap tenaga lawan.

Beberapa tips penggunaan tenaga dalam murni bagi yang sudah menekuninya, terutama untuk yang sudah bisa memadatkan energinya, sbb :

1. Untuk pagaran dan kekuatan gaib.

Pembentukan pagaran gaib dengan tenaga dalam dapat dilakukan untuk perlindungan dari serangan virus / bakteri / amuba, mahluk halus dan orang-orang yang berniat jahat.

Buatlah bola energi dengan energi yang keras, yang ukurannya cukup besar melingkupi objek yang akan dipagari, untuk anda sendiri, orang lain atau untuk rumah, dsb. Jadikanlah bola itu menyelubungi objek sasaran. Dengan sugesti anda, buatlah bola itu kuat / keras dindingnya dan penuh energi di dalamnya (tidak kosong). Konsentrasikan kekuatan agar bola itu kuat bertahan selamanya, dan mahluk halus dan virus / bakteri yang merugikan kesehatan atau apapun / siapapun yang bersifat tidak baik dan berniat jahat atau menyerang objek akan terdorong keluar dan terpental tidak dapat menembus bola pagaran.

Untuk anda sendiri yang memiliki energi sangat besar, dengan sugesti kebatinan energi anda dapat dipadatkan dikeraskan sampai sejengkal tebalnya dari tubuh anda. Itu yang disebut ilmu Lembu Sekilan. Atau bahkan bisa dipadatkan lagi hingga tebalnya hanya 1 jari dari tubuh anda. Bila energi anda memang sangat besar dan padat, walaupun jarak pagarannya hanya 1 jengkal atau 1 jari dari tubuh anda, jarak itu sudah cukup aman untuk perlindungan anda, dengan catatan, energi tersebut benar-benar dipadatkan dan dikeraskan, bukan sekedar bola pagaran (baca tipsnya dalam tulisan berjudul : Kebatinan dan Kanuragan).

2. Membersihkan penyakit, kuman, bakteri, virus, mahluk halus, santet, guna-guna.

Untuk pengobatan membersihkan kuman, bakteri, virus, mahluk halus, santet, guna-guna dari tubuh seseorang atau rumah atau objek lainnya, lakukanlah langkah berikut. Salurkanlah energi untuk memenuhi objek yang dimaksud dan selaraskan energinya dengan energi objeknya. Kemudian konsentrasikan bahwa semua bakteri, virus dan hal-hal negatif yang ingin dibersihkan telah masuk semua dan terbungkus di dalam energi itu. Kemudian dorong / geser energi tersebut dan dibungkus menjadi bola energi. Mampatkan bola itu sampai menjadi kecil sebesar kelereng atau bola tenis. Kemudian buang bola energi itu jauh ke luar angkasa atau buang jauh ke dalam bumi.

Lakukanlah beberapa kali jika diperlukan sampai anda yakin bahwa semua yang anda ingin bersihkan sudah terhisap / terdorong semua dan sudah dibuang jauh tak akan kembali. Kemudian isikan kembali energi anda kepada objek dengan konsentrasi untuk memberikan energi hangat yang baik untuk kesehatan dan kesembuhan.

Proses yang sama bisa dilakukan untuk sumber-sumber penyakit lain seperti sakit asam urat, kolesterol, darah tinggi karena penyempitan atau penyumbatan (kerak) di dalam pembuluh darah, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah jantung atau otak (stroke), pengapuran, batu ginjal, batu empedu, dsb.

Pada proses terakhir penyembuhan, isikan kembali energi anda kepada objek dengan konsentrasi untuk memberikan energi yang hangat yang baik untuk kesehatan dan kesembuhan dan untuk menambah energi metabolisme tubuhnya supaya dalam proses pembakaran tubuh tidak menyisakan sampah-sampah metabolisme. Lakukan dua kali seminggu sampai sakitnya sembuh dan sehat kembali.

Untuk sakit / penyakit biasa, cara penyembuhan yang sederhana adalah dengan memberikan energi positif untuk kesembuhan. Dengan tangan anda salurkan energi positif dengan cara mengkipas-kipaskan ke bagian tubuh yang sakit untuk menghilangkan energi negatif dari sakitnya sampai anda yakin energi negatifnya telah hilang dan berganti dengan energi positif dari tangan anda. Setelah itu salurkan energi positif dengan sugesti mempercepat kesembuhannya. Lakukan beberapa hari sekali sampai sakitnya sembuh.

Cara sederhana lainnya yang umum adalah dengan langsung memancarkan energi positif ke tubuh atau bagian tubuh yang sakit untuk mendorong energi-energi negatif keluar dari tubuhnya (buang ke tempat yang jauh yang aman untuk manusia lainnya).

3. Mengobati seseorang dari sakit karena kelemahan / kerusakan organ tubuh.

Contohnya adalah sakit-penyakit yang timbul karena kelemahan metabolisme tubuh. Untuk tujuan penyembuhan jika dilakukan secara alternatif dengan prana / tenaga dalam, atau dengan kekuatan kebatinan / spiritual caranya adalah dengan memberikan energi hangat ke seluruh tubuh dengan sugesti meningkatkan kualitas metabolisme tubuh, untuk memperbaiki kemampuan metabolisme tubuh dalam memproses zat-zat makanan dan supaya dalam proses pembakaran tubuh tidak menyisakan sampah sisa-sisa pembakaran tubuh.

Contoh lainnya adalah sakit perut kembung, sakit maag dan sering mulas buang-buang air. Pengobatan dengan obat-obatan medis biasanya hanya bersifat menormalkan kondisi lambung, tapi tidak menyembuhkan penyebab sakitnya, suatu saat bisa kambuh lagi. Metode pengobatan yang paling baik adalah yang sifatnya menguatkan organ lambung dan usus, sehingga kalau sudah kuat, lambung dan ususnya sendiri yang akan bekerja menormalkan kondisinya sendiri. Pengobatannya harus dilakukan berkala.

Ada banyak sakit-penyakit yang disebabkan oleh kelemahan / kerusakan organ tubuh, misalnya diabetes / kencing manis (kerusakan pankreas), sakit maag kronis, kerusakan ginjal, dsb. Untuk sakit-penyakit jenis ini cukup anda salurkan energi dari anda (energi yang agak panas) ke sumber sakitnya (kelenjar pankreas) dan konsentrasikan bahwa energi dari anda itu akan tinggal lama di situ, menyatu dengan organ tubuhnya untuk menumbuhkan sel-sel yang baru menggantikan sel-sel pankreas yang rusak dan mengkondisikan organ tubuhnya itu supaya menjadi normal kembali. Lakukan seminggu sekali sampai organ tubuhnya sembuh dan sehat kembali.

Tumor dan kanker bukanlah semata-mata virus atau kuman.

Kebanyakan penyebab awalnya adalah karena adanya energi-energi negatif yang kuat di sekitar manusia yang sampai bisa merubah "kepribadian" sel-sel tubuh seseorang menjadi negatif.

Dengan metode penyembuhan alternatif, misalnya dengan prana / tenaga dalam, atau dengan kekuatan kebatinan / spiritual, dalam upaya mengobatinya sikap batin kita berbeda dengan kita membersihkan kuman atau virus, tetapi arahnya adalah membersihkan energi-energi negatif sakitnya dan memberikan energi yang positif yang disugestikan lama berdiam dan menyatu dengan sel-sel tubuh si sakit yang negatif untuk menekan perkembangan sel-sel negatif dan merubah "kepribadian" sel-sel tubuh yang negatif supaya kembali menjadi positif sampai tidak lagi muncul / memunculkan energi-energi yang negatif. Pemberian energi positif ini harus dilakukan berkala sampai sel-sel tubuh yang negatif semuanya kembali menjadi positif. Sesudahnya akan lebih baik lagi kalau kita juga bisa "membunuh" sel-sel yang masih negatif yang tidak bisa diselaraskan menjadi positif supaya tidak mempengaruhi sel-sel lainnya ikut menjadi negatif.

Sesudah atau sebelum upaya pengobatan di atas sebaiknya dicaritahu juga apakah di lingkungan orang si sakit ada tinggal keberadaan gaib-gaib atau energi-energi negatif. Jika ada, sebaiknya gaib-gaib dan energi-energi negatif itu juga dibersihkan, supaya tidak terus-terusan menularkan energi negatifnya kepada si sakit dan orang lain yang tinggal di sekitar situ (lebih baik gaib-gaib dan energi negatif itu dibungkus dengan pagaran gaib dan dibuang jauh).

4. Mengobati seseorang dari sakit karena gangguan saraf.

Ada banyak sakit-penyakit yang disebabkan oleh kelainan / kerusakan saraf, misalnya sakit akibat stroke, pusing / vertigo dan limbung karena terganggunya saraf keseimbangan, sakit maag kembung dan gangguan nafsu makan, lemah jantung, dsb. Untuk sakit-penyakit jenis ini, selain dilakukan dengan menyalurkan energi untuk kesembuhannya, juga harus dilakukan pemijatan (reflexi) untuk memperbaiki jalur saraf yang "salah" dan untuk mengaktifkan saraf-saraf yang terkait dengan sakitnya dan salurkan energi anda ke titik-titik pemijatan dan sumber sakitnya (energi yang agak panas) dan konsentrasikan bahwa energi anda itu akan tinggal lama di situ, menyatu dengan organ tubuhnya untuk mengkondisikan supaya menjadi normal kembali. Lakukan seminggu sekali sampai organ tubuhnya sembuh dan sehat kembali.


  • Cara 2 dan 3 bisa dikombinasikan untuk penyakit tumor dan kanker atau penyakit lain yang berat. 
  • Cara-cara di atas tidak dapat dilakukan untuk sakit yang disebabkan oleh kelainan organ.

Untuk diperhatikan :

Ada prinsip dasar dalam laku pengobatan / penyembuhan yang sebaiknya jangan sampai dilanggar, yaitu jangan terlalu "masuk" menjiwai / merasakan suasana sakitnya.

Lebih penting lagi : jangan memposisikan diri sebagai si sakit. Bagaimana kalau tubuh anda ikut sakit dan tidak bisa bergerak ?  Atau anda kerasukan ?

Prinsip dasar lainnya, dalam semua upaya pengobatan dengan kekuatan sendiri, dengan kebatinan atau tenaga dalam, kita harus memposisikan diri kita "di luar" dan dari luar itu kita menyalurkan energi kita untuk kesembuhan si sakit.

Dalam proses itu jangan kita menarik "energi" si sakit, jangan ada bagian si sakit yang masuk ke tubuh kita.

Lebih baik kalau energi sakitnya kita dorong keluar, atau dibungkus dengan energi kita kemudian dibuang jauh.

Selebihnya akan lebih baik lagi kalau kita juga mempelajari teknik penyembuhan secara fisik, misalnya metode penyembuhan dengan cara pijat / urut, pijat refleksi, atau dengan ramuan, karena tidak semua sakit-penyakit dapat tuntas disembuhkan dengan cara pengobatan gaib / energi, terutama untuk sakit-penyakit yang bersifat fisik, dan untuk menindaklanjuti proses penyembuhan sakit-penyakit yang unsur gaibnya atau kuman-kumannya sudah disingkirkan, yang sakitnya sudah bukan karena gaib atau kuman lagi seperti sebelumnya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya di: https://sites.google.com/site/thomchrists