23 March 2024

Melihat Secara Batin

Melihat Secara Batin

Melihat gaib secara batin berbeda dengan melihat gaib dengan cakra mata ketiga.

Melihat gaib secara batin adalah melihat gaib dengan mengandalkan ketajaman/kepekaan rasa dan batin (ketajaman indera keenam), ditambah kekuatan kebatinan dan spiritualitas orangnya.

Dengan cara ini yang melihat gaib bukanlah mata dan kesadaran kita, tetapi adalah kepekaan batin kita yang mampu mendeteksi sesuatu yang gaib atau menginderai suasana gaib di sekitar kita. Sedulur papat tidak bergerak keluar tubuh (kecuali disengaja supaya keluar dari tubuh), biasanya cakra mata ketiganya juga belum terbuka.

Melihat gaib secara batin, pada tingkat dasar, kalau tidak kuat lama fokus pada kepekaan batin, seringkali gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit atau ilham dari roh sedulur papatnya.

Kemampuan menginderai atau melihat secara batin ini biasanya terjadi pada orang-orang yang peka/tajam batinnya, atau pada orang-orang yang menekuni penghayatan kebatinan atau ilmu-ilmu batin. Orang-orang yang menekuni laku kebatinan tertentu biasanya memiliki batin yang peka, kuat dan tajam, dan memiliki kedekatan dengan roh sedulur papatnya, sehingga orang-orang tersebut mengerti kegaiban, tanggap rasa dan firasat dan peka sasmita. Kepekaan dan ketajaman batin (indera keenam) mereka bersifat umum dalam segala bidang kehidupan, tidak semata-mata hanya untuk bisa melihat gaib saja.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya digunakan untuk peka rasa terhadap suasana gaib di sekitar mereka berada dan untuk berkomunikasi batin (kontak rasa dan batin) dengan para mahluk gaib yang ada. Komunikasi dan interaksi dengan roh-roh lain (juga dengan roh sedulur papatnya) dilakukan secara kontak batin atau kontak rasa, bukan melalui jalur komunikasi cakra mata ketiga. Untuk keperluan itu orangnya tidak harus melakukannya dengan konsentrasi khusus melihat gaib.

Kepekaan dan ketajaman batin mereka biasanya bukan hanya dapat untuk mendeteksi keberadaan sesosok mahluk gaib, tetapi juga peka untuk merasakan tanda-tanda alam beserta kegaiban di dalamnya, peka rasa untuk menilai kepribadian orang lain, peka rasa tentang suatu kejadian yang akan terjadi (weruh sak durunge winarah) dan sering mendapatkan firasat/ilham/wangsit tentang suatu kejadian tertentu yang akan terjadi. Kepekaan dan ketajaman batin mereka itu juga dapat untuk mengetahui kegaiban tingkat tinggi, tergantung pencapaian masing-masing orang. Bukan sekedar untuk melihat gaib, kepekaan rasa yang disatukan dengan kekuatan kebatinan juga menjadi kekuatan mereka untuk mengusir roh-roh halus atau untuk menjadikan suatu kejadian gaib.

Secara keseluruhan kemampuan mereka melihat gaib itu tergantung pada kepekaan rasa dan batin mereka untuk menangkap getaran-getaran kegaiban dan menangkap sinyal gaib dari roh sedulur papatnya, tingkat kesatuan sukmanya dan kekuatan sukmanya.

Melihat gaib secara batin tidak mengharuskan adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga. Disitulah kelebihannya, yaitu tidak bergantung pada adanya komunikasi antar roh melalui cakra energi mata ketiga, dan tidak harus dilakukan dengan konsentrasi khusus.

Melihat gaib secara batin kuncinya adalah pada proses awalnya, yaitu kemampuan peka/kontak rasa untuk mendapatkan gambaran awal penglihatan batin dari roh sedulur papatnya. Sesudah mendapatkan gambaran awalnya barulah kita (pancer) fokus batin untuk mempertegas lagi gambarannya. Untuk keperluan itu bisa dilakukan dengan mata terbuka maupun terpejam, yang penting bisa hening peka rasa untuk menangkap informasi gambaran awal dari roh sedulur papat, kemudian barulah ditindaklanjuti dengan pancernya fokus batin kepada sosok gaibnya untuk menjadikannya gambaran penglihatan gaib yang utuh.

Biasanya, dengan mengedepankan kepekaan batin ini seseorang juga akan mendapatkan informasi yang lain mengenai objeknya, misalnya apakah wataknya baik/jahat, apakah sifat keberadaannya membahayakan, apakah tujuan keberadaannya baik, apakah ada pesan-pesannya, dsb. Karena itu dalam melihat gaib secara batin interaksi batin dengan roh sedulur papat bersifat pokok.

Bila kepekaan batin kuat orang akan mudah untuk merasakan suasana gaib di lingkungannya berada, mudah untuk menerima sinyal dari roh sedulur papatnya yang dapat berupa rasa firasat, ide/ilham, tanda-tanda petunjuk, rasa/feeling/intuisi, dan penglihatan/gambaran-gambaran gaib.

Bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran/pancer-nya lemah, gambaran gaib yang diterimanya hanya akan berupa sekelebatan-sekelebatan bayangan saja, tidak jelas, dan untuk mendapatkan informasi gambaran yang lengkap akan banyak mengandalkan bisikan wangsit/ilham.  Tetapi bila tingkat kesatuan antara sedulur papat dengan kesadaran/pancer-nya kuat dan memiliki kemampuan yang baik untuk fokus dengan kepekaan batinnya (tidak dengan pikirannya), gambaran-gambaran gaib itu dapat diperjelas dan dapat diikuti gerakannya.

Untuk belajar kemampuan melihat gaib secara batin dapat dilakukan dengan latihan olah rasa seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul : Olah Rasa dan Kebatinan.

Kelemahan melihat gaib secara batin adalah sifat penglihatannya yang oleh para pemula dianggap tidak langsung, penglihatannya hanya bisa dibatin saja, mengawang-awang, hanya sekelebatan saja, tidak bisa dipastikan apakah yang dilihatnya itu sungguhan ataukah hanya halusinasi saja. 

Yang umum dirasakan oleh orang-orang yang baru sekedar bisa peka rasa adalah tahapan awalnya itu saja, yaitu ia menerima gambaran gaib dari sedulur papatnya, tapi tidak mampu menegaskannya menjadi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja.

Kelemahan itu terjadi karena orangnya (pancernya) tidak bisa menindaklanjuti sinyal yang diterimanya dari sedulur papatnya untuk dipertegas lagi menjadi gambaran yang utuh, tidak bisa fokus batin untuk mempertegasnya menjadi informasi gambaran gaib yang utuh, gambaran gaib yang tertangkap hanya sekelebatan saja. Dalam kondisi itu diartikan orang itu baru ada pada tahapan peka rasa, ia belum bisa melihat gaib secara batin.

Kelemahan itu bisa diatasi dengan cara melatih olah rasa dan batin, berlatih untuk bisa bertahan lama dengan kepekaan batin untuk menerima gambaran gaib sampai gambarannya utuh, kemudian mempertegasnya dengan fokus batin kepada sosok gaibnya, sehingga kita bisa melihatnya secara utuh. Sesudah bisa begitu barulah mulai bisa kita dikatakan bisa melihat gaib secara batin. Lebih baik lagi kalau kita dapat berinteraksi langsung secara energi (kontak rasa dan energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat, tidak mengawang-awang lagi, dan bukan berilusi.

Dengan kata lain, sesudah kita menerima gambaran gaib awal dari roh sudulur papat, sesudahnya kita sebagai pancer mempertegas lagi penglihatannya sehingga keseluruhannya akan tampak secara mendetail. Dengan demikian bukan hanya sedulur papatnya itu saja yang bisa melihat gaib, tapi pancernya juga bisa melihat gaib.

Untuk keperluan itu sebaiknya kita melatih olah rasa dan kontak energi, dengan latihan olah rasa atau dengan cara-cara kebatinan lain yang ada. Satu hal yang perlu diperhatikan, gunakan selalu sebelumnya pagaran diri, dan jika naluri anda merasakan adanya sesuatu yang berbahaya, sebaiknya jangan diteruskan. Lebih baik : sama-sama selamat.

Sekalipun melihat gaib dengan mengandalkan kepekaan rasa oleh para pemula seringkali dianggap sebagai suatu kelemahan, tetapi sebenarnya disitulah kelebihannya, karena itu sebenarnya hanyalah dasar saja untuk ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih tinggi lagi. Kelemahan ini bisa diatasi dengan melatih ketahanan dan ketajaman fokus batin dan berinteraksi langsung secara energi (kontak energi) dengan sosok-sosok gaib yang kita lihat, seperti dalam latihan olah energi dan olah rasa, sehingga kita dapat memastikan bahwa sosok gaibnya itu benar ada di tempat keberadaannya yang kita lihat.

Pada orang-orang kebatinan jaman dulu mereka bisa "menyatukan" kegaiban batin dan kekuatan sukma mereka dengan alam gaib. Mereka peka suasana gaib dan secara kebatinan mereka bisa lebih "masuk" lagi ke alam gaib untuk merasakan suasana gaib di lingkungan mereka berada dan untuk "bermain" di alam gaib, untuk mengendalikan kegaiban di sekitar mereka, untuk mengusir/menarik/menyerang/menundukkan atau untuk berkomunikasi dengan sosok-sosok gaib tertentu, sehingga kelemahan melihat gaib secara batin itu tidak berlaku bagi mereka. Kelemahan itu hanya terjadi pada orang-orang yang baru bisa peka rasa saja, tidak mempunyai kemampuan lain yang lebih dari itu, dan tidak mempunyai kemampuan untuk "bermain" di alam roh.

Dengan peka rasa itu orangnya bisa merasakan suasana gaib di sekitarnya dan secara kebatinan bisa semakin "masuk" lebih dalam lagi ke dalam kegaiban yang ditemuinya. Dan sambil berkonsentrasi melihat secara batin dengan kekuatan kebatinan/sukmanya orangnya bisa mengeluarkan energinya untuk "bermain", bertarung dan "berkuasa" di alam gaib. Kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.

Sambil berkonsentrasi peka rasa dan melihat secara batin itu orangnya juga bisa mengetrapkan ilmu merogoh sukma tanpa perlu membaca amalan gaib. Secara kebatinan ia semakin "masuk" ke alam kegaiban, rohnya keluar dari tubuhnya, masuk ke alam roh, merogoh sukma ..... Semakin leluasa ia bepergian di alam gaib atau untuk bertarung dengan mahluk halus (tetapi sebaiknya jangan anda sengaja melakukan rogoh sukma tanpa adanya pembimbingan dan pendampingan dari seorang guru yang benar menguasai keilmuannya).

Rahasia utama kemampuan melihat secara batin adalah pada kemampuan pancernya yang sudah terasah dalam hal kegaiban, pancernya sudah aktif berfungsi sebagai roh, sehingga pancernya itu bisa juga mendeteksi dan melihat gaib, tidak lagi berfungsi hanya secara biologis saja. Sedangkan sedulur papatnya sifatnya hanya melengkapi saja apa yang dibutuhkan oleh pancernya, memberikan tanda-tanda/firasat dan bisikan gaib jika ada sesuatu yang perlu diperhatikan, memberikan gambaran awal dalam melihat gaib yang itu kemudian ditegaskan lagi seluruhnya oleh pancernya dengan memfokuskan batin, sehingga informasinya dan penglihatan gaibnya menjadi utuh dan mendetail, tidak setengah-setengah, tidak mengawang-awang, dan tidak sekelebatan lagi. Tetapi pada para pemula, mereka baru sampai pada bisikan gaib dari sedulur papatnya saja, pancernya belum aktif berfungsi sebagai roh, sehingga melihat gaibnya juga hanya gambaran gaib yang diterimanya dari sedulur papatnya itu saja, hanya sekelebatan saja.

Pada orang-orang yang tekun mendalami kebatinan/spiritual dan tapa brata, peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, menjadikan mereka orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari kegaiban sukma mereka, sebagai efek dari ketekunan penghayatan kebatinan/spiritual dan semedi/tapa brata mereka.

Selain mumpuni dalam kanuragan dan kebatinan, kegaiban sukma mereka juga menjadikan mereka mengerti dunia kegaiban tingkat tinggi, mengerti mahluk-mahluk halus tingkat tinggi, dewa dan wahyu dewa, dan weruh sak durunge winarah, dan kekuatan gaib sukma mereka menjadikan mereka berkuasa di alam gaib, mengalahkan kekuasaan roh-roh dan mahluk halus tingkat tinggi sekalipun, dan mereka juga berkuasa menciptakan kegaiban-kegaiban tanpa perlu amalan gaib.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.