04 January 2024

Olah Batin dan Kebatinan

Olah Batin dan Kebatinan

Di dalam halaman ini dituliskan pengertian kebatinan dan ilmu kebatinan.

Di dalam penulisan-penulisan bertema kebatinan dan spiritual Penulis ingin menekankan bahwa pengertian kebatinan dan spiritual bersifat luas, bukan hanya kebatinan dan spiritual kegaiban, ilmu kebatinan dan ilmu spiritual, ilmu gaib kejawen atau ilmu-ilmu duniawi lainnya, tetapi juga kebatinan dan spiritual keagamaan / ketuhanan yang dijalani oleh banyak orang, dan tergantung juga pada para pelaku yang bersangkutan apakah kemampuan yang terbangkitkan, jika ada, termasuk dari lakunya berkebatinan keagamaan / ketuhanan itu apakah akan digunakannya murni untuk urusan keagamaan / ketuhanan ataukah juga akan digunakannya untuk tujuan keilmuan dan kegaiban.

Kebatinan Bersifat Universal

Kebatinan adalah mengenai segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya atas segala sesuatu aspek dalam hidupnya, termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaan, karir dan pekerjaan, kehidupan keluarga dan kehidupan sosialnya. Apa saja yang dihayatinya itu bersifat pribadi, akan mengisi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari. Apa saja yang dihayatinya itu akan menjadi bagian dari kepribadiannya.

Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan / spiritual, atau keagamaan dan aliran kepercayaan, tetapi bersifat universal, berkaitan dengan segala sesuatu yang dirasakan manusia pada batinnya yang paling dalam. Di dalam kebatinan masing-masing orang terkandung keyakinan dan kepercayaan pribadi, pandangan dan pendapat pribadi, prinsip dan sikap hidup pribadi. Kebatinan melandasi kehidupan manusia sehari-hari, menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang tercermin dan melandasi perbuatan dan perilakunya sehari-hari.

Kebatinan bukan hanya yang bersifat pribadi, tetapi juga sikap batin atas segala sesuatu yang dipercaya dan diyakini oleh sekelompok masyarakat. Kebatinan dan spiritual tidak hanya terkait dengan keilmuan kebatinan, kepercayaan tentang hal-hal gaib, mitos dan legenda, atau kepercayaan keagamaan dan kerohanian, tetapi lebih dari itu. Karena itu kebatinan dan spiritual jangan dipandang secara sempit dan dangkal dengan hanya menganggapnya sama dengan keilmuan kebatinan / spiritual, atau hanya menganggapnya sama dengan aliran kepercayaan.

Kebatinan termasuk juga mengenai penghayatan atas apa yang dirasakan oleh orang-orang yang sangat tekun dalam beribadah dan murni dalam agamanya, karena setiap agama pun mengajarkan juga tentang apa yang dirasakan hati dan batin, mengajarkan untuk selalu membersihkan hati dan batin, bagaimana harus berpikir dan bersikap, dsb, dan di dalam setiap firman dan sabda terkandung makna kebatinan dan spiritual yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Bahkan panggilan hati yang dirasakan orang untuk beribadah, itu juga batin. Dan dalam batin itu sendiri tersimpan sebuah kekuatan yang besar jika sengaja dilatih dan diolah. Kekuatan batin menjadi kekuatan hati dalam menjalani hidup dan memperkuat keimanan seseorang.

Sebagian besar penghayatan kebatinan dan aliran kebatinan yang ada (di seluruh dunia) adalah bersifat kerohanian dan keagamaan, berisi upaya penghayatan manusia terhadap Tuhan (Roh Agung Alam Semesta) dengan cara pemahaman mereka masing-masing. Tujuan tertinggi penghayatan kebatinan mereka adalah untuk mencapai kesatuan (manunggaling) dan keselarasan dengan Sang Pribadi Tertinggi (Tuhan). Oleh sebab itu para penganut kebatinan berusaha mencapai tujuan utamanya, menyatu dengan Tuhan, menyelaraskan jiwa manusia dengan Tuhan, melalui olah batin, laku rohani dan laku berprihatin, menjauhi (tidak mengutamakan) kenikmatan hidup keduniawian, menjauhi perbuatan-perbuatan yang terlarang dan menyelaraskan cara hidup mereka dengan cara hidup yang menjadi kehendak Tuhan.

Dan di dalam sikap hidup orang berkebatinan ada laku-laku dan ritual yang dilakukan orang. Contohnya adalah  laku dan ritual di dalam orang beragama dan beribadah seperti laku memperingati hari-hari besar agamanya, mengikuti perkumpulan doa / pengajian, tahlilan, dsb, atau laku-laku kebatinan dalam kepercayaan dan tradisi seperti yang dilakukan masyarakat budaya kejawen seperti mengadakan peringatan suroan, selametan, bersih desa, sekatenan, dsb. Ada juga laku-laku kebatinan pribadi sesuai kepercayaan kebatinan masing-masing orangnya, seperti puasa mutih, puasa senin-kamis, wetonan, wiridan / zikir, mengaji, dsb. Tetapi tidak semua sikap dan laku orang dalam berkebatinan selalu tampak dalam laku-laku yang kelihatan mata seperti itu, karena kebatinan terutama berisi sikap hati dan pandangan-pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu terwujud dalam laku dan ritual yang kelihatan mata. Lebih banyak yang bersifat pribadi daripada yang kelihatan mata.

Secara tradisional sikap kebatinan di dalam masyarakat banyak yang diwujudkan dalam bentuk cerita-cerita legenda, mitos dan tahayul, dan pengkultusan. Tetapi secara pribadi setiap manusia di dalam peradabannya masing-masing memiliki sikap kebatinan dan spiritual sendiri-sendiri dan secara positif sikap kebatinan tentang budi pekerti, sopan santun, tata krama dan adat istiadat, menjadi tatalaku dan aturan yang harus dijalankan oleh semua anggota masyarakat dalam kehidupan yang berperadaban, yang itu secara tradisional sudah banyak diwujudkan menjadi hukum adat, dan dalam kehidupan yang lebih modern itu menjadi dasar dari sistem hukum modern. Sikap dan pandangan hidup yang sederhana, tradisional, sampai yang rasional dan modern, sikap hidup manusia di negara-negara yang terbelakang sampai di negara-negara maju dan modern, itu adalah sikap-sikap kebatinan yang mengisi kepribadian masing-masing manusianya dalam hidup mereka sehari-hari. Kebatinan bersifat universal.

Kesalahpahaman Tentang Kebatinan

Pada masa sekarang ini sudah jarang ada orang yang menekuni olah kebatinan, bahkan jarang sekali ada orang yang memiliki pemahaman yang benar tentang kebatinan, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi dan bisa mengajarkan / menularkan keilmuan kebatinannya itu kepada orang lain. Pemahaman tentang kebatinan saja belum tentu benar, apalagi memiliki kemampuan kebatinan yang tinggi. Lebih banyak orang yang hanya bisa membuat dogma dan pengkultusan saja tentang kebatinan dan elemen-elemen di dalamnya, tetapi tidak mampu menelisik benar-tidaknya, apalagi mengetahui sendiri kesejatiannya, karena tidak menguasai kebatinan dan spiritual yang tinggi yang menjadi syarat dasarnya.

Karena itu pada masa sekarang banyak sekali terjadi kesalah-pahaman dan pendegradasian dalam citra dan pemikiran orang tentang kebatinan. Sebagian berupa pencitraan pengkultusan yang bersifat melebih-lebihkan, sebagian lagi berupa pencitraan negatif (dan fitnah) yang menjelek-jelekkan kebatinan.

Ada pengkultusan dogmatis orang tentang kebatinan yang mengatakan bahwa jika ingin belajar kebatinan orangnya harus sudah lebih dulu bisa membersihkan hati dan batinnya. Dan dikatakan kebatinan hanya cocok untuk orang-orang yang kepribadiannya sudah sepuh saja (dikatakan yang usianya sudah 50 tahun atau lebih). Padahal olah laku dan penghayatan kebatinan itu justru adalah sarana untuk orang membersihkan hati dan batinnya dan sarana untuk orang membentuk kepribadian yang sepuh. Jangan menjadi orang yang berumur tua tetapi tidak sepuh.

Dalam pengkultusan itu kebatinan dan ilmu kebatinan dianggap sebagai sesuatu yang baik dan mulia. Bahkan ada yang mencitrakannya sebagai ilmunya orang-orang mulia jaman dulu, ilmunya para Wali, sufi, aulia, dsb. Padahal sama dengan jenis keilmuan yang lain, tidak semuanya kebatinan dan ilmu-ilmunya bersifat baik, tergantung siapa pelakunya dan apa saja isi laku dan tujuannya, karena ada juga penghayatan kebatinan dan ilmu kebatinan aliran hitam (aliran jahat / sesat) yang pada jaman dulu sudah memunculkan orang-orang sakti golongan hitam (golongan jahat).

Tetapi pada jaman sekarang ini pencitraan orang terhadap kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan kebanyakan bersifat negatif. Ada yang niatnya sebenarnya tidak negatif, tapi ternyata perbuatannya itu sudah membuat rendah arti dan citra kebatinan. Ada juga pencitraan orang yang sifatnya sengaja menjelek-jelekkan (dan fitnah).

Ada orang-orang yang ilmunya sebenarnya adalah aliran ilmu perdukunan, ilmu gaib / khodam, dan ilmu gaib kejawen tetapi mengaku-aku bahwa ilmunya adalah kebatinan, karena tidak mau ilmunya dikatakan klenik / perdukunan, atau tidak mau dikatakan menduakan Tuhan, bersekutu dengan selain Allah. Pengakuan mereka itu sudah menyebabkan ilmu kebatinan dianggap orang sama dengan ilmu klenik perdukunan, dianggap sama dengan ilmu gaib / khodam dan ilmu gaib kejawen yang identik dengan amalan dan mantra, dan sesaji, dan mahluk halus khodam / prewangan dan keris. Dan orang yang sedang ngelmu gaib, bertirakat di tempat-tempat angker, atau yang sedang ngalap berkah, dianggap orang itu sedang menjalani laku kebatinan.

Selain itu banyak juga orang yang sengaja mempertentangkan kebatinan dengan agama, memandang secara sempit kebatinan hanya sebagai aliran kebatinan/kepercayaan, atau menganggapnya sama dengan paham animisme/dinamisme, dianggap musuh dari agama, yang harus diberantas, karena dianggap bisa merusak keimanan seseorang.

Begitu juga dengan banyaknya tulisan yang membabarkan kebatinan dan spiritualitas kejawen. Tulisan-tulisan itu kebanyakan adalah sudut pandang orang jaman sekarang tentang kebatinan dan spiritualitas jawa, hanya mengupas wejangan-wejangan dan petuah-petuah kesepuhan jawa saja, hanya mengupas kulitnya saja, tidak sungguh-sungguh masuk ke dalam kebatinan dan spiritualitas kejawen yang sesungguhnya.

Begitu juga dengan maraknya tulisan-tulisan orang tentang ilmu kebatinan jawa yang itu sebenarnya adalah ilmu gaib kejawen, bukan ilmu kebatinan jawa. Malah dalam tulisan-tulisan itu banyak orang yang menganggap ilmu kebatinan sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, atau dianggap sama dengan keilmuan perdukunan, sehingga orang-orang yang ilmunya adalah limu gaib kejawen, ilmu perdukunan, atau termasuk aliran ilmu gaib dan khodam banyak yang mengaku-aku bahwa ilmu mereka adalah ilmu kebatinan. Tapi sebenarnya itu keliru. Ilmu kebatinan sama sekali tidak bisa disamakan dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, apalagi perdukunan, karena sifat keilmuannya berbeda.

Yang sekarang masih banyak dijalani dan dipraktekkan orang, yang sering dikatakan sebagai ilmu kebatinan, seperti ilmu kejawen atau ilmu Islam kejawen, kebanyakan proporsinya sebagai ilmu kebatinan sangat kecil, mungkin 10%-nya saja tidak sampai. Sekalipun di dalam ilmu-ilmu tersebut ada banyak bentuk laku keilmuan yang mirip, seperti adanya mantra dan amalan-amalan gaib, laku prihatin, puasa dan tirakat, dsb, ilmu-ilmu itu sebenarnya lebih banyak bersifat sebagai ilmu gaib dan ilmu khodam, bukan kebatinan.

Pada jaman sekarang konotasi pemahaman orang tentang ilmu kebatinan memang adalah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam, sejenis ilmu kegaiban yang penuh dengan amalan gaib dan mantra, yang konotasinya sama dengan ilmu perdukunan, yang dalam prakteknya sangat mengandalkan wiridan doa amalan dan mantra-mantra. Apalagi banyak pelaku ilmu gaib dan ilmu khodam yang sering mengatakan bahwa ilmu mereka adalah ilmu batin / kebatinan. Tetapi ternyata sebenarnya tidak begitu. Ilmu kebatinan tidaklah sama dengan ilmu gaib dan ilmu khodam.

Mengenai pengertian ilmu gaib dan ilmu khodam, supaya kita bisa lebih jelas membedakannya dengan ilmu kebatinan Penulis sudah menuliskannya di dalam halaman tersendiri yang berjudul Ilmu Gaib dan Ilmu Khodam.

Begitu juga dengan banyaknya laku yang dilakukan orang di tempat-tempat yang wingit dan angker. Walaupun itu sering dikatakan orang sebagai laku kebatinan, tetapi sebenarnya itu lebih banyak arahnya pada usaha "ngelmu gaib", yaitu usaha untuk mendapatkan suatu ilmu gaib / khodam atau ilmu kesaktian berkhodam, atau suatu bentuk laku dalam rangka orang "ngalap berkah", bukan kebatinan.

Budaya dan ritual-ritual masyarakat jawa yang sampai sekarang masih dilakukan orang pun sudah tidak lagi murni dilakukan berdasarkan budaya kebatinan jawa yang asli, karena ke dalamnya sudah masuk unsur-unsur agama Islam, sikap batin dalam melakukannya sudah diisi dengan sikap keagamaan Islam, sudah menjadi budaya Islam kejawen, bukan asli jawa lagi.

Kebatinan, Prakata

Pada jaman dulu kebatinan dan laku kebatinan yang dilakukan orang ada 2 penggolongan besarnya, yaitu :

  1. Kebatinan dan spiritual kerohanian (penghayatan ketuhanan / kesepuhan)
  2. Kebatinan untuk keilmuan (kanuragan dan kesaktian gaib).

Pada jaman dulu kebatinan yang bersifat kerohanian (ketuhanan / kesepuhan) secara umum tujuannya adalah untuk kebatinan pribadi, merupakan jalan yang ditempuh orang untuk lakunya berketuhanan / berkeagamaan. Jika itu dilakukan di dalam suatu kelompok yang sehaluan, maka kelompok itu akan menjadi sebuah kelompok / paguyuban kebatinan yang pada masa sekarang kelompok itu sering disebut sebagai aliran kebatinan atau aliran kepercayaan, atau aliran dan perkumpulan di dalam agama (aliran dan sekte agama, ormas-ormas, dsb) yang masing-masing tokohnya mempunyai umat / pengikut.

Sedangkan laku kebatinan yang bersifat keilmuan tujuan utamanya adalah untuk menggali dan mengolah potensi kebatinan manusia (kekuatan sukma) untuk dijadikan sumber kekuatan yang melandasi kesaktian kanuragan maupun kesaktian gaib.

Tetapi ada juga orang-orang yang khusus menekuni keilmuan gaib dan khodam, menekuni amalan dan mantra untuk memerintah khodam dan mahluk halus, yang kemudian itu mewujud menjadi ilmu gaib kejawen (dan perdukunan). Itu bukan kebatinan, tetapi adalah aliran ilmu gaib (dan perdukunan).

Tetapi pada jaman sekarang ini orang memandang istilah kebatinan secara dangkal, hanya memandangnya dari kulitnya saja, apalagi bila ada tendensi negatif di dalamnya. Kebatinan yang bersifat kerohanian dan kesepuhan sengaja dipertentangkan dengan agama, karena kebatinan dianggap sederajat dengan agama, dianggap saingan dari agama, padahal kebatinan lebih dalam daripada agama. Kebatinan yang bersifat keilmuan dikonotasikan orang sama dengan ilmu klenik perdukunan, dianggap sama dengan ilmu gaib / khodam dan ilmu gaib kejawen yang identik dengan amalan dan mantra, dan sesaji, dan mahluk halus khodam / prewangan dan keris.

Dunia kebatinan pada masa sekarang memang sudah dianggap "haram" untuk diperbincangkan, karena orang berpandangan sempit dan dangkal tentang kebatinan. Orang tidak punya pengertian yang benar tentang kebatinan, hanya menganggapnya sama dengan bentuk aliran kepercayaan saja, yang berbeda dengan jalan agamanya, sehingga segala sesuatu yang berbau kebatinan dianggap sebagai sesuatu yang harus diberantas, karena dianggap bisa melemahkan / meracuni / merusak keimanan dan agama. 

Perilaku berkebatinan (seperti kejawen atau perkumpulan-perkumpulan kebatinan / spiritual baru di jaman sekarang ini) yang dilakukan oleh seseorang yang beragama, seringkali memang dipertentangkan orang, dianggap bertentangan dengan agama, atau bahkan dianggap sebagai ajaran / aliran sesat atau dianggap sebagai ajaran / aliran yang bisa merusak keimanan seseorang. Padahal, penghayatan kebatinan yang bersifat kerohanian pada dasarnya adalah pemahaman dan penghayatan kepercayaan manusia terhadap Tuhan walaupun berbeda jalan dengan agama. Penghayatan ketuhanan itu bukanlah agama, tetapi seseorang beragama yang menjalaninya justru bisa mendapatkan pemahaman yang dalam tentang agamanya dan Tuhan setelah menjalani kebatinan tersebut, dan seseorang bisa mendapatkan pencerahan tentang agamanya, walaupun pencerahan itu didapatkannya dari luar agamanya.

Kebatinan terutama berisi penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, termasuk yang berkenaan dengan agama dan kepercayaannya, karena di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya.

Seseorang yang banyak menghayati isi hatinya, atau isi pikirannya, akan lebih banyak "masuk" ke dalam dirinya sendiri, menjadikan dirinya lebih "sepuh" dibandingkan jika ia mengabaikannya. Selanjutnya apa saja isi penghayatannya itu akan menjadi sikap batinnya dalam kehidupannya sehari-hari, akan menjadi bagian yang sepuh dari kepribadiannya.

Kebatinan terutama berisi pengimanan / penghayatan seseorang terhadap apa yang dirasakannya di dalam batinnya, apapun agama atau kepercayaan yang dianutnya. Di dalam masing-masing agama dan kepercayaan juga terkandung sisi kebatinan yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Di dalam setiap firman dan sabda selalu terkandung makna kebatinan dan spiritual yang harus dihayati dan diamalkan oleh para penganutnya. Tetapi sikap kebatinan dalam berkeagamaan ini sudah banyak orang yang meninggalkannya, sudah banyak digantikan dengan ajaran tata laku ibadah formal saja dan dogma / doktrin ke-Aku-an agama. Orang lebih memilih menjalani kehidupan yang formal agamis dan menjalankan sisi peribadatan yang formal dan wajib saja. Sisi kebatinan dari agamanya sendiri seringkali tidak ditekuni.

Sikap berkebatinan dalam beragama saja jarang ada orang yang menekuni. Orang lebih suka menjalani / mempelajari agama dan tatalaku ibadahnya yang bersifat formal saja dan banyak orang yang hanya mengikuti saja dogma dan doktrin dalam agama. Sekalipun banyak orang hafal dan fasih ayat-ayat suci, tetapi tidak banyak yang mengerti sisi kebatinan dan spiritualnya, akibatnya pengkultusan dan dogma dalam kehidupan beragama terasa sangat mendominasi kehidupan beragama, membuat buntu spiritualitas beragama, sehingga banyak sekali memunculkan perbedaan pandang dan pertentangan di kalangan mereka sendiri. Banyaknya aliran dan sekte dalam suatu agama adalah bentuk dari ketidak-seragaman kebatinan dan spiritual para penganut agama itu sendiri.

Perilaku berkebatinan, termasuk berkebatinan dalam beragama, apapun agama dan kepercayaan yang dianutnya, sebenarnya baik sekali untuk dilakukan, supaya seseorang mengerti betul ajaran yang dianutnya, supaya tidak dangkal pemahamannya, apalagi hanya ikut-ikutan saja, tetapi materi kebatinannya harus dicermati dan di-"filter", dan memiliki kebijaksanaan spiritual untuk memilih yang baik dan membuang yang tidak baik, sehingga kemudian orang dapat menjadi pribadi yang mengerti agama dan kepercayaannya dengan benar dan mendalam.

Memang perlu bahwa manusia memiliki keyakinan dan prinsip hidup yang kuat sebagai bagian dari kepribadian yang kuat, termasuk dalam hal agama. Tetapi jangan sekedar mengikuti saja dogma dan doktrin dalam agama. Dan jangan membodohi diri dengan berpikiran dangkal dan sempit dan jangan mengkondisikan diri untuk mudah dibodohi dan dihasut, apalagi disesatkan. Seorang penganut agama / kepercayaan yang tekun mendalami sisi kebatinan dalam agama dan kepercayaannya akan memiliki penghayatan dan kekuatan batin yang lebih dibandingkan yang hanya menjalani kepercayaannya secara formalitas saja, apalagi dibandingkan yang mengabaikannya.

Aspek kebatinan bukan hanya ada dalam dunia kepercayaan / keagamaan saja atau hanya dalam bentuk keilmuan kebatinan saja. Sisi kebatinan ada dalam semua sisi kehidupan manusia dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Tetapi yang dominan menambah nilai pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan terhadap sesuatu dan keyakinan itu konsisten dijalaninya sepenuh hati dalam hidupnya. Dan bila keyakinan itu konsisten dijalaninya, semakin banyaknya godaan / gangguan, jika ia mampu melawan, mampu menolaknya, akan semakin bertambah kekuatan dan kekerasan batinnya.

Aspek kebatinan akan menambah kekuatan batin seseorang bila dilandasi sikap keyakinan di dalamnya dan dilaksanakan sepenuh hati dalam kehidupannya sehari-hari. Kalau tidak begitu, maka itu hanya akan menjadi sebuah konsep atau prinsip hidup, tetapi tidak menambah nilai pada kebatinannya. Dan yang jelas berpengaruh sekali pada kekuatan kebatinan seseorang adalah keyakinan yang dominan dalam kehidupan seseorang, seperti keyakinan pada agama, atau keyakinan pada suatu bentuk keilmuan.

Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya tidak perlu dicari kemana-mana. Kekuatan kebatinan dan kegaiban kebatinan sebenarnya berasal dari diri sendiri, berasal dari kekuatan penghayatan atas sesuatu yang kita yakini, dan sugesti keyakinan itu akan menciptakan suatu kegaiban tersendiri. Kita sendiri bisa mengalaminya. Misalnya dalam kehidupan kita beragama, cukup satu saja firman atau sabda dalam kitab suci agama kita, kita hayati maknanya, kita imani dan kita perdalam dengan dibaca berulang-ulang di dalam hati (atau diwirid) dengan penghayatan. Penghayatan kita itu kita pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari, menyatu dan mengisi hati dan batin kita. Setelah itu kita akan dapat merasakan adanya rasa kegaiban tersendiri, kekuatan batin tersendiri, dan itu hanya kita sendiri yang menjalaninya saja yang tahu dan merasakannya. Seberapa kuat penghayatan kita itu dan seberapa dalam keyakinan keimanan kita itu akan menciptakan suatu kekuatan batin dan kegaiban tersendiri.

Manusia yang menekuni dan memperdalam kebatinan tertentu, termasuk kebatinan agama, akan memiliki lebih banyak penghayatan dan pemahaman tentang kegaiban hidup dan kegaiban alam, akan memiliki kepekaan dan kekuatan batin tertentu, dan akan memiliki kegaiban-kegaiban tertentu. Dalam laku manusia menekuni dan memperdalam kebatinan itu, secara pribadi maupun melalui suatu perkumpulan atau kelompok keagamaan, manusia akan menemukan suatu kekuatan yang bersifat batin, kekuatan kebatinan, suatu kekuatan sugesti yang berasal dari keyakinan dan kekuatan kepercayaan, yang setelah ditekuni, diolah secara khusus, ketika itu diamalkan akan dapat mewujudkan suatu kegaiban atau mukjizat tersendiri, dapat juga disugestikan menjadi ilmu-ilmu kebatinan.

Jadi, di dalam laku olah kebatinan , apapun bentuk dan laku kebatinannya, ada 2 hal pokok di dalamnya, yaitu pengolahan penghayatan kebatinan (pemahaman dan penghayatan) dan pengolahan kekuatan kebatinan.

Tetapi dalam kehidupan jaman sekarang perilaku kehidupan berkebatinan sudah digantikan dengan kehidupan agamis formal, dan olah batin sudah digantikan dengan hanya membaca (dan menghafal) ayat-ayat suci dan firman-firman saja (atau amalan doa). Orang lebih suka mempelajari kegaiban dan ilmu-ilmu kebatinan secara tersendiri, yang kemudian mewujud menjadi ilmu gaib dan ilmu khodam, yang seringkali tidak dilandasi dengan kekuatan kebatinan, karena tidak didasari dengan olah batin, hanya menghapal dan mewirid mantra dan amalan ilmu gaib / khodam saja untuk tujuan keilmuan tertentu.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.