Olah Kebatinan dan Olah Spiritual
Olah Kebatinan berkaitan dengan ketekunan penghayatan kebatinan, pengolahan kekuatan penghayatan, kekuatan batin dan kegaiban kebatinan, ditambah dengan landasan filosofi kebatinan spiritual, seperti filosofi dalam cerita-cerita keagamaan, filosofi dalam cerita pewayangan, atau dalam kebatinan kejawen ada filosofi saudara kembar Sedulur Papat lan Kalima Pancer, ilmu Kasampurnan (kesempurnaan), konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti, Sukma Sejati, Guru Sejati, Sangkan Paraning Dumadi (hakekat / kesejatian manusia), dsb.
Dalam menekuni kebatinan berbagai cerita dan filosofi kebatinan spiritual tersebut di atas adalah dasar tuntunan untuk berperilaku (budi pekerti), tuntunan pemahaman kerohanian, sasaran / tujuan pencapaian ilmu dan bumbu cerita spiritual kebatinan.
Orang-orang yang menekuni kebatinan biasanya juga mengerti tentang kegaiban, memiliki kepekaan tertentu mengenai kegaiban, kegaiban hidup dan kegaiban alam, dapat membedakan suatu rasa yang merupakan pertanda dari akan terjadinya suatu kejadian, atau tentang kejadian-kejadian yang akan datang, dsb, yang selain berasal dari pengetahuannya sendiri, biasanya juga didapatkannya dari ilham atau bisikan gaib (wisik / wangsit).
Secara sederhana batin diartikan sebagai sesuatu yang dirasakan manusia pada hatinya yang paling dalam.
Tetapi istilah batin dalam konteks keilmuan kebatinan tidak persis sama dengan kosa kata pengertian umum, karena pengertian batin dalam konteks keilmuan kebatinan lebih banyak arahnya kepada kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan.
Olah rasa dan olah sugesti adalah dasar-dasar di dalam keilmuan kebatinan-spiritual. Kemampuan olah rasa dan olah sugesti harus lebih dulu dikuasai sampai mahir sebelum orang mempelajari tingkatan keilmuan lain yang lebih tinggi, karena itu adalah pondasinya. Jika olah rasa dan olah sugesti tidak lebih dulu bisa dikuasai orang akan kesulitan ketika ia ingin mempelajari keilmuan kebatinan lain yang lebih tinggi,
Sebagai pemahaman dasar, keilmuan kebatinan adalah jenis keilmuan berdasarkan olah kebatinan untuk mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukma manusia, kegaiban rohnya, jangan disamakan dengan aliran ilmu gaib yang hanya mengandalkan amalan gaib, mantra dan khodam, atau yang hanya mengandalkan khodam jimat dan pusaka, dan jangan disamakan konotasinya seperti cerita perdukunan di televisi.
Ilmu kebatinan adalah jenis keilmuan yang mengolah potensi kebatinan manusia, mengolah potensi kegaiban sukmanya, kegaiban rohnya. Dan itu tidak selalu mudah bagi semua orang, karena tidak semua orang mampu "masuk" ke dalam dirinya yang terdalam, lebih banyak orang yang hanya mampu mengolah apa yang ada di luar saja, kulitnya saja (ilmu kulit), bukan yang ada di dalam (ilmu dalaman). Dan jangan berharap ada jalan pintas dan belajar cara mudah dengan hanya menghapalkan dan mewirid amalan gaib dan mantra saja, atau berpuasa, berprihatin, tirakat, meditasi atau mengandalkan keampuhan khodam, jimat dan pusaka saja.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan orang harus bisa mengedepankan rasa batinnya, bukan pikirannya, untuk bisa peka rasa merasakan apa yang ada di dalam batinnya yang terdalam. Dengan olah kebatinan potensi kegaiban kebatinan / sukma manusia itu digali dan ditingkatkan kualitasnya, yang bila berhasil mencapai tingkatan tertentu yang tinggi, orang tidak lagi perlu mengandalkan diri pada adanya khodam, karena kegaiban sukma manusia akan dapat melebihi kegaiban roh-roh gaib apapun yang ada di bumi ini.
Dalam rangka mempelajari ilmu kebatinan dan kegaiban jangan sekali-kali menyombongkan nalar dan logika, atau kepintaran dan kejeniusan berpikir. Tidak semua orang dengan pikirannya mampu mencerna sesuatu yang hanya bisa diinderai dengan rasa dan batin, sesuatu yang nyata ada, tetapi tidak kelihatan mata, sehingga banyak hal-hal gaib dan ilmu gaib sering dikatakan orang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dianggap klenik, mitos, tahayul atau pengkultusan.
Dalam olah kebatinan dan kegaiban yang lebih banyak berperan adalah rasa dan batin (olah rasa dan olah batin, bukan olah pikiran) dan kecerdasan batin (bukan kejeniusan). Jika terlalu mengedepankan sikap berpikir, maka sesuatu yang mudah diinderai oleh orang yang peka rasa akan sulit sekali diinderai oleh orang yang terlalu mengedepankan sikap berpikirnya. Dalam hal ini semua kegaiban itu bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, tetapi akalnya saja yang tidak sampai, akalnya saja yang tidak mampu mencerna. Mampu mencerna saja tidak, apalagi menciptakan alat-alat modern untuk membuktikan kebenaran atas hal-hal gaib.
Dalam hal ini sudah terjadi kesalahan metode dan sikap berpikir. Hal-hal kegaiban hanya bisa diinderai dengan rasa dan kecerdasan batin, bukan dengan pikiran atau kejeniusan berpikir, apalagi sok berlogika. Secara logis semua fakta dan bukti-bukti empiris harus didapatkan dulu dengan olah rasa dan batin, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran. Orang harus bisa peka rasa untuk menginderai kegaiban, sesudah itu barulah dinalar dengan pikiran. Itulah metodenya sehingga kemampuan gaib dan ilmu-ilmu gaib bisa dikembangkan.
Sebenarnya tidak harus setiap orang menjadi seorang yang mumpuni dalam hal kegaiban, karena semuanya tergantung pada unsur interest dan aspek manfaat bagi masing-masing orang, tetapi sebaiknya minimal kita bisa peka rasa supaya bisa merasakan dan mengetahui sesuatu yang sifatnya negatif yang akan atau sedang terjadi pada dirinya sendiri maupun keluarga dan orang-orang terdekatnya, supaya kemudian bisa melakukan tindakan preventif yang diperlukan. Jangan membodohi diri dengan menganggap semua kejadian di dunia manusia bisa dinalar dan bisa ditangani dengan cara-cara dan peralatan modern, apalagi cara-cara dan peralatan modern pun masih mempunyai keterbatasan, tidak mampu untuk digunakan mendeteksi, apalagi menangani, hal-hal yang terkait dengan kegaiban. Kebatinan / kegaiban dan cara-cara modern tidak saling menggantikan, tidak saling menghapuskan, tetapi saling melengkapi kekurangan masing-masing.
Olah Kebatinan berkaitan dengan pengolahan potensi kebatinan manusia, potensi kegaiban sukma manusia.
Olah batin, yang bersifat keilmuan, adalah tingkatan selanjutnya dari olah rasa. Kekuatan yang dihasilkan juga bukan lagi kekuatan fisik atau tenaga dalam, tetapi kekuatan kebatinan. Dalam olah batin ini orang hanya sedikit saja melakukan olah gerak atau olah nafas. Yang banyak dilakukan adalah olah laku penghayatan untuk mempertajam kepekaan dan meningkatkan kekuatan kebatinan, dengan perenungan-perenungan, berpuasa, menyepi, tirakat dan laku prihatin, amalan-amalan dan doa-doa kebatinan, semedi, tapa brata, dsb. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra yang berada di bawah pusar sampai ke ubun-ubun.
Dalam olah batin kita mengolah potensi kebatinan, yaitu potensi kekuatan dan kegaiban roh kita, sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan roh sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, olah kepekaan rasa untuk tanggap firasat dan sasmita, olah kekuatan, kepekaan dan ketajaman kebatinan, penghayatan keyakinan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.
Seperti yang sudah kita ketahui, ada roh gaib di dalam diri kita sendiri, yaitu sukma kita, kesatuan roh sedulur papat dan pancer kita (baca: Sedulur Papat Kalima Pancer). Kekuatan dari roh gaib kita sendiri itulah yang utama diolah dalam olah batin. Jadi inti dari olah kebatinan, yang bersifat keilmuan, adalah mengolah kekuatan kita sendiri, yaitu kekuatan dari roh / sukma / batin. Kegaiban yang kemudian dihasilkan adalah juga dari diri kita sendiri, kegaiban sukma kita sendiri, bukan kegaiban dari gaib lain seperti jin atau gondoruwo (khodam ilmu / prewangan) seperti dalam ilmu gaib dan ilmu khodam.
Unsur penting dalam ilmu kebatinan adalah olah rasa dan sugesti (untuk mengsugesti diri sendiri atau orang lain). Olah rasa dan olah sugesti biasanya diawali dengan orang melatih kepekaan batin (olah rasa) dengan mempelajari kegaiban alam, mendatangi dan bertirakat di tempat-tempat yang angker / wingit, dan melatih peka lingkungan gaib seperti dalam tulisan Olah Rasa dan Kebatinan dan mempelajari kegaiban benda-benda pusaka dan jimat dan melatih mengsugesti kegaibannya (cara mudahnya adalah dengan cara-cara yang dicontohkan dalam tulisan berjudul Ilmu Tayuh / Menayuh Keris).
Olah Spiritual berkaitan dengan pengolahan potensi spiritual manusia, olah kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang gaib, asal-usul tentang sesuatu, kejadian-kejadian pada masa lalu atau kejadian-kejadian yang akan datang, sampai olah kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang tidak tampak mata dan berdimensi gaib tinggi. Dalam mempelajari sesuatu, dalam olah laku spiritual orang akan mempelajari bukan hanya sebatas kulitnya saja, tetapi juga sampai kepada hakekat kesejatiannya. Spiritualitas yang tinggi biasanya adalah hasil dari laku kebatinan dan spiritual seseorang dalam rangka pencarian ketuhanan.
Laku kebatinan dan spiritual biasanya merupakan sesuatu yang dilakukan bersama-sama, satu kesatuan laku yang tidak terpisahkan.
Biasanya orang menekuni dunia spiritual bersamaan atau sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya. Termasuk dalam laku kebatinan untuk kanuragan / kesaktian, olah spiritual dilakukan bersamaan atau sebagai kelanjutan dari laku kebatinannya untuk menelisik lebih dalam sisi spiritual / kesejatian dan potensi dari keilmuannya. Begitu juga dalam hal kebatinan ketuhanan, biasanya lakunya kemudian dilanjutkan menjadi laku kebatinan-spiritual ketuhanan, untuk menelisik kesejatian dan potensi dari laku ketuhanannya. Dengan demikian dari laku kebatinan dan spiritualnya itu orang tersebut menguasai sekaligus sisi kebatinan dan spiritualnya, kekuatan kebatinan dan kekuatan spiritual, dan kekuatan sukmanya juga berasal dari kekuatan kebatinan dan spiritual tersebut.
Biasanya walaupun proses laku yang dijalani oleh seseorang adalah olah kebatinan, tetapi lakunya itu adalah kombinasi dari kebatinan dan spiritual, dan aspek pengetahuan yang dicapainya adalah juga pengetahuan yang bersifat kebatinan dan spiritual. Dalam setiap sisi kebatinan yang ditekuni seseorang selalu terkandung makna spiritual yang juga harus dikuasai. Dan penggunaan kekuatan kebatinan biasanya juga disalurkan melalui kekuatan pikiran, sehingga biasanya orang-orang yang menekuni kebatinan, laku kebatinannya itu bukan hanya membentuk kekuatan kebatinan, tapi juga membentuk kekuatan gaib spiritual. Dan biasanya para tokoh kebatinan dan para praktisi kebatinan, orang-orang yang benar-benar menekuni kebatinan, biasanya mempunyai kemampuan spiritual juga.
Pengetahuan yang didapat dari laku kebatinan bersifat dalam, berupa penghayatan kesejatian akan sesuatu, sehingga pengetahuannya itu tidak dangkal, tidak mengawang-awang, tidak berisi dogma dan pengkultusan, yang pengetahuan itu akan juga bisa dibuktikan oleh orang lain yang sama-sama mempelajari kesejatiannya.
Pengetahuan yang didapat dari laku spiritual adalah kelanjutan pencarian kesejatian yang lebih tinggi dari suatu objek pengetahuan yang kesejatiannya secara kebatinan sudah diketahui, ditindaklanjuti lagi untuk menelisik kesejatiannya yang lebih tinggi.
Karena itu orang-orang yang tekun di dalam olah kebatinan dan spiritual akan memiliki penghayatan atas sesuatu secara mendalam, sekaligus juga tinggi, dibandingkan pemahaman orang lain yang umum atas suatu objek yang sama.
Orang-orang yang menekuni suatu olah kebatinan biasanya memahami aspek spiritual dari olah kebatinan yang ditekuninya. Tetapi aspek spiritual lain yang lebih tinggi biasanya tidak ditekuni, karena biasanya lakunya hanya berkonsentrasi pada aspek spiritual yang terkait dengan apa yang sedang dijalaninya saja sesuai yang diajarkan kepadanya. Tetapi para tokoh kebatinan, dan yang menemukan konsep-konsep kebatinan, yang kemudian mengajarkannya kepada murid-murid atau para pengikutnya, biasanya menguasai aspek spiritual dari kebatinannya secara mendalam dan juga memiliki spiritualitas yang tinggi.
Dalam proses awal laku kebatinan-spiritual orang memusatkan perhatiannya secara batin, mengedepankan rasa dan kebatinan. Pada proses selanjutnya, orang itu memusatkan perhatiannya di kepala, mempertegas apa yang ada di "awang-awang", untuk menindaklanjuti ide / ilham dan bisikan gaib / wangsit, untuk mempelajari lebih lanjut kesejatian spiritual dari sesuatu yang di "awang-awang" itu sampai kepada aspek hakekatnya. Selanjutnya berdasarkan semua objek pengetahuan yang sudah dikuasai dengan mendayagunakan aliran ide / ilham sebagai sumber inspirasinya ia akan melanjutkan pencariannya kepada objek-objek pengetahuan selanjutnya hingga ke dimensi spiritual yang lebih tinggi lagi. Karena itu kebanyakan laku kebatinan dan spiritual seseorang akan menciptakan suatu kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang sifatnya tinggi bagi orang kebanyakan, mengantarkannya menjadi seorang yang linuwih dan waskita.
Seseorang yang menjalani laku kebatinan akan merasakan "energi" kekuatan kebatinannya di dada. Sesuai penguasaan dan pencapaiannya "energi" kekuatan kebatinannya itu akan mengisi kekuatan tangan, kaki, tubuh (kanuragan), menjadi kekuatan gaib yang melipatgandakan kesaktian seseorang. Kegaiban sukma dari laku kebatinannya akan juga membentuk dirinya menjadi seorang yang linuwih dan waskita. Dalam praktek penggunaannya selain kekuatan kebatinannya mengisi tubuh, kekuatan itu juga dipusatkan di kepala, menjadi kekuatan pikiran / spiritual.
Pada jaman dulu orang-orang yang sedang khusus menjalani laku kebatinan dan spiritual biasanya akan melakukannya dengan jalan menyepi, berpuasa, semadi, atau tapa brata. Selain dilakukan dengan tujuan mendapatkan pencerahan spiritual yang terkait dengan kesaktian atau dunia spiritual, kekuatan dari laku kebatinan dan spiritual mereka itu akan menambah tinggi kekuatan kesaktian / kanuragan mereka dan sekaligus juga menambah tinggi kekuatan sukma dari laku kebatinan dan spiritual mereka.
Tidak seperti di jaman sekarang yang orang memandang olah spiritual sebagai jenis keilmuan tersendiri yang berbeda dengan olah kebatinan yang kemudian secara khusus diajarkan / diwujudkan dalam kursus / perguruan meditasi pembangkitan kundalini, reiki, dsb, pada jaman dulu orang-orang yang benar menekuni dunia spiritual akan memahami bahwa olah laku kebatinan dan olah spiritual adalah sesuatu yang menyatu, merupakan satu kesatuan laku yang salah satunya tidak boleh diabaikan.
Ilmu kebatinan dan ilmu spiritual bukanlah jenis-jenis keilmuan yang berdiri sendiri-sendiri. Begitu juga dengan olah lakunya. Laku olah kebatinan biasanya dilanjutkan dengan olah spiritual, atau olah spiritual biasanya adalah kelanjutan dari laku kebatinan seseorang. Penggunaan kekuatan spiritual juga sebenarnya adalah kekuatan kebatinan yang kekuatannya difokuskan di kepala. Kekuatan spiritual dan tingkat spiritualitas seseorang akan lemah jika tidak didasari oleh olah kebatinan. Olah laku kebatinan merupakan pondasi bagi kemampuan spiritual seseorang.
Dengan demikian laku olah spiritual biasanya dijalani orang bersama-sama atau merupakan kelanjutan dari laku kebatinan, sehingga olah spiritual itu sebenarnya bukanlah suatu jenis ilmu yang berdiri sendiri yang dipelajari secara tersendiri (seperti yang pada masa sekarang diajarkan dalam pelajaran praktis meditasi kundalini dan reiki), tetapi sebenarnya berhubungan dan menjadi satu kesatuan dengan olah kebatinan dan merupakan tindak lanjut dari laku kebatinan. Dengan demikian seseorang yang menjalani laku spiritual biasanya adalah bagian dan kelanjutan dari laku kebatinannya dan seseorang yang menjalani laku kebatinan biasanya juga menguasai tingkat spiritualitas tertentu sesuai pencapaian spiritualnya pada bidang interest-nya masing-masing.
Karena itu jika kita sudah masuk ke dunia kebatinan sebaiknya kita juga mempelajari sisi spiritual dari apa yang sedang kita jalani, supaya kita juga mengetahui secara mendalam apa yang sedang kita jalani itu dan bisa mengetahui potensi dan arah pengembangannya dari apa yang menjadi interest kita itu.
sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists
Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.