Kebatinan dan Kegaiban Sukma
Pada orang-orang yang mendalami kebatinan ada 2 jenis kekuatan gaib yang berasal dari laku penghayatan kebatinannya itu, yaitu kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma, tetapi dalam sehari-harinya kedua jenis kekuatan gaib itu saling mengisi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang secara keseluruhan akan menjadi kegaiban sukma yang memampukan orang melakukan banyak perbuatan gaib dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita.
Kekuatan kebatinan akan dirasakan di dada sebagai suatu getaran rasa atau tekanan di dada yang dapat diwujudkan menjadi energi yang mengisi kekuatan tangan, kaki dan tubuh (kanuragan), dapat diwujudkan menjadi seperti penggunaan tenaga dalam, atau menjadi kekuatan pikiran sebagai kekuatan gaib yang tajam untuk menusuk menembus benteng pagaran gaib atau menyerang menusuk sukma manusia lain atau mahluk halus. Dengan kepekaan kebatinan orang juga dapat mengetahui kegaiban-kegaiban alam, kegaiban hidup, mendeteksi keberadaan mahluk halus, peka rasa, peka firasat dan bisikan gaib (peka sasmita) dan weruh sak durunge winarah dan kekuatan kebatinannya dapat mengendalikan kegaiban, tanpa perlu amalan gaib dan mantra.
Kekuatan sukma akan dirasakan sebagai kekuatan energi yang besar yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, menyelimuti dan mengisi tubuh, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi. Energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Selimut energi ini melindungi seseorang dari berbagai bentuk serangan fisik dan gaib, dapat difungsikan seperti penggunaan tenaga dalam murni, bisa digunakan untuk kekuatan fisik (kanuragan), membuat pagaran gaib atau mengusir / menyerang mahluk halus, menghapuskan (menghilangkan) keilmuan seseorang, mengendalikan pikiran / kesadaran seseorang (hipnotis / gendam), dapat juga disatukan dengan tenaga dalam yang sudah dimiliki. Kekuatan sukma itu akan melipat-gandakan kekuatan kanuragan dan kegaiban seseorang.
Kegaiban sukma merupakan gabungan dari kekuatan kebatinan dan kekuatan sukma dan kegaibannya akan mendatangkan banyak ilham dan wangsit, dan mengantarkan seseorang menjadi linuwih dan waskita dan mengenal rasa mengenai kejadian-kejadian yang akan terjadi, peka sasmita dan weruh sak durunge winarah.
Seseorang yang peka dan tajam kebatinannya akan dapat mengukur apakah kekuatan sukmanya cukup untuk mewujudkan suatu kehendak perbuatan gaib, dapat mengukur kekuatan orang lain, atau mengukur kekuatan sukma dan keilmuannya sendiri apakah lebih tinggi ataukah lebih rendah ketika sedang berhadapan dengan seseorang atau berhadapan dengan mahluk halus tertentu.
Getaran perbawa kebatinan seseorang akan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya (kecuali orang itu merendahkan hati dan menutupi / menyembunyikan kekuatan kebatinannya) dan kegaiban sukma mereka akan menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita.
Sebagian besar pemahaman kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan dan keselarasan mereka dengan Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, yaitu menyatu dengan Tuhan, dengan cara menyelaraskan hati dan jiwa mereka dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan keprihatinan, menjauhi kenikmatan hidup keduniawian, dan menyelaraskan jalan hidup mereka dengan jalan hidup, sifat-sifat dan kehendak Tuhan.
Dengan laku kebatinan manusia diajak mendekatkan diri kepada Tuhan, menyelaraskan sifat-sifat manusia dengan sifat-sifat Tuhan, bersandar dan menyelaraskan diri dengan kuasa Tuhan, dan diajak untuk melepaskan diri dari belenggu duniawi, melepaskan sifat-sifat tamak dan serakah pada kepemilikan duniawi yang dapat mengotori kesucian hati dan batin manusia. Ajaran ini didasarkan pada tujuan kepercayaan untuk kembali kepada kemurnian jati diri dan sifat-sifat sejati manusia sesuai kehendak Tuhan, supaya nantinya setelah selesainya kehidupan manusia di dunia, manusia dapat kembali dan menyatu dengan Tuhan.
Di dalam pemahaman kebatinan dan spiritual yang tinggi, pemahaman kebatinan orang-orang jawa itu sampai pada pemahaman yang dalam tentang Tuhan dan pemahaman yang dalam tentang sifat-sifat dan jati diri manusia yang sejati. Puncak-puncak kebatinan tersebut diwujudkan dalam nama-nama ajaran kebatinan seperti ajaran Kasampurnan (kesempurnaan), Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.
Nama-nama ajaran kebatinan di atas adalah konsep-konsep dasar dalam ajaran penghayatan kerohanian kejawen dan diajarkan dalam banyak aliran kepercayaan kebatinan di Jawa dengan istilah dan penamaan sendiri-sendiri yang walaupun "isi" ajarannya serupa dan sejalan, tetapi menggunakan nama-nama ajaran yang berbeda-beda. Konsep-konsep kebatinan yang sama juga diajarkan di banyak tempat, terutama di daerah India dan sekitarnya, penggunaan istilah dan namanya saja yang berbeda-beda.
Walaupun istilah dan namanya berbeda-beda tetapi jika para penganutnya benar menekuni penghayatannya, ketekunannya itu akan membangkitkan kekuatan sukma yang tinggi dan dapat mendatangkan kuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan mukjizat tanpa perlu amalan / mantra dan bantuan khodam, walaupun para pengikut dan para penganutnya itu hanya orang awam biasa saja atau sudah menganut agama tersendiri.
Orang-orang yang mendalami kebatinan di atas menemukan suatu kekuatan yang tumbuh di dalam diri mereka, yaitu kekuatan Sukma Sejati , roh agung yang diciptakan Tuhan dalam pribadi manusia. Mereka merasakan adanya suatu energi yang menyelimuti tubuh mereka, suatu kekuatan yang rasanya mirip seperti tenaga dalam, tetapi jauh lebih kuat daripada tenaga dalam, membuat tubuh terasa "tebal" berselimut energi, dan energi ini bukan hanya mengisi tubuh, mengisi badan, tangan dan kaki, tetapi juga mengisi hati menjadikan kehendak batin dan ucapan-ucapannya jadi ! saking kersaning Allah. Kekuatan ini tidak dapat dipelajari dengan cara latihan fisik ataupun olah nafas. Kekuatan ini terbangkitkan ketika seseorang mesu raga mengesampingkan kekuatan biologis dan hasrat keduniawian. Kekuatan ini berasal dari jiwanya yang paling dalam, dari sukmanya, dari jiwa yang menyembah Tuhan.
Awalnya kekuatan ini tidak bisa dikendalikan dengan pikiran, hanya dibiarkan saja mengalir mengisi tubuh, tetapi kemudian bisa dikendalikan secara batin. Kekuatan ini jelas bukan bagian dari kekuatan fisik, tenaga dalam atau pun khodam, karena kekuatan ini adalah kekuatan sukma seseorang. Kekuatan ini terkendalikan dengan menyatukannya dengan kehendak dan niat batin, merasuk menyatu dengan hati, menjadi kekuatan dan kegaiban sukma.
Sesuai tingkat kedalaman pemahaman dan keyakinan pada kesejatian diri dan pencapaian kekuatan kebatinan masing-masing penganutnya, kesatuan roh pancer dan sedulur papat sebagai Sukma Sejati seseorang akan mampu meniadakan roh-roh dan pribadi lain dalam diri seseorang, menjadi perisainya dari serangan roh-roh lain dan menempatkan dirinya tidak di bawah pengaruh atau kuasa roh-roh duniawi lain, bahkan roh-roh gaib kelas atas seperti dewa dan buto pun tidak berani datang mendekat untuk maksud menyerang. Bahkan banyak di antara mereka yang selain mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati, walaupun sudah berhari-hari mati (yang belum waktunya mati).
Ketika kekuatan ini sudah menyatu merasuk dalam diri seseorang, maka dengan kekuatan niat batin dan kehendaknya seseorang bisa menjadikan suatu kejadian gaib hanya dengan mengkonsentrasikan batinnya saja, tanpa perlu amalan gaib atau aji-aji dan khodam, sekti tanpo aji ! Kegaiban seorang yang linuwih dan waskita. Dan semua perkataannya jadi ! saking kersaning Allah. Dan ketika kekuatan ini menyatu dengan kesaktian fisiknya, sulit orang menandinginya, karena kesaktiannya menjadi berlipat-lipat ganda kekuatannya setelah dilambari dengan kekuatan sukmanya dan dirinya sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam. Sekalipun seseorang tidak memiliki ilmu kesaktian kanuragan, tetapi kekuatan fisiknya akan menjadi jauh lebih kuat ketika dilambari dengan kekuatan sukmanya, suatu kekuatan yang jelas tidak semata-mata berasal dari kekuatan fisiknya saja. Selain diri mereka sendiri diliputi oleh suatu kegaiban yang tidak dapat ditembus oleh ilmu gaib dan tenaga dalam, kegaiban mereka pun dapat menenggelamkan (menghapuskan) keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Kemampuan kegaiban tersebut di atas memang tidak mudah mendapatkannya. Seseorang harus menempa dirinya, mesu raga penuh keprihatinan untuk menempa batin dan sukmanya (puasa hati dan batin). Laku puasanya pun berbeda dengan puasa yang biasa dilakukan orang kebanyakan. Jenis puasanya adalah yang disebut puasa ngebleng. Puasa ngebleng biasa dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan / spiritual dan tapa brata. Kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat disamakan dengan puasa bentuk lain. Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan niat batin dan kegaiban sukma manusia. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya (baca : Laku Prihatin dan Tirakat).
Orang-orang yang menekuni dan mendalami kebatinan ini memiliki kegaiban dan kekuatan sukma yang tinggi, yang berasal dari keselarasan batin dan sukmanya dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan, menjadikannya memiliki kegaiban tinggi, dan menjadikannya orang-orang yang linuwih dan waskita. Mereka membentuk pribadi dan sukma yang selaras dengan keillahian Tuhan, membebaskan diri dari belenggu keduniawian. Berpuasa dan berprihatin tidak makan dan minum berhari-hari bukanlah beban berat bagi mereka. Melepaskan keterikatan roh dari tubuh biologis mereka, melolos sukma, bukanlah sesuatu yang istimewa. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian moksa, bersama raganya berpindah dari alam manusia ke alam roh tanpa terlebih dulu mengalami kematian.
Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan / spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, secara batin melihat gaib dan terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kemampuan gaib mereka, merupakan suatu kemampuan yang menyatu dalam diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, gentur-nya laku prihatin dan tapa brata mereka.
Selain menjadi mumpuni dalam kesaktian fisik, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan kegaiban sukma mereka menjadikan mereka berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban, tanpa perlu mantra, amalan gaib, aji-aji dan khodam.
Orang-orang yang menekuni kebatinan dan spiritual, terutama kebatinan yang bersifat kesejatian diri, akan mengandalkan kekuatan dari dirinya sendiri, bukan dari gaib lain, sehingga mereka akan menempa diri untuk bisa memiliki kekuatan dengan kemampuan sendiri, menyandarkan dan menyelaraskan kebatinannya dengan penghayatan ke-maha-kuasa-an Tuhan, dan seringkali kekuatan keilmuan mereka menjadi jauh di atas kekuatan ilmu-ilmu gaib dan khodam kebanyakan orang yang menyelaraskan diri dengan kegaiban roh-roh duniawi.
Orang-orang yang menekuni kebatinan, perhatian kebatinan mereka lebih ditujukan "ke dalam" (ke dalam batin sendiri), berupa penghayatan kebatinan yang juga menyentuh relung batinnya yang paling dalam, jiwanya, sukmanya, sehingga proses laku mereka "membangunkan" inner power, yaitu kekuatan dari batin, jiwa, sukma, yang setelah dijalani dengan olah laku kebatinan menjadikan kekuatan sukma dan kebatinan mereka tinggi. Dan kekuatan kegaiban sukma pada diri mereka jelas berbeda dibandingkan orang-orang lain yang tidak menekuni kebatinan.
Di dunia kebatinan dan spiritual kemampuan memiliki ilmu dalam ilmu kebatinan dan olah sukma, termasuk melihat gaib / terawangan gaib, lebih banyak ditentukan oleh kegaiban sukma. Salah satu tanda bahwa sukma seseorang sudah memiliki kegaiban adalah sukmanya sudah bisa berperan sebagai roh, rohnya sudah bisa melihat / mendeteksi keberadaan roh lain.
Setinggi-tingginya kekuatan sukma seseorang kemampuan sukmanya akan terbatas bila orang itu sendiri tidak melatih kegaiban sukmanya. Orang-orang kebatinan jaman dulu memiliki kegaiban sukma yang tinggi dari lakunya manembah, dari sukmanya yang menyembah Tuhan. Pada orang-orang itu peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari kegaiban sukma mereka, efek dari ketekunan penghayatan kebatinan / spiritual, laku prihatin, semedi dan tapa brata mereka.
Pada jaman sekarang ini salah satu cara kita melatih kegaiban sukma adalah dengan tekun menjalankan apa yang tertulis di tulisan berjudul Kebatinan Dalam Keagamaan. Itu bisa menjadi sarana kita memperdalam laku ketuhanan yang bila itu tekun dijalani, dan cara dan hasilnya sesuai dengan yang dituliskan disitu, sukma kita bisa menjadi sukma yang berkegaiban tinggi.
Karena itu untuk orang-orang yang ingin bisa melihat gaib tetapi tidak juga berhasil bisa melihat gaib, termasuk walaupun sudah dibukakan mata ketiganya dan sudah menjalankan banyak macam latihan untuk bisa melihat gaib lebih baiklah bila ia melatih kegaiban sukmanya dulu dengan cara yang disebutkan di atas untuk lebih dulu ia menggali potensi kegaiban rohnya.
Banyak orang yang benar mendalami penghayatan kebatinan, seperti mengikuti aliran-aliran kebatinan kejawen yang mengajarkan kesejatian manusia, dalam dirinya terkandung kegaiban yang ketika pasrah menerima dirinya diserang dan dianiaya, justru dirinya menjadi tidak dapat diserang dan tidak dapat dikenai pukulan, dan bila berniat memberi pelajaran kepada penyerangnya, orang itu hanya perlu mengkonsentrasikan kegaiban sukmanya saja bahwa ketika seseorang menyerangnya, menyentuhnya, maka penyerangnya itu akan kehilangan kekuatannya, kehilangan ilmunya, diam mematung tak dapat bergerak, lumpuh tak dapat berdiri. Kegaiban sukma mereka memusnahkan keampuhan ilmu gaib dan ilmu khodam (ilmu sihir dan guna-guna) dan berbagai macam bentuk serangan gaib.
Seseorang yang sudah sedemikian itu, yang sadar dirinya sudah seperti itu, maka istilah-istilah sekti tanpo aji, digdaya tanpa japa mantra, ngluruk tanpa bala, suro diro jaya ningrat lebur dening pangastuti, menang tanpo ngasorake, dsb, bukan lagi menjadi slogan-slogan filosofis kebatinan saja, tetapi sudah menyatu dengan kepribadian dan diterapkan dalam kehidupan mereka yang harus senantiasa selaras dengan ke-maha-kuasa-an Tuhan. Segala bentuk kekuatan jahat dan kesombongan akan luluh dan tunduk oleh perbawa pengayoman, kebaikan dan kerendahan hati.
sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists
Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.