04 January 2024

Berkomunikasi Dengan Gaib

Berkomunikasi Dengan Gaib.

Pada prinsipnya, berkomunikasi dengan sesuatu yang gaib, termasuk roh leluhur atau khodam pendamping dan khodam benda-benda gaib, adalah dengan cara kontak rasa dan batin. Untuk bisa berkomunikasi dengan gaib itu tidak harus seseorang bisa melihat gaib, dan yang sudah bisa melihat gaib juga belum tentu bisa berkomunikasi dengan gaib.

Kalau sudah bisa melihat gaib, maka berkomunikasinya itu bisa dilakukan dengan cara melihat gaib saling bertatap muka seperti orang yang sedang mengobrol.

Kalau belum bisa melihat gaib, maka berkomunikasinya itu dilakukan dengan mengedepankan kontak rasa dan batin.

Bila kita berhasil menguasai tahapan ini berarti kita sudah belajar mempertajam kepekaan rasa batin, sehingga walaupun keberadaan suatu sosok mahluk halus tidak terasakan / terdeteksi kehadiran energinya dan tidak dapat dilihat dengan kemampuan melihat gaib (karena mahluk halus yang berkesaktian tinggi dan berdimensi tinggi semakin sulit dirasakan keberadaan energinya dan semakin sulit dilihat dengan penglihatan gaib mata ketiga), tetapi kita akan bisa mendeteksi keberadaannya dari adanya benturan energi di dada, dari adanya rasa berat di dada, pada jarak yang cukup jauh (sebelum muncul rasa merinding)  dan bisa juga terbayang sosok wujudnya seperti apa. Sesudah terbayang bentuk awal sosok wujudnya barulah kemudian kita fokuskan batin kepada sosok gaibnya itu untuk menegaskan lagi detail sosoknya seperti apa.

Kalau jaraknya dekat kita bisa mendeteksi keberadaannya dengan merasakan keberadaan energinya secara langsung dengan rabaan tangan kita. Kalau jaraknya jauh maka kita menggunakan sugesti olah rasa di atas untuk mendeteksi keberadaan gaib yang jaraknya jauh. Selain itu dengan kepekaan rasa kita juga bisa mengetahui tujuan keberadaan sesosok mahluk halus, baik atau bertendensi negatif, sifatnya berbahaya atau tidak, dsb.

Ketika sudah terbayang wujud sesosok mahluk halus (yang adalah pemberitahuan dari para sedulur papat), kemudian kita fokuskan batin untuk bisa lebih jelas lagi melihat detail sosoknya, supaya penglihatannya jelas, tidak mengawang-awang. Usahakan untuk bisa lama memfokuskan batin, jangan sekelebatan lagi.

Dengan kata lain, dalam proses awal melihat gaib di atas kita meminta diberikannya gambaran awal dari sedulur papat, tapi kemudian kita sendiri (pancer) pertegas sendiri gambaran gaibnya sampai lengkap. Artinya, dalam melihat gaib itu kemampuan kita yang utama adalah pada pancernya untuk bisa melihat gaib (supaya pancernya bisa juga berperan sebagai roh, jangan hanya berperan secara biologis saja). Kalau masih sekelebatan saja, berarti pancer kita masih belum aktif berperan sebagai roh, kita hanya bisa menerima bisikan / gambaran gaib saja dari sedulur papat.

Sambil melakukan itu usahakan untuk juga bisa merasakan sifat-sifat watak mahluk halusnya, baik / jahat, apa tujuan keberadaannya, dsb, dengan mendengarkan bisikan ilham di pikiran kita (yang juga adalah pemberitahuan dari para sedulur papat). Dengan cara itu pancer dan sedulur papatnya saling berinteraksi.

Di tempat lain yang berpenghuni gaib mungkin kita juga akan mendapatkan pemberitahuan yang sama dari para sedulur papat berupa rasa berat di dada, merinding, dan sekelebatan gambaran wujud sosok gaib di lokasi itu, juga ilham dan bisikan gaib berupa sifat-sifatnya apakah baik / jahat, berbahaya ataukah tidak, dsb. Sesudahnya barulah kita (pancer) pertegas lagi untuk melihat detail sosok wujudnya.

Dengan melakukan latihan di atas berarti kita sudah dengan sengaja berlatih mendengarkan dan "tanggap" atas informasi yang disampaikan oleh sedulur papat kita. Usahakan untuk sehari-harinya kita juga "tanggap" atas informasi pemberitahuan dan komunikasi dari mereka berupa rasa dan firasat, ide dan ilham (dan mimpi). Dengan berbuat begitu maka sukma kita secara keseluruhan akan aktif memberikan manfaat dalam hidup kita. Kecerdasan batin kita akan tinggi dalam banyak hal, ide dan ilham mengalir lancar, dan kita tidak akan menemukan kebuntuan dalam kesulitan.

Rasa berat di dada adalah benturan energi sukma kita (kesatuan pancer dan sedulur papat). Itu adalah dasar dari "kekuatan rasa". Jika anda sudah mempunyai kekuatan sukma yang cukup tinggi, dengan menekan rasa, dengan kekuatan rasa, anda dapat melakukannya untuk mengusir mahluk halus atau untuk melakukan pembersihan gaib. Untuk melakukan itu anda perlu lebih dulu "membangun" kekuatan sukma dengan latihan olah energi atau dengan laku kebatinan / spiritual yang lain. Usahakan untuk lebih dulu berlatih membuat pagaran diri sebagai benteng anda dalam berhadapan dengan sesuatu yang gaib (baca : Pagaran Gaib).

Mungkin ada banyak kejadian dan fenomena yang anda alami ketika bermeditasi, yang Penulis tidak bisa menjelaskan satu per satu semua fenomena yang anda alami itu.

Latihan olah rasa di atas tujuannya adalah untuk mempertajam rasa dan insting dan untuk belajar fokus batin, jangan dipaksakan untuk langsung bisa melihat gaib seperti melihat gaib dengan mata ketiga. Khusus untuk bisa melihat gaib dengan mata ketiga itu Penulis ada menuliskan meditasinya di bagian akhir halaman berjudul Terawangan / Melihat Gaib , tetapi untuk keberhasilannya dituntut ketekunan yang lebih, karena tidak selalu mudah bagi semua orang untuk bisa berhasil dan tidak semua orang berhasil melakukannya.

Dalam latihan olah rasa di atas melihat gaibnya adalah dengan kepekaan rasa dan kontak energi.

Biarkan gambaran gaibnya mengalir di pikiran anda. Sesudah tampak gambaran gaibnya, barulah batin anda difokuskan kepadanya, sehingga penglihatan anda tidak mengawang-awang dan tidak berilusi. Jika anda sudah berhasil menguasainya maka kemampuan anda mendeteksi dan melihat gaibnya adalah yang disebut melihat gaib secara batin.

Rabaan tangan untuk mendeteksi keberadaan gaib yang kita lihat adalah untuk membantu kita supaya kita bisa lebih yakin dengan apa yang kita lihat dan bisa lebih pasti menentukan bahwa yang kita lihat itu benar ada dan benar berada di tempat posisinya yang kita lihat. Dengan demikian penglihatan kita itu tidak mengawang-awang dan penglihatannya benar, bukan ilusi / halusinasi.

Tujuan mendeteksi keberadaan energinya dengan tangan adalah untuk memastikan apakah benar sosok gaibnya itu berada di hadapan anda ataukah sebenarnya ada di samping kanan, kiri, dsb, sesuai gambaran gaib yang anda dapat, sehingga penglihatan gaib anda tidak mengawang-awang, ataukah sebenarnya mahluk halusnya tidak ada (hanya ilusi / halusinasi). Jika anda sudah memiliki kekuatan kebatinan / spiritual atau tenaga dalam, dsb, yang cukup tinggi, maka dengan cara kontak energi itu anda akan bisa berinteraksi langsung dengan mahluk halusnya untuk tujuan berkomunikasi, atau bahkan untuk bertarung mengusirnya (pembersihan gaib).

Mungkin kita bisa melihat contohnya di televisi dimana Ustad Soleh Pati selalu melakukan kontak rasa dan kontak energi untuk mendeteksi / melihat gaib, berinteraksi dan berkomunikasi dengan sosok-sosok halus, atau untuk menangkap / mengusirnya. Itu bisa menjadi bahan motivasi untuk kita bisa juga seperti beliau.

Jika dalam latihan olah rasa di atas anda menggunakan benda-benda gaib, misalnya keris atau batu akik berkhodam, jika anda memegang bendanya, akan lebih baik kalau anda menyalurkan energi di tangan untuk merasakan persentuhan dengan energi bendanya. Dengan cara itu biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya.

Untuk menayuh benda-benda gaib melalui fotonya, akan lebih baik jika dilakukan dengan cara sambil anda membayangkan benda aslinya anda menyalurkan energi di tangan untuk bersentuhan dengan energi benda aslinya di dalam fotonya, bayangkan benda di dalam foto adalah benda aslinya, sehingga biasanya kemudian akan ada kontak rasa dan akan terbayang sosok gaibnya seperti apa, termasuk tuah dan kekuatannya. Dengan sambil membayangkan / bersugesti pada benda aslinya nantinya pada fotonya itu anda juga bisa merasakan rasa setruman halus, panas / dingin di tangan anda yang menandakan apakah bendanya itu mengandung energi / berkhodam. Begitu juga kalau melihat foto orang, cara di atas dilakukan sambil membayangkan orang aslinya, bukan sekedar memperhatikan fotonya.

Cara-cara latihan olah rasa di atas serupa dengan cara-cara olah rasa dalam menayuh keris. Untuk belajar olah rasa, selain mengikuti panduan seperti cara-cara di atas, sebaiknya anda juga belajar olah rasa dalam menayuh keris, panduan latihannya sudah dituliskan dalam halaman yang berjudul  Ilmu Tayuh / Menayuh Keris untuk menambah variasi latihan untuk kematangan anda.

Sebaiknya juga anda belajar menayuh untuk melengkapi cara-cara anda mencari jawaban atas sesuatu yang menjadi pertanyaan anda atau atas suatu kejadian yang anda alami. Dengan cara olah rasa dan menayuh itu nantinya anda akan semakin mudah mencari jawabannya sehingga akan lebih jelas juga dalam membuat kesimpulan berikut solusinya untuk ditindaklanjuti barangkali saja ada sesuatu yang penting yang harus segera anda tindaklanjuti.

Cara-cara latihan di atas juga akan melatih rasa kepekaan dan ketajaman batin kita dalam banyak hal, dan termasuk juga menjadi salah satu cara untuk belajar "mendengarkan" (membaca) pikiran orang lain.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang dianggap tidak langsung, tidak seperti melihat dengan mata kepala kita, seringkali terjadi pada para pemula, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan atau hanya halusinasi saja.

Kelemahan itu bisa diatasi kalau saja kita bisa kuat lama dalam fokus batin (pancer) kepada sosok gaibnya dan bisa berinteraksi langsung secara energi (ada persentuhan / kontak energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat seperti dengan cara latihan di atas, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat ataukah sebenarnya hanya ilusi.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu, kegaiban batin dan sukma mereka selain bisa untuk mendeteksi suasana gaib di lingkungan mereka, mereka juga dapat menggerakkan kekuatan batin dan sukma mereka untuk mengusir / menyerang / menarik / menundukkan atau berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang hanya mengandalkan kepekaan rasa dan batin saja dan tidak punya kemampuan lain yang lebih dari itu.

Karena itu sebaiknya kita juga melatih "membangun kekuatan gaib", dengan cara olah energi, dengan latihan tenaga dalam murni atau meditasi energi (baca: Meditasi dan Energi), atau cara-cara kebatinan lain yang ada.

Jika anda sudah berhasil membangun kekuatan gaib, sudah mempunyai suatu kekuatan yang bisa digunakan di alam gaib, latihan olah rasa ini bisa ditingkatkan kualitasnya untuk membentuk kemampuan anda "bermain" di alam gaib, yaitu dengan latihan yang dicontohkan dalam tulisan berjudul  Meditasi Olah Rasa dan Energi. Satu hal yang harus diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan hal berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Yang penting : sama-sama selamat.

Bagi anda yang sudah mengikuti pelatihan tenaga dalam murni, dalam rangka mendeteksi keberadaan mahluk halus di atas anda dapat memancarkan energi anda melalui telapak tangan dan usahakan peka rasa untuk merasakan adanya persentuhan energi anda dengan energi sosok mahluk halusnya (sugestikan bahwa energi anda tidak bersifat menyerang atau mengganggunya, hanya bersentuhan saja). Dari persentuhan energi itu cobalah untuk menentukan bentuk wujud mahluk halus tersebut, besar-kecil tubuhnya, dsb.

Dalam penggunaan sehari-hari kepekaan rasa dapat digunakan untuk merasakan suasana alam di sekitar kita. Misalnya untuk mendeteksi rumah kita sendiri atau tempat kerja kita apakah berpenghuni gaib, apakah ada gaib-gaib yang tidak baik, apakah ada yang berpengaruh negatif terhadap suasana kerja dan kerejekian, dsb. Ataukah ada orang lain yang menggunakan cara-cara kegaiban untuk tujuan yang tidak baik, seperti untuk pengasihan, pelet, kewibawaan, penundukkan, dsb. Itu berguna untuk kita melatih juga ketahanan terhadap pengaruh gaib, juga pembersihan gaib, kalau bisa, untuk menangkal / mengusir gaib-gaib yang ditujukan untuk mempengaruhi kita sendiri atau orang lain dalam bentuk pengasihan, pelet, kewibawaan, penundukkan, atau yang tujuannya membuat sakit atau yang tujuannya untuk menjatuhkan.

Atau jika ada anggota keluarga atau teman kita yang sedang sakit. Dengan kepekaan rasa kita bisa mengetahui apakah anggota keluarga atau teman kita itu sakit fisik biasa dan alami saja ataukah sakit karena adanya gangguan / ketempelan / kesambet mahluk halus. Dengan demikian kita menjadi lebih tahu cara menyembuhkannya, apakah harus dibawa ke dokter ataukah harus dengan cara-cara kegaiban.

Dengan sudah terbukanya kepekaan rasa kita juga dapat memanfaatkannya di tempat kerja atau dimana saja. Kita akan lebih mudah mendapatkan jawaban-jawaban permasalahan dalam bentuk mengalirnya ide dan ilham, atau gambaran dan bisikan gaib. Permasalahan akan lebih mudah terpecahkan dan kita tidak akan terus terjebak di dalam kesulitan. Kita akan banyak mendapatkan pencerahan, tidak akan buntu di dalam kesulitan.

Sama dengan melihat orang lain atau fotonya, kita bisa merasakan apakah orang tersebut berwatak baik atau jahat. Begitu juga dengan mahluk halus dan khodam, kita juga bisa merasakan hawa teduh atau panas, baik atau jahat, berbahaya atau tidak, dsb.

Suasana gaib alam di sekitar kita yang berasal dari keberadaan "sesuatu" yang gaib, masing-masing rasanya akan berbeda antara keberadaan sesosok kuntilanak, jin, gondoruwo, juga berbeda bila ada mustika dan pusaka di alam gaib. Sosok-sosok halus yang kita rasakan keberadaannya juga bisa dikenali perwatakannya, apakah berwatak baik atau jahat, dari golongan putih ataukah hitam, juga bisa dikenali dari rasa energinya, apakah energi mahluk halus itu bersifat positif ataukah negatif (apakah energinya selaras dengan energi manusia ataukah justru bisa menyebabkan sakit-penyakit pada manusia).

Berarti tinggal ditambah lagi latihan kepekaan rasa, yaitu selain untuk mengetahui posisi keberadaannya dan melihat rupa sosoknya, juga belajar supaya bisa mengenali hawa / rasa energi masing-masing mahluk halus, karena masing-masing sosok halus mempunyai rasa sendiri-sendiri mengenai hawa / aura energinya yang juga melambangkan sisi perwatakannya.

Langkah awal latihannya adalah dengan berusaha mengenali perbedaan rasa energi sesosok mahluk halus yang berjenis laki-laki dengan yang perempuan, karena masing-masing rasanya berbeda. Sesudah terbiasa dan mahir, maka jika kita mendapatkan sosoknya perempuan (misalnya sosoknya seperti kuntilanak), tetapi dari hawa energinya terasa berasal dari sosok gaib laki-laki, maka itu bisa menjadi bahan kehatian-hatian kita, jangan-jangan sosok gaibnya sedang menipu kita, menampilkan sosok yang lain yang bukan aslinya. Ini akan juga melatih ketajaman insting kita supaya kita tidak mudah tertipu dengan apa yang kita lihat.

Tambahan :

Latihan pada tahapan awal olah rasa di atas tujuan utamanya adalah untuk kita belajar memisahkan antara pikiran dengan rasa dan batin. Tujuan akhir latihan olah rasa di atas adalah untuk membuka dan mengasah kepekaan rasa dan batin, mengasah kemampuan pancer dan sedulur papat supaya mampu juga berperan aktif sebagai roh, dan supaya sebagai roh mampu berinteraksi dengan roh-roh lain, tidak lagi hanya berperan secara biologis saja.

------------------------------------------------

Sudah banyak pembaca yang mengirimkan email tentang hasil latihan mereka bermeditasi olah rasa tersebut.

Ada orang yang mudah menjalankannya, sehingga latihannya bisa terus berlanjut sampai tahapan akhirnya, tapi ada juga yang mengalami kesulitan.

Yang kesulitan untuk berhasil dalam latihan tahap awalnya, yaitu masih belum bisa merasakan setruman halus di ujung-ujung jarinya, biasanya adalah karena orangnya masih belum bisa mengendorkan pikirannya untuk beralih mengedepankan rasa batinnya, belum bisa memisahkan pikiran dengan batinnya. Belajarlah untuk mengendorkan pikiran, jangan terus-terusan keras berpikir.

Ada juga yang sudah bisa peka rasa merasakan adanya setruman dari benda-berda "berenergi", tetapi tidak berhasil sampai bisa melihat gaib secara batin, komunikasi gaib atau kontak rasa dan batin dengan gaib, tidak berhasil menguasai kemampuan seperti disebutkan sampai tahap terakhir latihan meditasi di atas.

Biasanya yang mengalami kesulitan itu adalah yang ingin langsung bisa menguasai tahapan akhirnya.

Bagi yang mengalami kesulitan, sebaiknya tahapan latihannya dilakukan intens secara bertahap, setahap demi setahap sampai mahir pada masing-masing tahapannya, jangan buru-buru ingin cepat bisa dan jangan ada tahapan latihan yang disepelekan.

Secara keseluruhan, tujuan latihan olah rasa di atas adalah untuk melatih kepekaan rasa kita dan untuk membangkitkan indera keenam kita atas segala sesuatu yang bersifat gaib, atas segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera kita. Jangan semata-mata ditujukan untuk langsung bisa melihat gaib.

Kepekaan rasa adalah dasar yang harus lebih dulu dikuasai. Kalau itu tidak bisa dikuasai, kemungkinan besar akan ada kesulitannya ketika kita ingin belajar yang lebih tinggi lagi. Sesudah bisa peka rasa, akan lebih mudah untuk kita mempelajari yang lainnya, apalagi jika ingin mempelajari yang lebih tinggi lagi.

Yang jangan sampai dilupakan adalah bahwa latihan olah rasa di atas, termasuk sampai tujuan bisa melihat gaib, didasarkan pada keilmuan kebatinan, harus dilakukan dengan sugesti kebatinan, harus ada penghayatan pada setiap tahapan lakunya. Karena itu jangan terburu-buru melakukannya, dan jangan terburu-buru ingin cepat mencapai hasil.

Meditasi olah rasa di atas jangan disamakan dengan meditasi-meditasi lain yang biasa diajarkan orang, dan jangan disamakan dengan mewirid doa / amalan. Meditasi di atas punya tujuan sendiri dan menjalankannya harus dengan sugesti kebatinan. Semua lakunya harus dihayati.

Bagi para pembaca yang masih mengalami kesulitan dalam mencapai hasil akhir latihan di atas Penulis mengingatkan lagi bahwa ilmu kebatinan adalah jenis keilmuan yang mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukmanya, rohnya. Dan itu tidak selalu mudah bagi semua orang, karena tidak semua orang mampu "masuk" ke dalam dirinya yang terdalam, lebih banyak orang yang hanya mampu mengolah apa yang ada di luar, kulitnya saja, bukan yang ada di dalam, isinya. Dan jangan berharap ada jalan pintas atau belajar cara mudah dengan hanya menghapalkan dan mewirid amalan gaib dan mantra saja atau mengedepankan keampuhan khodam jimat dan pusaka.

Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan seseorang harus bisa mengedepankan batinnya, bukan pikirannya, untuk bisa peka rasa merasakan apa yang ada di dalam batinnya yang terdalam, dan dengan olah kebatinan potensi kegaiban kebatinan / sukma manusia itu digali lagi dan ditingkatkan kualitasnya, yang jika orangnya berhasil mencapai tingkatan tertentu kegaiban sukma manusia itu akan dapat melebihi kegaiban roh-roh gaib yang ada di bumi ini.

Dalam hubungannya dengan latihan kepekaan di atas berarti kita harus tahu dulu tujuan latihannya. Sesudah itu semua proses lakunya dihayati, membangkitkan potensi kepekaan kita. Tahap per tahap latihannya harus dihayati, jangan terburu-buru ingin cepat mencapai hasil. Apapun kepekaan yang sudah kita dapatkan, itu kita gali lagi, kita "masuk" terus semakin dalam ke dalam diri kita sendiri. Sesudah terbangkitkan kepekaannya kemudian ditingkatkan lagi kualitasnya, jangan mengambang dan jangan asal bisa.

Karena itu walaupun kelihatannya mudah dan sepele, tapi ternyata itu tidak selalu mudah bagi semua orang. Tidak semua orang mampu mencapai hasil yang baik. Tidak semua orang cukup tekun untuk masuk dan menggali potensi dirinya, lebih banyak orang yang inginnya cara mudah dan instan saja, hanya mengolah kulitnya saja.

Ilmu kebatinan memang seperti itu. Dan kalau anda ingin menekuninya, anda harus menempatkan sikap berpikir dan penghayatan anda dalam suasana kebatinan.

Berarti anda masih perlu menjiwai suasana keilmuan kebatinan.

Singkatnya, nuansa keilmuan kebatinan lebih mengedepankan rasa batin, banyak mengawang-awang, banyak mengendorkan pikiran, dan harus menghayati setiap proses lakunya, bukannya keras berpikir seperti merapal amalan dan mantra. Itu harus selalu dijiwai selama anda menjalankan sesuatu yang bersifat kebatinan.

Metode latihan olah rasa di atas memang sudah disusun sedemikian rupa sebagai metode latihan yang sangat sederhana, praktis dan efisien, juga sudah dibabarkan dengan bahasa yang juga sederhana, sehingga kelihatannya sepele, walaupun sebenarnya sangat efektif. Tapi walaupun kelihatannya sepele belum tentu kita benar bisa menguasainya.

Faktor terbesar dari para pembaca yang sudah bisa peka rasa merasakan adanya setruman dari benda-berda "berenergi" tetapi tidak berhasil menguasai kemampuan seperti disebutkan di tahap terakhir latihan meditasi di atas adalah karena menyepelekannya. Karena metode latihan di atas sudah sangat dipermudah, disusun sedemikian rupa untuk para pemula sehingga kelihatannya sederhana, kelihatannya mudah dimengerti, kelihatannya mudah dijalankan, maka para pembaca banyak yang merasa dirinya sudah "mengerti", merasa sudah bisa. Tapi sesungguhnya kalau belum dijalankan sendiri sampai terbukti sudah bisa, maka tidak bisa dikatakan ia sudah bisa. Itu hanya bersensasi saja, merasa bisa.

  • Merasa bisa belum tentu sungguh-sungguh kita bisa. Itu hanya perasaan kita saja yang merasa bisa.
  • Sudah bisa ataukah belum, itu harus dibuktikan dulu.
  • Dijalankan dulu sampai terbukti kita benar sudah bisa, ataukah nantinya ternyata kita masih belum bisa.
  • Diperlukan kemauan dan ketekunan kita untuk menjalankannya, jangan menyepelekannya.
  • Mudah-mudahan kita bukan hanya sekedar bisa, tapi benar-benar menguasainya.

Kalau kita mengikuti latihan di perguruan kebatinan lain, untuk latihan olah rasa kita akan diberikan program untuk bertirakat di tempat-tempat yang wingit dan angker untuk belajar merasakan kegaiban di tempat tersebut (semacam uji nyali atau seperti orang bertirakat ngelmu gaib / ngalap berkah). Yang seperti itu Penulis tidak prefer untuk level pemula. Akan merepotkan, memberatkan, dan berbahaya, tapi belum tentu efektif, karena belum tentu sesudahnya pesertanya langsung bisa peka rasa, langsung bisa mendeteksi keberadaan mahluk halus, apalagi melihat gaib. Yang dirasakannya mungkin hanya rasa takut saja dari adanya suasana gaib di tempat tersebut, belum lagi adanya tambahan resiko dari keberadaan gaib-gaib di tempat itu yang bisa membuat orangnya ketempelan, kerasukan, celaka, dsb yang gurunya sendiri pun belum tentu mampu menangkalnya.

Kepekaan rasa adalah dasar yang harus lebih dulu dikuasai. Kalau itu tidak bisa dikuasai, kemungkinan besar akan ada kesulitannya ketika kita ingin belajar yang lebih tinggi lagi. Sesudah bisa peka rasa, akan lebih mudah untuk kita mempelajari yang lainnya, apalagi jika ingin mempelajari yang lebih tinggi lagi.

Latihan awal olah rasa di atas tujuan utamanya adalah untuk belajar memisahkan antara pikiran dengan rasa dan batin. Walaupun kelihatannya sepele, tetapi jangan disepelekan. Sebaiknya dilatih dulu tahapan 1 di atas sampai anda berhasil mendeteksi setruman listrik di tangan dan di benda-benda gaib. Kalau itu sudah bisa, berarti anda sudah berhasil memisahkan antara pikiran dengan rasa.

Kalau anda masih kuat berfokus dengan pikiran, maka anda tidak akan merasakan apa-apa.

Kalau itu sudah benar dikuasai, barulah kemudian anda melangkah ke tahapan latihan berikutnya.

Begitu juga dengan latihan tahap 2 di atas, dikuasai dulu sampai mahir, barulah kemudian anda melangkah ke tahapan latihan berikutnya.

Kalau sudah bisa memisahkan pikiran dan rasa nantinya bisa dipraktekkan untuk kita memanipulasi pikiran kita sendiri. Dengan cara memanipulasi pikiran akan lebih mudah untuk kita bisa menghilangkan rasa sakit, sakit perut, pusing, dsb, dengan cara tidak merasakannya (tidak memikirkan rasa sakitnya). Atau ketika sedang dipijat refleksi, atau sedang diurut karena keseleo, akan lebih mudah untuk kita tidak terlalu merasakan rasa sakitnya. Kita juga akan lebih mudah untuk memanipulasi pikiran kita sendiri untuk tidak berlarut-larut dalam rasa sedih ketika putus cinta atau kasus lain yang membuat kita stress / depresi (bahkan kita bisa membalik perasaan dan pikiran untuk seketika melupakannya).

Kalau digunakan untuk mendeteksi mahluk halus, sebaiknya dicoba dulu untuk mendeteksi yang ada di kamar atau di bagian lain di rumah anda. Itu saja dulu yang anda coba deteksi. Jangan langsung mendatangi tempat-tempat yang banyak berpenghuni gaib atau tempat-tempat yang angker dan berbahaya.

Tujuan akhir latihan olah rasa di atas adalah untuk membuka dan mengasah kepekaan rasa dan batin.

Kepekaan rasa dan batin adalah dasar, tetapi pokok, di dalam semua keilmuan kebatinan dan spiritual. Manfaatnya luas, bukan hanya untuk tujuan melihat gaib dan tidak semuanya melulu berhubungan dengan mahluk halus. Tujuan utamanya adalah untuk mengaktifkan fungsi roh / sukma kita, pancer dan sedulur papat, supaya bisa juga berperan sebagai roh. Implementasinya akan bisa kita manfaatkan dalam banyak aspek di kehidupan kita.

Jika kepekaan rasa dan batin belum dikuasai, maka kita akan kesulitan dalam melangkah ke keilmuan kebatinan yang lebih tinggi.

Jika dihubungkan dengan mahluk halus, kalau sudah bisa peka rasa, dengan anda berdiam diri saja nantinya akan ada rasa / tanda / bisikan, dsb, tentang keberadaan mahluk halus di sekitar anda berikut posisi keberadaannya. Sesudahnya barulah ditindaklanjuti dengan interaksi energi atau dengan melihat batin untuk menegaskan sosok wujudnya.

Kontak rasa dan batin itu berarti membuka frekwensi gaib.

Awalnya kita menerima kontak rasa-batin berupa aliran ilham, anggap saja seperti radio - suara, rasanya seperti bisikan gaib / obrolan / komunikasi maya.

Kalau bisa ditingkatkan kualitasnya nantinya kita bisa menerima sinyal gambar, seperti televisi, bisa melihat gaib secara batin.

Tapi kalau sudah bisa kontak rasa / batin sebaiknya kita membatasi diri untuk tidak kontak dengan sosok-sosok gaib yang tidak baik, jangan sampai yang tidak baik itu menjadi perhatian kepada kita, atau malah mendatangi kita. Jadi kita harus peka rasa untuk bisa seketika itu juga menilai baik-tidaknya mahluk halusnya.

Perhatian :

Dalam latihan olah rasa di atas Penulis sangat menekankan supaya para pembaca yang interest untuk melatihnya supaya belajar keras untuk bisa membedakan mahluk halus yang baik dengan yang tidak baik. Itu adalah upaya kita untuk berhati-hati karena segala sesuatu perbuatan selalu saja ada resikonya. Termasuk juga walaupun selama ini kita tidak berhubungan langsung dengan sesuatu yang gaib, tetap saja kita beresiko mendapatkan gangguan gaib. Ada banyak kasus gangguan gaib yang dialami orang terhadap kesehatan dan psikologisnya yang sulit disembuhkan oleh dokter, karena sebenarnya sakitnya itu bukanlah semata-mata bersifat medis, tetapi adalah dari perbuatan gaib.

Dalam kita menerawang atau mendeteksi sesuatu yang gaib usahakan supaya secara otomatis kita bisa langsung mengetahui apakah yang sedang kita terawang itu perwatakannya baik ataukah tidak baik. Atau jika kita mendeteksi keberadaan gaib di sekitar rumah tinggal kita sebaiknya kita bisa juga menilai perwatakan gaibnya itu apakah baik ataukah tidak baik.

Sebaiknya anda juga belajar mendeteksi sesuatu yang negatif, sehingga kalau anda merasakan ada sesuatu yang tidak baik atau tidak "beres" anda bisa mencaritahu sumbernya dan bisa diupayakan penanganannya.

Jika dalam langkah awal kita sudah merasakan bahwa sosok gaibnya itu tidak baik wataknya, sebaiknya penerawangannya jangan dipertegas, jangan sampai karena adanya kontak rasa dan batin sesuatu yang tidak baik itu menjadi perhatian kepada kita, atau malah mendatangi kita. Karena itu untuk langkah awalnya lebih baik kalau kita menggunakan minyak jafaron dan membuat pagaran gaib untuk perlindungan kita.

Untuk perlindungan fisik anda bisa membentuk pagaran gaib yang sifatnya memfilter ataupun absolut.

Sebaiknya anda juga belajar membangun "ketahanan" gaib, baik fisik maupun psikologis, karena walaupun yang gaib-gaib itu tidak bisa menembus pagaran anda tetapi mereka masih bisa mempengaruhi pikiran anda.

Kalau sudah punya pagaran gaib tinggal anda memperkuat psikologis anda sendiri supaya tidak mudah dipengaruhi oleh sesuatu yang gaib, bukan hanya oleh gaib-gaib tingkat tinggi, termasuk juga yang kelas rendah yang banyak bersarang di pinggir jalan / laut / sungai. Diperlukan juga kekritisan anda untuk tanggap atas sesuatu yang tidak kelihatan mata. Semuanya itu akan menjadi ketahanan anda terhadap pengaruh gaib, termasuk juga akan menjadi ketahanan anda terhadap pengaruh ilmu pelet, pengasihan, kewibawaan, penundukkan, dsb yang dilakukan oleh orang lain.

Jika anda berkeinginan untuk mengasah indera keenam, kepekaan / ketajaman insting dan naluri (dan melihat gaib), sebaiknya anda membiasakan diri berdiam diri di tempat yang sepi dan gelap (seperti acara uji nyali di TV).

Latihan ini sebaiknya jangan dilakukan di tempat-tempat yang angker dan wingit seperti halnya orang-orang yang sedang bertirakat ngelmu gaib, tetapi lakukanlah di tempat yang aman di rumah kita sendiri seperti di ruang tamu atau di depan rumah kita sendiri dengan cara mematikan semua lampu ketika orang lain sudah tidur.

Di dalam kondisi normal yang terang penuh cahaya, tubuh dan sukma kita akan mengedepankan panca indera, penglihatan, pendengaran, dsb.

Di dalam kondisi yang sepi dan sedikit cahaya, tubuh dan sukma kita akan secara alami memunculkan kepekaan panca indera, penglihatan, pendengaran, dsb, supaya dalam kondisi sepi dan minim cahaya itu kita tetap bisa melihat, bisa mendengar, dsb.

Di dalam kondisi yang sepi dan gelap tanpa cahaya (gelap gulita), tubuh dan sukma kita akan secara alami memunculkan dan mempertajam kepekaan panca indera, penglihatan, pendengaran, dsb, supaya dalam kondisi sepi dan minim cahaya itu kita tetap bisa melihat, bisa mendengar, dsb.

Tetapi dalam hal kita sengaja berlama-lama berada dalam kondisi sepi dan gelap gulita itu yang mata kita tidak dapat melihat apa-apa, yang dalam kondisi itu panca indera kita tidak banyak berguna, maka secara otomatis sukma kita akan lebih banyak berperan daripada panca indera fisik kita, sukma kita akan mengedepankan indera keenam kita, yaitu kepekaan rasa dan batin, insting dan naluri. Karena sukma kita bersifat roh, maka aktivitas roh kita itu akan menjadikan kita lebih peka dengan hal-hal yang bersifat roh, menjadikan kita lebih peka terhadap keberadaan mahluk halus dan bisikan-bisikan gaib. Mungkin juga akan menjadikan kita bisa melihat gaib.

Kondisi di atas adalah kondisi kita tidak memejamkan mata, kondisi santai melihat di dalam kegelapan ketika kita sengaja berlama-lama di dalam kondisi yang sepi dan gelap gulita. Dalam kondisi itu sukma kita akan mempertajam kemampuan deteksinya terhadap sesuatu yang berada di "luar tubuh".

Jika kita ingin memunculkan aktivitas batin dan sukma yang sebenarnya, maka dalam kondisi di atas itu seharusnya kita memejamkan mata, "masuk" ke dalam diri kita sendiri, ke dalam batin kita sendiri. Kondisi ini akan lebih efektif "membangkitkan" aktivitas sukma kita dalam hal-hal yang bersifat gaib.

Karena itu aktivitas sengaja berlama-lama berada di dalam kegelapan di atas, yang tidak memejamkan mata, bisa kita jadikan latihan awal untuk kita mengasah kepekaan sukma kita. Sedangkan kondisi memejamkan mata bisa kita jadikan latihan tingkat lanjut untuk dengan sengaja memunculkan aktivitas sukma kita. Tetapi latihan di atas sebaiknya jangan dilakukan di tempat-tempat yang angker dan wingit seperti halnya orang-orang yang sedang bertirakat ngelmu gaib, tetapi lakukanlah di tempat yang aman di rumah kita sendiri seperti di ruang tamu atau di depan rumah kita sendiri dengan cara mematikan semua lampu ketika orang lain sudah tidur.

Bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan suasana hening ?

Yang gampang ya berdiam diri di tempat yang sepi.

Sesudah terbiasa hening, kemudian bisa dilanjutkan dengan mencari keheningan di dalam keramaian.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Olah Laku Kebatinan

Olah Laku Kebatinan

Ada tips sederhana untuk melatih kekuatan dan kekerasan batin dan mental sbb :

Di tempat yang berpenghuni mahluk halus, bila kita merinding, itu biasa. Tetapi bila kita bisa merasakan adanya tekanan di dada sampai kita merasa seperti sulit bernafas, berarti kita bisa merasakan keberadaan mahluk halus itu dengan rasa , ada semacam perbenturan energi di dada. Kondisi inilah yang kita inginkan untuk melatih kekuatan batin.

Tetapi bila kita merinding dan merasakan takut yang mencekam, berarti si mahluk halus memancarkan sinyal tidak menghendaki keberadaan kita disitu. Sebaiknya kita jangan menunjukkan perilaku yang tidak pantas, seperti sok berani tidak takut, apalagi menantang. Sebaiknya kita berhati-hati dan menghormati keberadaan mereka. Lebih baik kita menyingkir saja, cari aman. Yang penting sama-sama selamat.

Ada banyak jenis mahluk halus dan wujudnya pun bermacam-macam. Ada yang menyerupai manusia, ada juga yang menyerupai binatang. Ada yang menyeramkan, ada juga yang cantik / ganteng, enak dipandang. Tetapi walaupun sosoknya cantik / ganteng, tetap saja membuat takut. Sebenarnya yang membuat takut bukan semata-mata penampilannya, tetapi terutama adalah pancaran psikologisnya yang sengaja membuat takut manusia, sehingga walaupun manusia tidak melihat sosoknya, dan mahluk halusnya juga tidak menampakkan dirinya, tetapi pancaran psikologisnya itu sudah dapat membuat manusia lemas ketakutan atau bahkan pingsan.

Untuk melatih membangun kekuatan rasa dan batin, pada saat kita merasa dada tertekan seperti disebut di atas (dan tidak merinding ketakutan), cobalah tenangkan batin, tetapi jangan menenangkan nafas, biarkan nafas tetap tertekan. Rasa tertekan di dada itulah yang kita cari. Lebih bagus lagi bila pada saat itu kita juga merasakan tangan dan seluruh tubuh bergetar kencang. Itu adalah gerakan perlawanan dari sukma kita plus kundalini (sejenis tenaga dalam murni). Cobalah rasa dada tertekan itu dilawan, bukan dengan menenangkan nafas, tetapi dengan menekan nafas. Hirup nafas yang banyak dan tekan di dada sampai rasa tertekan di dada itu hilang. Bila perlu, lakukan sedikit gerakan tangan untuk bantuan (tangan mengepal dan badan dikeraskan). Dengan beberapa kali melakukan cara sederhana seperti itu saja kita sudah melatih membangun kekuatan rasa dan kekerasan batin. Setelah beberapa kali latihan, anda bisa merasakan sendiri adanya perbedaan pada diri anda.

Latihan di atas tujuannya adalah untuk menguatkan mental dan keyakinan, melatih kekerasan batin,  bahwa secara roh kita juga bisa berdiri berdampingan dengan mahluk halus lain. Harus ditekankan bahwa cara di atas tidak dimaksudkan sebagai sikap sok kuat, apalagi menantang, tetapi untuk menumbuhkan suatu keyakinan bahwa bumi ini adalah milik semua mahluk, sehingga selama kita tidak bersikap mengganggu atau menantang, maka kita akan bisa hidup berdampingan secara roh dengan mahluk halus lain. Cara di atas selain akan meningkatkan keyakinan / kekuatan batin, juga akan meningkatkan kekerasan batin, kekuatan sukma dan mengalirkan kundalini yang akan menguatkan dan menyegarkan tubuh kita.

Cara latihan di atas bisa diibaratkan seperti kita latihan bulu tangkis dengan mencari lawan latihan. Dengan sering melakukan latihan tanding dengan sendirinya kemampuan kita juga akan meningkat, sehingga yang awalnya kita belum mahir, lama-kelamaan kita terpacu untuk bisa mengimbangi permainan lawan.

Harus diperhatikan :  cara ini termasuk berbahaya. Lakukanlah secara hati-hati dan sopan. Pada saat kita latihan tersebut, jangan berpikir dan bersikap bahwa kita akan melawan mahluk halus tersebut (jangan sok kuat tidak takut, apalagi menantang),  tetapi tanamkan dalam hati bahwa kita hanya berusaha untuk belajar  menguasai / mengendalikan diri. Jika selama berada di tempat tersebut kita merasakan merinding dan rasa takut yang mencekam, itu berarti ada mahluk halus yang tidak suka dengan kehadiran kita disitu. Untuk amannya, sebaiknya kita menyingkir saja. Yang penting: sama-sama selamat.

Sejalan dengan latihan di atas, orang-orang yang tinggal di pedesaan atau di lingkungan yang sepi yang masih banyak tempat / pohon yang angker dan wingit, orang-orang yang terbiasa melewati atau mengunjungi tempat-tempat angker dan menakutkan, dan selalu berhasil menekan rasa takutnya, akan mempunyai kekuatan sukma dan kekerasan batin yang lebih dibandingkan orang-orang yang tidak berani mendatangi atau melewati tempat-tempat yang angker.

Untuk meningkatkan kekuatan batin dan keimanan juga harus disertai dengan usaha meningkatkan kekerasan batin dan kekerasan watak, sehingga kegaiban kebatinannya menjadi bulat menyatu dengan kepribadian kita, tidak mengambang dan tidak mudah melemah.

Dengan mengimani kebersamaan Tuhan dengan kita dan mengimani kuasaNya yang mengisi tubuh dan roh kita, jangan lagi kita merasa takut dengan kegelapan, roh-roh halus dan tempat-tempat angker, tetapi jangan juga bersikap sombong dan menantang  (jika kita masih takut dengan kegelapan / kesunyian, berarti kita tidak mengimani kebersamaan kita dengan Tuhan).

Kita bisa melatih kekerasan batin untuk tidak takut dengan kegelapan / kesunyian, tidak takut dengan   keberadaan mahluk-mahluk halus, tetapi harus ditekankan bahwa cara ini tidak dimaksudkan untuk menantang atau sok berani, hanya sebagai usaha untuk meningkatkan  kekerasan batin  dan  kekuatan batin  untuk ketahanan jiwa.

Rasa takut itu alami dan bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang-orang sakti dan yang sudah menekuni kebatinan. Tetapi harus disadari bahwa kalau kita masih takut dengan kegelapan / kesunyian dan masih takut dengan kehadiran mahluk-mahluk halus, berarti kekerasan batin kita lemah.

Untuk tujuan melatih kekerasan batin, untuk menekan rasa takut itu jangan digunakan amalan-amalan gaib atau doa-doa pengusir mahluk halus, tetapi tekankan pada kekerasan hati dan batin dan penghayatan kedekatan hati dengan Tuhan, yakin bahwa Tuhan memberikan kuasa dan kekuatan kepada kita untuk menjadi lebih kuat daripada sosok-sosok halus yang ada di sekitar kita (sebaiknya anda juga menjalankan laku seperti yang sudah dituliskan dalam halaman berjudul  Kebatinan dalam Keagamaan).

Setelah mendalami pemahaman-pemahaman, dasar-dasar dan tujuan kerohanian / kebatinan, tahapan laku selanjutnya dalam olah keilmuan kebatinan adalah melakukan laku-laku tertentu, tirakat dan amalan-amalan tertentu untuk meningkatkan kekuatan sugesti, kekuatan kebatinan, mendapatkan pencerahan-pencerahan, dan memahami sisi kegaiban (sisi yang tidak tampak mata) dalam kebatinan. Tirakat dan amalan-amalan juga dilakukan untuk memperdalam ilmu-ilmu tertentu, seperti ilmu untuk kekuatan, kesaktian, kekebalan, melihat gaib, terawangan gaib, berkomunikasi dengan roh halus, dsb. 

Pada jaman dulu, di Jawa, mayoritas keilmuan kesaktian tingkat tinggi, baik keilmuan kesaktian orang-orang dari golongan putih maupun yang dari golongan hitam (jahat), dominan didasari oleh kekuatan kebatinan, bukan ilmu gaib / khodam dan bukan tenaga dalam. Tetapi jenis dan aliran kebatinan yang ditekuni / dijalani oleh masing-masing orang tidak sama, tergantung alirannya masing-masing dan tergantung juga pada jenis keilmuannya masing-masing.

Sebagian orang yang mendalami ilmu kebatinan juga mempunyai khodam pendamping atau khodam ilmu yang berfungsi sebagai penambah kekuatan kegaiban ilmu kebatinannya. Dalam mengolah ilmu-ilmu kebatinan memang seringkali tidak dapat dipisahkan dari ilmu gaib dan ilmu khodam, karena semuanya berkaitan dengan kegaiban dan sumber kekuatan ilmunya juga bisa berasal dari roh-roh lain (khodam ilmu). Tetapi kegaiban ilmu pada orang-orang kebatinan itu dominan berasal dari kekuatan sugesti dan kekuatan kebatinannya sendiri, bukan dari khodamnya, karena kekuatan gaib dari roh-roh lain, termasuk amalan gaib dan mantra, hanyalah sebagai penambah kekuatan kegaibannya saja, bukan sesuatu yang diandalkan kegaibannya, tidak menjadi tempat bergantung ampuhnya ilmu.

Bila kita sudah mengerti dan menguasai suatu laku kebatinan, maka kita akan memiliki kekuatan gaib tertentu dari kebatinan kita sendiri untuk bermacam-macam keperluan. Bahkan penggunaan tenaga dalam pun akhirnya akan bermuara menjadi tenaga batin, karena dalam menggunakan tenaga dalam tidak lagi menggunakan perasaan atau pikiran, tetapi menggunakan rasa batin. Begitu juga adanya khodam, itu akan menambah sisi kegaiban dari perbuatan-perbuatan kebatinannya, yang untuk menggerakkan khodamnya itu tidak dilakukan dengan japa mantra atau amalan-amalan gaib, tetapi cukup dengan sambat saja (perintah langsung) atau khodamnya akan bekerja sendiri menyatukan diri mengikuti apa yang diperbuat orangnya (mengikuti sugesti kebatinannya) tanpa orangnya perlu terlebih dulu membacakan amalan dan mantra.

Pada tingkatan yang tinggi, kekuatan kebatinan ini dapat mewujudkan suatu kekuatan yang bahkan lebih kuat daripada kekuatan tenaga dalam dan khodam dan melakukannya pun tidak perlu lagi dibantu dengan amalan-amalan, gerakan-gerakan tangan atau kaki atau mengatur nafas, tetapi dilakukan dengan konsentrasi batin saja, bahkan dalam posisi tiduran atau duduk bersemedi pun bisa dilakukan. Bahkan ucapan-ucapan yang dilambari niat batin untuk terjadi, akan dapat benar terjadi, saking kersaning Allah. Kegaiban sukma dari kekuatan kebatinan itulah yang mewujudkan itu terjadi. Orang-orang yang sudah menjadi sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi  (manjur). Walaupun pewujudan kata-kata itu bisa juga dilakukan oleh orang-orang yang berkhodam, atau orang-orang yang dirinya ketempatan mahluk halus, atau yang menekuni ilmu gaib dan ilmu khodam (dan perdukunan), tetapi kemanjuran ucapannya itu bukan berasal dari kekuatan kebatinannya, tetapi dari khodamnya yang mewujudkan terjadinya kata-katanya itu.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Penghayatan Kebatinan

Penghayatan Kebatinan

Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya atas segala sesuatu aspek dalam hidupnya, termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan, karena di dalam masing-masing firman dan sabda juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Apa saja yang dihayatinya itu selanjutnya akan menjadi bersifat pribadi, akan mengisi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari, akan menjadi bagian yang sepuh dari kepribadiannya.

Orang yang memiliki hikmat dan penghayatan tertentu, biasanya psikologisnya akan menjadi lebih "sepuh".  Biasanya juga ia akan semakin banyak diam, semakin banyak "masuk" ke dalam dirinya, semakin banyak menggali dari dalam dirinya. Itulah yang disebut kebatinan.

Seseorang yang banyak menghayati isi hatinya, atau isi pikirannya, ia akan lebih banyak "masuk" ke dalam dirinya sendiri, menjadikan dirinya lebih "sepuh" dibandingkan jika ia mengabaikannya. Apa saja isi penghayatannya itu akan menjadi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari, akan menjadi bagian yang sepuh dari kepribadiannya.

Semua laku yang bersifat kebatinan di dalamnya selalu disebutkan tujuannya (termasuk tujuan sugestinya) dan selalu mengedepankan penghayatan, baik itu laku kebatinan kerohanian / ketuhanan / keagamaan, maupun yang bersifat keilmuan, bukan mengedepankan kepintaran berpikir dan berlogika, bukan sebatas terlaksananya bentuk laku formalnya, bukan juga mengedepankan amalan doa dan mantra. Pemahaman seseorang akan tujuan lakunya dan kualitas penghayatan dan penjiwaannya dalam lakunya itu, selain ketekunannya, akan sangat membedakan hasil dan prestasi yang mampu diraihnya dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Karena itu jika seseorang menjalani suatu laku yang bersifat kebatinan, baik kerohanian maupun keilmuan, selalu dituntut supaya orangnya memahami tujuan dari lakunya itu dan mampu menghayati lakunya, sehingga jika orang itu mengalami kesulitan dalam ia menjalani lakunya itu kemungkinan penyebabnya adalah karena ia belum bisa menghayati lakunya (atau belum tahu tujuan dari lakunya sehingga penghayatannya menjadi tidak tepat).

Jika seseorang sudah bisa menghayati lakunya, maka ia akan menemukan suatu rasa yang bersifat khusus, yang itu hanya ada dalam lakunya itu saja, tidak ada dalam aktivitasnya yang lain, yang kemudian setelah semakin didalami dan matang, maka itu akan mewujud menjadi kekuatan rasa.

Kekuatan rasa setelah semakin didalami dan matang, jika seseorang menerapkan itu dalam semua aktivitas kehidupannya maka semua perbuatan-perbuatannya akan mengandung suatu kegaiban yang akan bisa dirasakan perbedaan kegaibannya dibanding jika ia melakukan perbuatan yang sama dengan sikap batin yang biasa saja.

Pada tahap selanjutnya dalam penggunaan kekuatan rasa untuk melakukan suatu perbuatan dalam lakunya itu ia melakukannya dengan cara bersugesti, yaitu mengkondisikan sikap batinnya secara khusus , mendayagunakan penghayatan rasa untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, mendayagunakan kekuatan rasa.

Penghayatan,  olah rasa  dan  olah sugesti adalah dasar-dasar dalam keilmuan kebatinan dan spiritual, selalu ada dalam semua laku yang bersifat kebatinan dan spiritual yang itu harus lebih dulu bisa dikuasai oleh para pelakunya sebelum menapak ke tingkatan yang lebih tinggi. Sekalipun sudah banyak ilmunya, sudah tinggi kekuatan sukmanya, orang akan kesulitan menjajagi keilmuan kebatinan dan spiritual yang lebih tinggi jika kemampuan penghayatan, olah rasa dan olah sugesti belum dikuasai, karena itu adalah pondasinya.

Karena itu jika para pembaca ingin mempelajari dan menjalani suatu laku yang bersifat kebatinan dan spiritual, maka poin-poin di atas harus lebih dulu sudah dimengerti dan dikuasai dan harus diterapkan dalam lakunya itu supaya lakunya itu lebih bisa diharapkan keberhasilannya dibanding jika poin-poin itu belum dikuasai.

Pemahaman anda atas tujuan lakunya akan menuntun laku anda ke arah tujuan yang benar, penghayatan lakunya menjadi tepat, tidak mengambang mengawang-awang tak tentu arah. Dan selain ketekunan anda, kualitas penghayatan dan penjiwaan anda akan sangat membedakan hasil dan prestasi yang mampu anda raih dibandingkan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama.

Jika kita bisa menghayati lakunya, kita akan menemukan suatu rasa yang bersifat khusus, yang itu hanya ada dalam laku itu saja, tidak ada dalam aktivitas kita yang lain. Kualitas kita atas penghayatan dan penjiwaan itu akan sangat membedakan kondisi batin kita sebelum, selama dan sesudah kita melakukannya, akan ada pencerahan tersendiri dalam kerohanian kita dan itu akan membedakan kita dengan orang lain yang sama-sama melakukan aktivitas yang sama. Sesudahnya setiap kita menjalani laku yang sama diharapkan agar kita selalu mampu menghayati laku kita itu supaya juga dapat memperbaiki kualitas pencapaian kita. Kalau sesudah kita menjalani lakunya ternyata kita tidak mendapatkan pencerahan apa-apa, kemungkinan besar penyebabnya adalah karena kita belum tahu tujuan lakunya atau belum bisa menghayati lakunya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Kebatinan dan Kegaiban Sukma

Kebatinan dan Kegaiban Sukma

Pada orang-orang yang mendalami kebatinan ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal dari laku penghayatan kebatinannya itu, yaitu kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma, tetapi dalam sehari-harinya kedua jenis kekuatan gaib itu saling mengisi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi kegaiban sukma yang memampukan orang melakukan banyak perbuatan gaib dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.

Kekuatan kebatinan  akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran rasa atau tekanan di dada yang dapat diwujudkan menjadi energi yang mengisi kekuatan tangan, kaki dan tubuh (kanuragan), dapat diwujudkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam, atau menjadi kekuatan pikiran sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau mahluk halus. Dengan kepekaan kebatinan orang juga dapat mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk halus, peka rasa, peka firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge winarah dan kekuatan kebatinannya dapat mengendalikan kegaiban, tanpa perlu amalan gaib dan mantra.

Kekuatan sukma  akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Selimut energi ini melindungi seseorang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib, dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk kekuatan fisik (kanuragan), membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus, menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran / kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dapat juga disatukan dengan tenaga dalam yang sudah dimiliki. Kekuatan sukma itu akan melipat-gandakan kekuatan kanuragan dan kegaiban seseorang.

Kegaiban sukma merupakan gabungan dari kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma dan kegaibannya akan mendatangkan banyak ilham dan wangsit, dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi, peka sasmita  dan  weruh sak durunge winarah.

Seseorang yang peka dan tajam kebatinannya akan dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan suatu kehendak perbuatan gaib, dapat mengukur kekuatan orang lain, atau mengukur kekuatan sukma dan keilmuannya sendiri apakah lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus tertentu.

Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang itu merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya)  dan kegaiban sukma mereka akan menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. 

Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan mereka dengan Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, yaitu menyatu dengan Tuhan, dengan cara menyelaraskan hati dan jiwa mereka dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menyelaraskan jalan hidup mereka dengan jalan hidup, sifat-sifat dan kehendak Tuhan. 

Dengan laku kebatinan manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada tujuan kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat sejati manusia sesuai kehendak Tuhan, supaya nantinya setelah selesainya kehidupan manusia di dunia, manusia dapat kembali dan menyatu dengan Tuhan.

Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan orang-orang jawa itu sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sifat-sifat dan jati diri manusia yang sejati. Puncak-puncak kebatinan tersebut diwujudkan dalam nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.

Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kepercayaan kebatinan di Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri yang walaupun "isi" ajarannya serupa dan sejalan, tetapi menggunakan nama-nama ajaran yang berbeda-beda. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di daerah India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.

Walaupun istilah dan namanya berbeda-beda tetapi jika para penganutnya benar menekuni penghayatannya, ketekunannya itu akan membangkitkan kekuatan sukma yang tinggi dan dapat mendatangkan kuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan mukjizat tanpa perlu amalan / mantra dan bantuan khodam, walaupun para pengikut dan para penganutnya itu hanya orang awam biasa saja atau sudah menganut agama tersendiri.

Orang-orang yang mendalami kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu  kekuatan Sukma Sejati , roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia.  Mereka merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, suatu kekuatan yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi !  saking kersaning Allah.  Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari  jiwa yang menyembah Tuhan.

Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan dengan pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, tenaga dalam atau pun khodam, karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma seseorang. Kekuatan ini terkendalikan dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati, menjadi kekuatan dan kegaiban sukma. 

Sesuai tingkat kedalaman pemahaman dan keyakinan pada kesejatian diri dan pencapaian kekuatan kebatinan masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai  Sukma Sejati  seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain dan menempatkan dirinya tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain, bahkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud menyerang. Bahkan banyak di antara mereka yang selain mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).

Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka dengan kekuatan niat batin dan kehendaknya seseorang bisa menjadikan suatu kejadian gaib hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji dan khodam, sekti tanpo aji !   Kegaiban seorang yang linuwih dan waskita.  Dan semua perkataannya jadi ! saking kersaning Allah.  Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktian fisiknya, sulit orang menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya saja. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Kemampuan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu raga penuh keprihatinan untuk menempa batin dan sukmanya (puasa hati dan batin).  Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah yang disebut puasa ngebleng. Puasa ngebleng biasa dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan niat batin dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).

Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari keselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu keduniawian. Berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka. Melepaskan keterikatan roh dari tubuh biologis mereka, melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dulu mengalami kematian.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, secara batin melihat gaib dan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan suatu kemampuan yang menyatu dalam diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, gentur-nya laku prihatin dan tapa brata mereka.

Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan kegaiban sukma mereka menjadikan mereka berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu mantra, amalan gaib, aji-aji dan khodam.

Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dengan kemampuan sendiri, menyandarkan dan menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri dengan kegaiban roh-roh  duniawi.

Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batinnya yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah laku kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.

Di dunia kebatinan dan spiritual kemampuan memiliki ilmu dalam ilmu kebatinan dan olah sukma, termasuk melihat gaib / terawangan gaib, lebih banyak ditentukan oleh kegaiban sukma. Salah satu tanda bahwa sukma seseorang sudah memiliki kegaiban adalah sukmanya sudah bisa berperan sebagai roh, rohnya sudah bisa melihat / mendeteksi keberadaan roh lain. 

Setinggi-tingginya kekuatan sukma seseorang kemampuan sukmanya akan terbatas bila orang itu sendiri tidak melatih kegaiban sukmanya. Orang-orang kebatinan jaman dulu memiliki kegaiban sukma yang tinggi dari lakunya manembah, dari sukmanya yang menyembah Tuhan. Pada orang-orang itu peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari kegaiban sukma mereka, efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, laku prihatin, semedi dan tapa brata mereka.

Pada jaman sekarang ini salah satu cara kita melatih kegaiban sukma adalah dengan tekun menjalankan apa yang tertulis di tulisan berjudul Kebatinan Dalam Keagamaan. Itu bisa menjadi sarana kita memperdalam laku ketuhanan yang bila itu tekun dijalani, dan cara dan hasilnya sesuai dengan yang dituliskan disitu, sukma kita bisa menjadi sukma yang berkegaiban tinggi.

Karena itu untuk orang-orang yang ingin bisa melihat gaib tetapi tidak juga berhasil bisa melihat gaib, termasuk walaupun sudah dibukakan mata ketiganya dan sudah menjalankan banyak macam latihan untuk bisa melihat gaib lebih baiklah bila ia melatih kegaiban sukmanya dulu dengan cara yang disebutkan di atas untuk lebih dulu ia menggali potensi kegaiban rohnya.

Banyak orang yang benar mendalami penghayatan kebatinan, seperti mengikuti aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya terkandung kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya saja bahwa ketika seseorang menyerangnya, menyentuhnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri. Kegaiban sukma mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.

Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpo aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpo ngasorake, dsb, bukan lagi menjadi slogan-slogan filosofis kebatinan saja, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diterapkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Olah Kebatinan dan Olah Spiritual

Olah Kebatinan dan Olah Spiritual

Olah Kebatinan  berkaitan dengan ketekunan penghayatan kebatinan, pengolahan kekuatan penghayatan, kekuatan batin dan kegaiban kebatinan, ditambah dengan landasan filosofi kebatinan spiritual, seperti filosofi dalam cerita-cerita keagamaan, filosofi dalam cerita pewayangan, atau dalam kebatinan kejawen ada filosofi saudara kembar Sedulur Papat lan Kalima Pancer, ilmu Kasampurnan (kesempurnaan), konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb. 

Dalam menekuni kebatinan berbagai cerita dan filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan pemahaman kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan.

Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban, memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkannya dari ilham atau bisikan gaib (wisik / wangsit).

Secara sederhana batin diartikan sebagai sesuatu yang dirasakan manusia pada hatinya yang paling dalam.

Tetapi istilah batin dalam konteks keilmuan kebatinan tidak persis sama dengan kosa kata pengertian umum, karena pengertian batin dalam konteks keilmuan kebatinan lebih banyak arahnya kepada kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan.

Olah rasa dan olah sugesti adalah dasar-dasar di dalam keilmuan kebatinan-spiritual. Kemampuan olah rasa dan olah sugesti harus lebih dulu dikuasai sampai mahir sebelum orang mempelajari tingkatan keilmuan lain yang lebih tinggi, karena itu adalah pondasinya. Jika olah rasa dan olah sugesti tidak lebih dulu bisa dikuasai orang akan kesulitan ketika ia ingin mempelajari keilmuan kebatinan lain yang lebih tinggi,

Sebagai pemahaman dasar, keilmuan kebatinan adalah jenis keilmuan berdasarkan olah kebatinan untuk mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukma manusia, kegaiban rohnya, jangan disamakan dengan aliran ilmu gaib yang hanya mengandalkan amalan gaib, mantra dan khodam, atau yang hanya mengandalkan khodam jimat dan pusaka, dan jangan disamakan konotasinya seperti cerita perdukunan di televisi. 

Ilmu kebatinan adalah jenis keilmuan yang mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukmanya, kegaiban rohnya. Dan itu tidak selalu mudah bagi semua orang, karena tidak semua orang mampu "masuk" ke dalam dirinya yang terdalam, lebih banyak orang yang hanya mampu mengolah apa yang ada di luar saja, kulitnya saja (ilmu kulit), bukan yang ada di dalam (ilmu dalaman). Dan jangan berharap ada jalan pintas dan belajar cara mudah dengan hanya menghapalkan dan mewirid amalan gaib dan mantra saja, atau berpuasa, berprihatin, tirakat, meditasi atau mengandalkan keampuhan khodam, jimat dan pusaka saja.

Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan orang harus bisa mengedepankan rasa batinnya, bukan pikirannya, untuk bisa peka rasa merasakan apa yang ada di dalam batinnya yang terdalam. Dengan olah kebatinan potensi kegaiban kebatinan / sukma manusia itu digali dan ditingkatkan kualitasnya, yang bila berhasil mencapai tingkatan tertentu yang tinggi, orang tidak lagi perlu mengandalkan diri pada adanya khodam, karena kegaiban sukma manusia akan dapat melebihi kegaiban roh-roh gaib apapun yang ada di bumi ini.

Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan dan kegaiban jangan sekali-kali menyombongkan nalar dan logika, atau kepintaran dan kejeniusan berpikir. Tidak semua orang dengan pikirannya mampu mencerna sesuatu yang hanya bisa diinderai dengan rasa dan batin, sesuatu yang nyata ada, tetapi tidak kelihatan mata, sehingga banyak hal-hal gaib dan ilmu gaib sering dikatakan orang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dianggap klenik, mitos, tahayul atau pengkultusan.

Dalam olah kebatinan dan kegaiban yang lebih banyak berperan adalah rasa dan batin (olah rasa dan olah batin, bukan olah pikiran) dan kecerdasan batin (bukan kejeniusan). Jika terlalu mengedepankan sikap berpikir, maka sesuatu yang mudah diinderai oleh orang yang peka rasa akan sulit sekali diinderai oleh orang yang terlalu mengedepankan sikap berpikirnya. Dalam hal ini semua kegaiban itu bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi akalnya saja yang tidak sampai, akalnya saja yang tidak mampu mencerna. Mampu mencerna saja tidak, apalagi menciptakan alat-alat modern untuk membuktikan kebenaran atas hal-hal gaib.

Dalam hal ini sudah terjadi kesalahan metode dan sikap berpikir. Hal-hal kegaiban hanya bisa diinderai dengan rasa dan kecerdasan batin, bukan dengan pikiran atau kejeniusan berpikir, apalagi sok berlogika. Secara logis semua fakta dan bukti-bukti empiris harus didapatkan dulu dengan olah rasa dan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran. Orang harus bisa peka rasa untuk menginderai kegaiban, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran. Itulah metodenya sehingga kemampuan gaib dan ilmu-ilmu gaib bisa dikembangkan.

Sebenarnya tidak harus setiap orang menjadi seorang yang mumpuni dalam hal kegaiban, karena semuanya tergantung pada unsur interest dan aspek manfaat bagi masing-masing orang, tetapi sebaiknya minimal kita bisa peka rasa supaya bisa merasakan dan mengetahui sesuatu yang sifatnya negatif yang akan atau sedang terjadi pada dirinya sendiri maupun keluarga dan orang-orang terdekatnya, supaya kemudian bisa melakukan tindakan preventif yang diperlukan. Jangan membodohi diri dengan menganggap semua kejadian di dunia manusia bisa dinalar dan bisa ditangani dengan cara-cara dan peralatan modern, apalagi cara-cara dan peralatan modern pun masih mempunyai keterbatasan, tidak mampu untuk digunakan mendeteksi, apalagi menangani, hal-hal yang terkait dengan kegaiban. Kebatinan / kegaiban dan cara-cara modern tidak saling menggantikan, tidak saling menghapuskan, tetapi saling melengkapi kekurangan masing-masing.

Olah Kebatinan  berkaitan dengan pengolahan potensi kebatinan manusia, potensi kegaiban sukma manusia.

Olah batin, yang bersifat keilmuan, adalah tingkatan selanjutnya dari olah rasa. Kekuatan yang dihasilkan juga bukan lagi kekuatan fisik atau tenaga dalam, tetapi kekuatan kebatinan. Dalam olah batin ini orang hanya sedikit saja melakukan olah gerak atau olah nafas. Yang banyak dilakukan adalah olah laku penghayatan untuk mempertajam kepekaan dan meningkatkan kekuatan kebatinan, dengan perenungan-perenungan, berpuasa, menyepi, tirakat dan laku prihatin, amalan-amalan dan doa-doa kebatinan, semedi, tapa brata, dsb.  Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di bawah pusar sampai ke ubun-ubun.

Dalam olah batin kita mengolah potensi kebatinan, yaitu potensi kekuatan dan kegaiban roh kita, sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan roh sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, olah kepekaan rasa untuk tanggap firasat dan sasmita, olah kekuatan, kepekaan dan ketajaman kebatinan, penghayatan keyakinan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.

Seperti yang sudah kita ketahui, ada roh gaib di dalam diri kita sendiri, yaitu sukma kita, kesatuan roh sedulur papat dan pancer kita  (baca: Sedulur Papat Kalima Pancer).  Kekuatan dari roh gaib kita sendiri itulah yang utama diolah dalam olah batin. Jadi inti dari olah kebatinan, yang bersifat keilmuan, adalah mengolah kekuatan kita sendiri, yaitu kekuatan dari roh / sukma / batin. Kegaiban yang kemudian dihasilkan adalah juga dari diri kita sendiri, kegaiban sukma kita sendiri, bukan kegaiban dari gaib lain seperti jin atau gondoruwo (khodam ilmu / prewangan) seperti dalam ilmu gaib dan ilmu khodam. 

Unsur penting dalam ilmu kebatinan adalah olah  rasa  dan  sugesti  (untuk mengsugesti diri sendiri atau orang lain). Olah rasa dan olah sugesti biasanya diawali dengan orang melatih kepekaan batin (olah rasa) dengan mempelajari kegaiban alam, mendatangi dan bertirakat di tempat-tempat yang angker / wingit, dan melatih peka lingkungan gaib seperti dalam tulisan Olah Rasa dan Kebatinan  dan mempelajari kegaiban benda-benda pusaka dan jimat dan melatih mengsugesti kegaibannya (cara mudahnya adalah dengan cara-cara yang dicontohkan dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris).

Olah Spiritual  berkaitan dengan pengolahan potensi spiritual manusia, olah kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang gaib, asal-usul tentang sesuatu, kejadian-kejadian pada masa lalu atau kejadian-kejadian yang akan datang, sampai olah kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang tidak tampak mata dan berdimensi gaib tinggi. Dalam mempelajari sesuatu, dalam olah laku spiritual orang akan mempelajari bukan hanya sebatas kulitnya saja, tetapi juga sampai kepada hakekat kesejatiannya. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.

Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang dilakukan bersama-sama, satu kesatuan laku yang tidak terpisahkan.

Biasanya orang menekuni dunia spiritual bersamaan atau sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya. Termasuk dalam laku kebatinan untuk kanuragan / kesaktian, olah spiritual dilakukan bersamaan atau sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya untuk menelisik lebih dalam sisi spiritual / kesejatian dan potensi dari keilmuannya. Begitu juga dalam hal kebatinan ketuhanan, biasanya lakunya kemudian dilanjutkan menjadi laku kebatinan-spiritual ketuhanan, untuk menelisik kesejatian dan potensi dari laku ketuhanannya. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus sisi kebatinan dan spiritualnya, kekuatan kebatinan dan kekuatan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.

Biasanya walaupun proses laku yang dijalani oleh seseorang adalah olah kebatinan, tetapi lakunya itu adalah kombinasi dari kebatinan dan spiritual, dan aspek pengetahuan yang dicapainya adalah juga pengetahuan yang bersifat kebatinan dan spiritual. Dalam setiap sisi kebatinan yang ditekuni seseorang selalu terkandung makna spiritual yang juga harus dikuasai. Dan penggunaan kekuatan kebatinan biasanya juga disalurkan melalui kekuatan pikiran, sehingga biasanya orang-orang yang menekuni kebatinan, laku kebatinannya itu bukan hanya membentuk kekuatan kebatinan, tapi juga membentuk kekuatan gaib spiritual. Dan biasanya para tokoh kebatinan dan para praktisi kebatinan, orang-orang yang benar-benar menekuni kebatinan, biasanya mempunyai kemampuan spiritual juga.

Pengetahuan yang didapat dari laku kebatinan bersifat dalam, berupa penghayatan kesejatian akan sesuatu, sehingga pengetahuannya itu tidak dangkal, tidak mengawang-awang, tidak berisi dogma dan pengkultusan, yang pengetahuan itu akan juga bisa dibuktikan oleh orang lain yang sama-sama mempelajari kesejatiannya. 

Pengetahuan yang didapat dari laku spiritual adalah kelanjutan pencarian kesejatian yang lebih tinggi dari suatu objek pengetahuan yang kesejatiannya secara kebatinan sudah diketahui, ditindaklanjuti lagi untuk menelisik kesejatiannya yang lebih tinggi.

Karena itu orang-orang yang tekun di dalam olah kebatinan dan spiritual akan memiliki penghayatan atas sesuatu secara mendalam, sekaligus juga tinggi, dibandingkan pemahaman orang lain yang umum atas suatu objek yang sama.

Orang-orang yang menekuni suatu olah kebatinan biasanya memahami aspek spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual lain yang lebih tinggi biasanya tidak ditekuni, karena biasanya lakunya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja sesuai yang diajarkan kepadanya. Tetapi para tokoh kebatinan, dan yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam dan juga memiliki spiritualitas yang tinggi.

Dalam proses awal laku kebatinan-spiritual orang memusatkan perhatiannya secara batin, mengedepankan rasa dan kebatinan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di kepala, mempertegas apa yang ada di "awang-awang", untuk menindaklanjuti ide / ilham dan bisikan gaib / wangsit, untuk mempelajari lebih lanjut kesejatian spiritual dari sesuatu yang di "awang-awang" itu sampai kepada aspek hakekatnya. Selanjutnya berdasarkan semua objek pengetahuan yang sudah dikuasai dengan mendayagunakan aliran ide / ilham sebagai sumber inspirasinya ia akan melanjutkan pencariannya kepada objek-objek pengetahuan selanjutnya hingga ke dimensi spiritual yang lebih tinggi lagi. Karena itu kebanyakan laku kebatinan dan spiritual seseorang akan menciptakan suatu kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan, mengantarkannya menjadi seorang yang linuwih dan waskita.

Seseorang yang menjalani laku kebatinan akan merasakan "energi" kekuatan kebatinannya di dada. Sesuai penguasaan dan pencapaiannya "energi" kekuatan kebatinannya itu akan mengisi kekuatan tangan, kaki, tubuh (kanuragan), menjadi kekuatan gaib yang melipatgandakan kesaktian seseorang. Kegaiban sukma dari laku kebatinannya akan juga membentuk dirinya menjadi seorang yang linuwih dan waskita. Dalam praktek penggunaannya selain kekuatan kebatinannya mengisi tubuh, kekuatan itu juga dipusatkan di kepala, menjadi kekuatan pikiran / spiritual.

Pada jaman dulu orang-orang yang sedang khusus menjalani laku kebatinan dan spiritual biasanya akan melakukannya dengan jalan menyepi, berpuasa, semadi, atau tapa brata. Selain dilakukan dengan tujuan mendapatkan pencerahan spiritual yang terkait dengan kesaktian atau dunia spiritual, kekuatan dari laku kebatinan dan spiritual mereka itu akan menambah tinggi kekuatan kesaktian / kanuragan mereka dan sekaligus juga menambah tinggi kekuatan sukma dari laku kebatinan dan spiritual mereka.

Tidak seperti di jaman sekarang yang orang memandang olah spiritual sebagai jenis keilmuan tersendiri yang berbeda dengan olah kebatinan yang kemudian secara khusus diajarkan / diwujudkan dalam kursus / perguruan meditasi pembangkitan kundalini, reiki, dsb, pada jaman dulu orang-orang yang benar menekuni dunia spiritual akan memahami bahwa olah laku kebatinan dan olah spiritual adalah sesuatu yang menyatu, merupakan satu kesatuan laku yang salah satunya tidak boleh diabaikan.

Ilmu kebatinan dan ilmu spiritual bukanlah jenis-jenis keilmuan yang berdiri sendiri-sendiri. Begitu juga dengan olah lakunya. Laku olah kebatinan biasanya dilanjutkan dengan olah spiritual, atau olah spiritual biasanya adalah kelanjutan dari laku kebatinan seseorang. Penggunaan kekuatan spiritual juga sebenarnya adalah kekuatan kebatinan yang kekuatannya difokuskan di kepala. Kekuatan spiritual dan tingkat spiritualitas seseorang akan lemah jika tidak didasari oleh olah kebatinan. Olah laku kebatinan merupakan pondasi bagi kemampuan spiritual seseorang.

Dengan demikian laku olah spiritual biasanya dijalani orang bersama-sama atau merupakan kelanjutan dari laku kebatinan, sehingga olah spiritual itu sebenarnya bukanlah suatu jenis ilmu yang berdiri sendiri yang dipelajari secara tersendiri (seperti yang pada masa sekarang diajarkan dalam pelajaran praktis meditasi kundalini dan reiki), tetapi sebenarnya berhubungan dan menjadi satu kesatuan dengan olah kebatinan dan merupakan tindak lanjut dari laku kebatinan. Dengan demikian seseorang yang menjalani laku spiritual biasanya adalah bagian dan kelanjutan dari laku kebatinannya dan seseorang yang menjalani laku kebatinan biasanya juga menguasai tingkat spiritualitas tertentu sesuai pencapaian spiritualnya pada bidang interest-nya masing-masing.

Karena itu jika kita sudah masuk ke dunia kebatinan sebaiknya kita juga mempelajari sisi spiritual dari apa yang sedang kita jalani, supaya kita juga mengetahui secara mendalam apa yang sedang kita jalani itu dan bisa mengetahui potensi dan arah pengembangannya dari apa yang menjadi interest kita itu.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.

Olah Batin dan Kebatinan

Olah Batin dan Kebatinan

Di dalam halaman ini dituliskan pengertian kebatinan dan ilmu kebatinan.

Di dalam penulisan-penulisan bertema kebatinan dan spiritual Penulis ingin menekankan bahwa pengertian kebatinan dan spiritual bersifat luas, bukan hanya kebatinan dan spiritual kegaiban, ilmu kebatinan dan ilmu spiritual, ilmu gaib kejawen atau ilmu-ilmu duniawi lainnya, tetapi juga kebatinan dan spiritual keagamaan / ketuhanan yang dijalani oleh banyak orang, dan tergantung juga pada para pelaku yang bersangkutan apakah kemampuan yang terbangkitkan, jika ada, termasuk dari lakunya berkebatinan keagamaan / ketuhanan itu apakah akan digunakannya murni untuk urusan keagamaan / ketuhanan ataukah juga akan digunakannya untuk tujuan keilmuan dan kegaiban.

Kebatinan Bersifat Universal

Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya atas segala sesuatu aspek dalam hidupnya, termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan, karir dan pekerjaan, kehidupan keluarga dan kehidupan sosialnya. Apa saja yang dihayatinya itu bersifat pribadi, akan mengisi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari. Apa saja yang dihayatinya itu akan menjadi bagian dari kepribadiannya.

Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan / spiritual, atau keagamaan dan aliran kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam. Di dalam kebatinan masing-masing orang terkandung keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat pribadi, prinsip dan sikap hidup pribadi. Kebatinan melandasi kehidupan manusia sehari-hari, menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya sehari-hari.

Kebatinan bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga sikap batin atas segala sesuatu yang dipercaya dan diyakini oleh sekelompok masyarakat. Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan legenda, atau kepercayaan keagamaan dan kerohanian, tetapi lebih dari itu. Karena itu kebatinan dan spiritual jangan dipandang secara sempit dan dangkal dengan hanya menganggapnya sama dengan keilmuan kebatinan / spiritual, atau hanya menganggapnya sama dengan aliran kepercayaan.

Kebatinan termasuk juga mengenai penghayatan atas apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati dan batin, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb, dan di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan dan spiritual yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan hati yang dirasakan orang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika sengaja dilatih dan diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.

Sebagian besar penghayatan kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan (manunggaling) dan keselarasan dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan laku berprihatin, menjauhi (tidak mengutamakan) kenikmatan hidup keduniawian, menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang dan menyelaraskan cara hidup mereka dengan cara hidup yang menjadi kehendak Tuhan.

Dan di dalam sikap hidup orang berkebatinan ada laku-laku dan ritual yang dilakukan orang. Contohnya adalah  laku dan ritual di dalam orang beragama dan beribadah seperti laku memperingati hari-hari besar agamanya, mengikuti perkumpulan doa / pengajian, tahlilan, dsb, atau laku-laku kebatinan dalam kepercayaan dan tradisi seperti yang dilakukan masyarakat budaya kejawen seperti mengadakan peringatan suroan, selametan, bersih desa, sekatenan, dsb. Ada juga laku-laku kebatinan pribadi sesuai kepercayaan kebatinan masing-masing orangnya, seperti puasa mutih, puasa senin-kamis, wetonan, wiridan / zikir, mengaji, dsb. Tetapi tidak semua sikap dan laku orang dalam berkebatinan selalu tampak dalam laku-laku yang kelihatan mata seperti itu, karena kebatinan terutama berisi sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu terwujud dalam laku dan ritual yang kelihatan mata. Lebih banyak yang bersifat pribadi daripada yang kelihatan mata.

Secara tradisional sikap kebatinan di dalam masyarakat banyak yang diwujudkan dalam bentuk cerita-cerita legenda, mitos dan tahayul, dan pengkultusan. Tetapi secara pribadi setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan spiritual sendiri-sendiri dan secara positif sikap kebatinan tentang budi pekerti, sopan santun, tata krama dan adat istiadat, menjadi tatalaku dan aturan yang harus dijalankan oleh semua anggota masyarakat dalam kehidupan yang berperadaban, yang itu secara tradisional sudah banyak diwujudkan menjadi hukum adat, dan dalam kehidupan yang lebih modern itu menjadi dasar dari sistem hukum modern. Sikap dan pandangan hidup yang sederhana, tradisional, sampai yang rasional dan modern, sikap hidup manusia di negara-negara yang terbelakang sampai di negara-negara maju dan modern, itu adalah sikap-sikap kebatinan yang mengisi kepribadian masing-masing manusianya dalam hidup mereka sehari-hari. Kebatinan bersifat universal.

Kesalahpahaman Tentang Kebatinan

Pada masa sekarang ini sudah jarang ada orang yang menekuni olah kebatinan, bahkan jarang sekali ada orang yang memiliki pemahaman yang benar tentang kebatinan, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi dan bisa mengajarkan / menularkan keilmuan kebatinannya itu kepada orang lain. Pemahaman tentang kebatinan saja belum tentu benar, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi. Lebih banyak orang yang hanya bisa membuat dogma dan pengkultusan saja tentang kebatinan dan elemen-elemen di dalamnya, tetapi tidak mampu menelisik benar-tidaknya, apalagi mengetahui sendiri kesejatiannya, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi yang menjadi syarat dasarnya.

Karena itu pada masa sekarang banyak sekali terjadi kesalah-pahaman dan pendegradasian dalam citra dan pemikiran orang tentang kebatinan. Sebagian berupa pencitraan pengkultusan yang bersifat melebih-lebihkan, sebagian lagi berupa pencitraan negatif (dan fitnah) yang menjelek-jelekkan kebatinan.

Ada pengkultusan dogmatis orang tentang kebatinan yang mengatakan bahwa jika ingin belajar kebatinan orangnya harus sudah lebih dulu bisa membersihkan hati dan batinnya. Dan dikatakan kebatinan hanya cocok untuk orang-orang yang kepribadiannya sudah sepuh saja (dikatakan yang usianya sudah 50 tahun atau lebih). Padahal olah laku dan penghayatan kebatinan itu justru adalah sarana untuk orang membersihkan hati dan batinnya dan sarana untuk orang membentuk kepribadian yang sepuh. Jangan menjadi orang yang berumur tua tetapi tidak sepuh.

Dalam pengkultusan itu kebatinan dan ilmu kebatinan dianggap sebagai sesuatu yang baik dan mulia. Bahkan ada yang mencitrakannya sebagai ilmunya orang-orang mulia jaman dulu, ilmunya para Wali, sufi, aulia, dsb. Padahal sama dengan jenis keilmuan yang lain, tidak semuanya kebatinan dan ilmu-ilmunya bersifat baik, tergantung siapa pelakunya dan apa saja isi laku dan tujuannya, karena ada juga penghayatan kebatinan dan ilmu kebatinan aliran hitam (aliran jahat / sesat) yang pada jaman dulu sudah memunculkan orang-orang sakti golongan hitam (golongan jahat).

Tetapi pada jaman sekarang ini pencitraan orang terhadap kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan kebanyakan bersifat negatif. Ada yang niatnya sebenarnya tidak negatif, tapi ternyata perbuatannya itu sudah membuat rendah arti dan citra kebatinan. Ada juga pencitraan orang yang sifatnya sengaja menjelek-jelekkan (dan fitnah).

Ada orang-orang yang ilmunya sebenarnya adalah aliran ilmu perdukunan, ilmu gaib / khodam, dan ilmu gaib kejawen tetapi mengaku-aku bahwa ilmunya adalah kebatinan, karena tidak mau ilmunya dikatakan klenik / perdukunan, atau tidak mau dikatakan menduakan Tuhan, bersekutu dengan selain Allah. Pengakuan mereka itu sudah menyebabkan ilmu kebatinan dianggap orang sama dengan ilmu klenik perdukunan, dianggap sama dengan ilmu gaib / khodam dan ilmu gaib kejawen yang identik dengan amalan dan mantra, dan sesaji, dan mahluk halus khodam / prewangan dan keris. Dan orang yang sedang ngelmu gaib, bertirakat di tempat-tempat angker, atau yang sedang ngalap berkah, dianggap orang itu sedang menjalani laku kebatinan.

Selain itu banyak juga orang yang sengaja mempertentangkan kebatinan dengan agama, memandang secara sempit kebatinan hanya sebagai aliran kebatinan/kepercayaan, atau menganggapnya sama dengan paham animisme/dinamisme, dianggap musuh dari agama, yang harus diberantas, karena dianggap bisa merusak keimanan seseorang.

Begitu juga dengan banyaknya tulisan yang membabarkan kebatinan dan spiritualitas kejawen. Tulisan-tulisan itu kebanyakan adalah sudut pandang orang jaman sekarang tentang kebatinan dan spiritualitas jawa, hanya mengupas wejangan-wejangan dan petuah-petuah kesepuhan jawa saja, hanya mengupas kulitnya saja, tidak sungguh-sungguh masuk ke dalam kebatinan dan spiritualitas kejawen yang sesungguhnya.

Begitu juga dengan maraknya tulisan-tulisan orang tentang ilmu kebatinan jawa yang itu sebenarnya adalah ilmu gaib kejawen, bukan ilmu kebatinan jawa. Malah dalam tulisan-tulisan itu banyak orang yang menganggap ilmu kebatinan sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau dianggap sama dengan keilmuan perdukunan, sehingga orang-orang yang ilmunya adalah limu gaib kejawen, ilmu perdukunan, atau termasuk aliran ilmu gaib dan khodam banyak yang mengaku-aku bahwa ilmu mereka adalah ilmu kebatinan. Tapi sebenarnya itu keliru. Ilmu kebatinan sama sekali tidak bisa disamakan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, apalagi perdukunan, karena sifat keilmuannya berbeda.

Yang sekarang masih banyak dijalani dan dipraktekkan orang, yang sering dikatakan sebagai ilmu kebatinan, seperti ilmu kejawen atau ilmu Islam kejawen, kebanyakan proporsinya sebagai ilmu kebatinan sangat kecil, mungkin 10%-nya saja tidak sampai. Sekalipun di dalam ilmu-ilmu tersebut ada banyak bentuk laku keilmuan yang mirip, seperti adanya mantra dan amalan-amalan gaib, laku prihatin, puasa dan tirakat, dsb, ilmu-ilmu itu sebenarnya lebih banyak bersifat sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam, bukan kebatinan.

Pada jaman sekarang konotasi pemahaman orang tentang ilmu kebatinan memang adalah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, sejenis ilmu kegaiban yang penuh dengan amalan gaib dan mantra, yang konotasinya sama dengan ilmu perdukunan, yang dalam prakteknya sangat mengandalkan wiridan doa amalan dan mantra-mantra. Apalagi banyak pelaku ilmu gaib dan ilmu khodam yang sering mengatakan bahwa ilmu mereka adalah ilmu batin / kebatinan. Tetapi ternyata sebenarnya tidak begitu. Ilmu kebatinan tidaklah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam.

Mengenai pengertian ilmu gaib dan ilmu khodam, supaya kita bisa lebih jelas membedakannya dengan ilmu kebatinan Penulis sudah menuliskannya di dalam halaman tersendiri yang berjudul Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam.

Begitu juga dengan banyaknya laku yang dilakukan orang di tempat-tempat yang wingit dan angker. Walaupun itu sering dikatakan orang sebagai laku kebatinan, tetapi sebenarnya itu lebih banyak arahnya pada usaha "ngelmu gaib", yaitu usaha untuk mendapatkan suatu ilmu gaib / khodam atau ilmu kesaktian berkhodam, atau suatu bentuk laku dalam rangka orang "ngalap berkah", bukan kebatinan.

Budaya dan ritual-ritual masyarakat jawa yang sampai sekarang masih dilakukan orang pun sudah tidak lagi murni dilakukan berdasarkan budaya kebatinan jawa yang asli, karena ke dalamnya sudah masuk unsur-unsur agama Islam, sikap batin dalam melakukannya sudah diisi dengan sikap keagamaan Islam, sudah menjadi budaya Islam kejawen, bukan asli jawa lagi.

Kebatinan, Prakata

Pada jaman dulu kebatinan dan laku kebatinan yang dilakukan orang ada 2 penggolongan besarnya, yaitu :

  1. Kebatinan dan spiritual kerohanian (penghayatan ketuhanan / kesepuhan)
  2. Kebatinan untuk keilmuan (kanuragan dan kesaktian gaib).

Pada jaman dulu kebatinan yang bersifat kerohanian (ketuhanan / kesepuhan) secara umum tujuannya adalah untuk kebatinan pribadi, merupakan jalan yang ditempuh orang untuk lakunya berketuhanan / berkeagamaan. Jika itu dilakukan di dalam suatu kelompok yang sehaluan, maka kelompok itu akan menjadi sebuah kelompok / paguyuban kebatinan yang pada masa sekarang kelompok itu sering disebut sebagai aliran kebatinan atau aliran kepercayaan, atau aliran dan perkumpulan di dalam agama (aliran dan sekte agama, ormas-ormas, dsb) yang masing-masing tokohnya mempunyai umat / pengikut.

Sedangkan laku kebatinan yang bersifat keilmuan tujuan utamanya adalah untuk menggali dan mengolah potensi kebatinan manusia (kekuatan sukma) untuk dijadikan sumber kekuatan yang melandasi kesaktian kanuragan maupun kesaktian gaib.

Tetapi ada juga orang-orang yang khusus menekuni keilmuan gaib dan khodam, menekuni amalan dan mantra untuk memerintah khodam dan mahluk halus, yang kemudian itu mewujud menjadi ilmu gaib kejawen (dan perdukunan). Itu bukan kebatinan, tetapi adalah aliran ilmu gaib (dan perdukunan).

Tetapi pada jaman sekarang ini orang memandang istilah kebatinan secara dangkal, hanya memandangnya dari kulitnya saja, apalagi bila ada tendensi negatif di dalamnya. Kebatinan yang bersifat kerohanian dan kesepuhan sengaja dipertentangkan dengan agama, karena kebatinan dianggap sederajat dengan agama, dianggap saingan dari agama, padahal kebatinan lebih dalam daripada agama. Kebatinan yang bersifat keilmuan dikonotasikan orang sama dengan ilmu klenik perdukunan, dianggap sama dengan ilmu gaib / khodam dan ilmu gaib kejawen yang identik dengan amalan dan mantra, dan sesaji, dan mahluk halus khodam / prewangan dan keris.

Dunia kebatinan pada masa sekarang memang sudah dianggap "haram" untuk diperbincangkan, karena orang berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Orang tidak punya pengertian yang benar tentang kebatinan, hanya menganggapnya sama dengan bentuk aliran kepercayaan saja, yang berbeda dengan jalan agamanya, sehingga segala sesuatu yang berbau kebatinan dianggap sebagai sesuatu yang harus diberantas, karena dianggap bisa melemahkan / meracuni / merusak keimanan dan agama. 

Perilaku berkebatinan (seperti kejawen atau perkumpulan-perkumpulan kebatinan / spiritual baru di jaman sekarang ini) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai ajaran / aliran sesat atau dianggap sebagai ajaran / aliran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan yang bersifat kerohanian pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan walaupun berbeda jalan dengan agama. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah menjalani kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaannya, karena di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya.

Seseorang yang banyak menghayati isi hatinya, atau isi pikirannya, akan lebih banyak "masuk" ke dalam dirinya sendiri, menjadikan dirinya lebih "sepuh" dibandingkan jika ia mengabaikannya. Selanjutnya apa saja isi penghayatannya itu akan menjadi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari, akan menjadi bagian yang sepuh dari kepribadiannya.

Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaan yang dianutnya. Di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam setiap firman dan sabda selalu terkandung makna kebatinan dan spiritual yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Tetapi sikap kebatinan dalam berkeagamaan ini sudah banyak orang yang meninggalkannya, sudah banyak digantikan dengan ajaran tata laku ibadah formal saja dan dogma / doktrin ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan yang formal agamis dan menjalankan sisi peribadatan yang formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari agamanya sendiri seringkali tidak ditekuni.

Sikap berkebatinan dalam beragama saja jarang ada orang yang menekuni. Orang lebih suka menjalani / mempelajari agama dan tatalaku ibadahnya yang bersifat formal saja dan banyak orang yang hanya mengikuti saja dogma dan doktrin dalam agama. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, akibatnya pengkultusan dan dogma dalam kehidupan beragama terasa sangat mendominasi kehidupan beragama, membuat buntu spiritualitas beragama, sehingga banyak sekali memunculkan perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri. Banyaknya aliran dan sekte dalam suatu agama adalah bentuk dari ketidak-seragaman kebatinan dan spiritual para penganut agama itu sendiri.

Perilaku berkebatinan, termasuk berkebatinan dalam beragama, apapun agama dan kepercayaan yang dianutnya, sebenarnya baik sekali untuk dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya, apalagi hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus dicermati dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan spiritual untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian orang dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam.

Memang perlu bahwa manusia memiliki keyakinan dan prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat, termasuk dalam hal agama. Tetapi jangan sekedar mengikuti saja dogma dan doktrin dalam agama. Dan jangan membodohi diri dengan berpikiran dangkal dan sempit dan jangan mengkondisikan diri untuk mudah dibodohi dan dihasut, apalagi disesatkan. Seorang penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami sisi kebatinan dalam agama dan kepercayaannya akan memiliki penghayatan dan kekuatan batin yang lebih dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.

Aspek kebatinan bukan hanya ada dalam dunia kepercayaan / keagamaan saja atau hanya dalam bentuk keilmuan kebatinan saja. Sisi kebatinan ada dalam semua sisi kehidupan manusia dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang dominan menambah nilai pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan terhadap sesuatu dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyaknya godaan / gangguan, jika ia mampu melawan, mampu menolaknya, akan semakin bertambah kekuatan dan kekerasan batinnya.

Aspek kebatinan akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, maka itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai pada kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti keyakinan pada agama, atau keyakinan pada suatu bentuk keilmuan.

Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, berasal dari kekuatan penghayatan atas sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam kitab suci agama kita, kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang di dalam hati (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.

Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu, termasuk kebatinan agama, akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, dan akan memiliki kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok keagamaan, manusia akan menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari keyakinan dan kekuatan kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus, ketika itu diamalkan akan dapat mewujudkan suatu kegaiban atau mukjizat tersendiri, dapat juga disugestikan menjadi ilmu-ilmu kebatinan.

Jadi, di dalam laku olah kebatinan , apapun bentuk dan laku kebatinannya, ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan penghayatan kebatinan (pemahaman dan penghayatan) dan pengolahan kekuatan kebatinan.

Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal, dan olah batin sudah digantikan dengan hanya membaca (dan menghafal) ayat-ayat suci dan firman-firman saja (atau amalan doa). Orang lebih suka mempelajari kegaiban dan ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya menghapal dan mewirid mantra dan amalan ilmu gaib / khodam saja untuk tujuan keilmuan tertentu.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.