23 March 2024

Olah Sukma dan Kebatinan

Olah Sukma dan Kebatinan

 Dalam dunia kebatinan jawa istilah roh sedulur papat lan kalima pancer  selalu disebutkan, karena pengertian itu melandasi kekuatan sukma manusia, yang bila diyakini dan diolah dengan mendalam akan memunculkan suatu kegaiban dan kekuatan gaib yang berasal dari diri manusia sendiri, kegaiban sukma manusia, yang diolah melalui ketekunan kepercayaan dan penyelarasan hidup dan pemujaan kepada Gusti Allah. Termasuk ucapan yang dilandasi kekuatan batin dan keyakinan akan terjadi, maka itu akan benar terjadi, saking kersaning Allah.  Orang yang sudah sedemikian itu sering disebut ucapannya mandi (manjur/idu geni).

Sebenarnya sudah disadari bahwa pengetahuan tentang Sedulur Papat Kalima Pancer, yang biasanya terkait dengan konsep kebatinan tentang  Manunggaling Kawula Lan Gusti,  Sangkan Paraning Dumadi,  Sukma Sejati,  Guru Sejati, dsb, sebenarnya adalah puncak-puncak dari keilmuan kebatinan dan spiritual jawa, jauh sebelum datangnya agama Islam di pulau Jawa. Konsep-konsep tersebut adalah terminologi asli kejawen dan adalah hasil pencapaian kebatinan dan spiritual tokoh-tokoh kejawen, yang kemudian diajarkan kepada para pengikutnya, dan akhirnya berkembang menjadi ajaran keilmuan kebatinan jawa atau menjadi aliran kepercayaan kerohanian kejawen.

Tetapi banyak orang yang kurang mengerti tentang Roh Sedulur Papat kemudian memberikan pandangan-pandangan lain, misalnya menyamakan artinya sebagai sifat-sifat tanah, air, api, dsb  dalam diri manusia. Atau juga dalam penyebaran agama Islam di tanah jawa dulu, sebagai tandingan ajaran kejawen dan untuk menghapuskan pengaruh ajaran Syech Siti Jenar yang telah diterima secara umum di masyarakat Jawa, roh sedulur papat sering disamakan sebagai empat jenis nafsu manusia atau disamakan dengan malaikat-malaikat pendamping manusia  (juga untuk keperluan penyebaran agama Islam istilah pusaka kalimasada dalam cerita pewayangan disimpangkan menjadi kalimah syahadat (Wikipedia)).

Tanpa bermaksud menyalahkan atau merendahkan pandangan-pandangan lain tersebut, Penulis hanya ingin mengingatkan bahwa konsep-konsep kejawen tersebut di atas adalah asli terminologi kebatinan jawa dan memiliki arti dan makna sendiri yang tidak dapat disamakan atau digantikan dengan arti dan makna dalam pandangan-pandangan lain tersebut. Jika pun dihubungkan dengan penghayatan kebatinan masyarakat Jawa, laku prihatin dan puasa, wetonan, dsb, maka arti dan makna dalam konsep pandangan lain tersebut sama sekali berbeda dengan arti dan makna roh pancer dan sedulur papat dalam konsep kejawen di masyarakat. Apalagi kalau diterapkan dalam keilmuan kebatinan kejawen, arti dan makna roh pancer dan sedulur papat dalam pandangan lain tersebut sama sekali tidak berguna. Dengan demikian menjadi jelas bahwa konsep-konsep kejawen itu sama sekali tidak dapat disamakan atau digantikan dengan konsep-konsep dalam pandangan lain tersebut.


Dalam halaman ini Penulis menuliskan sebagian hubungan roh sedulur papat dengan kemampuan seseorang dalam keilmuan batin/gaib.

Banyak orang bisa bercerita tentang roh pancer dan sedulur papat, tetapi seringkali orang-orang itu, walaupun mampu melihat gaib, dan walaupun juga adalah praktisi kebatinan atau spiritualis kawakan, tidak menyadari keberadaan roh sedulur papat dan tidak mampu melihatnya, sehingga mereka tidak mempunyai pemahaman yang dalam tentang roh sedulur papat dan tidak dapat mendaya-gunakan kemampuan roh-roh itu atau mendaya-gunakan kombinasi kesatuan roh Sedulur Papat dan roh Pancer.

Memang tidak semua orang, yang mampu melihat gaib mampu juga melihat roh sedulur papat, karena dimensinya lebih halus dan lebih sulit dilihat daripada kuntilanak, gondoruwo atau dedemit lainnya atau roh-roh halus tingkat rendah lainnya yang biasa dilihat orang, bahkan masih lebih halus daripada dimensi fisik bangsa Dewa, sehingga sekalipun di sekitar mereka ada roh-roh sedulur papatnya orang lain (sedulur papat orang lain yang terpisah), mereka tidak bisa melihatnya. Roh Saudara Kembar/Sedulur Papat menjadi sesuatu yang sulit untuk dilihat, sehingga seseorang yang sudah dapat melihat atau pernah bertemu dengan roh sedulur papat-nya sendiri sering dianggap sebagai suatu keberuntungan dan keistimewaan tersendiri (walaupun roh sedulur papat yang dilihatnya itu kebanyakan hanya ilusi dan halusinasi saja).

Bahkan seringkali dikatakan, dalam hubungannya dengan kebatinan jawa, bahwa ilmu seseorang sudah mencapai puncaknya apabila sudah dapat menemui wujud Guru Sejati, yang tidak lain adalah roh sedulur papatnya yang wujudnya secara halus benar-benar mirip dengan orang yang bersangkutan. Tetapi sebenarnya itu barulah awal dari suatu tahapan penting yang harus dikembangkannya lagi ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sekedar bisa melihat atau bertemu dengan roh sedulur papat tidak berarti apa-apa dan tidak akan memberi manfaat apa-apa. Tetapi kesempurnaan akan didapatkan jika seseorang bisa mendayagunakan kesatuan roh sedulur papat dengan orang itu sendiri dalam setiap usaha dan perbuatannya.

Pendayagunaan sedulur papat sebagai Pamomong dan Guru Sejati  dapat dilakukan dengan memperhatikan semua pemberitahuan dari mereka yang berupa rasa dan firasat, gambaran dan penglihatan gaib, ide dan ilham, dan jawaban dari berbagai pertanyaan dan permasalahan, atau menjadikannya sebagai satu kekuatan sukma yang mendasari perbuatan-perbuatan, atau pada tingkatan yang tinggi dapat mendayagunakannya sebagai sosok-sosok pribadi yang bisa diajak berpikir, berkomunikasi dan berbuat seolah-olah mereka adalah sosok-sosok pribadi lain yang berdiri sendiri-sendiri.

Olah Sukma adalah bagian dari olah batin, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada ilmu-ilmu kebatinan biasa, dan di sisi lain, olah sukma ini juga menjadi dasar menuju tingkatan ilmu kebatinan dan spiritual yang lebih tinggi lagi.

Dalam olah batin kita mengolah kekuatan kebatinan dan ilmu-ilmu kebatinan, sedangkan dalam olah sukma kita mengolah sukma kita. Cakra tubuh yang bekerja adalah cakra-cakra yang berada di dada, leher sampai dahi dan ubun-ubun.

Dalam olah batin kita mengolah kemampuan kebatinan,  yaitu kekuatan kebatinan dan kepekaan/ketajaman batin kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur papat yang menyatu di dalam tubuh kita, yang menjadi bagian dari kebatinan kita. Di dalamnya terdapat olah rasa dan olah sugesti, olah kekuatan kebatinan dan kepekaan kebatinan dan pengolahan ilmu-ilmu kebatinan.

Dalam olah sukma kita mengolah kemampuan sukma,  yaitu khusus mengolah kemampuan sukma kita, tentang apa yang dapat dilakukan oleh sukma kita, kesatuan kesadaran (pancer) dan sedulur papat, di dalam tubuh maupun di luar tubuh kita (di alam manusia maupun di alam gaib). Kekuatan sukma yang didapat dari hasil olah batin dan spiritual akan menentukan sejauhmana kemampuan yang dapat dilakukan oleh sukma tersebut.

Kemampuan memiliki ilmu dalam ilmu olah sukma seperti contoh-contoh di bawah ini lebih banyak ditentukan oleh kegaiban sukma. Salah satu tanda bahwa sukma seseorang sudah memiliki kegaiban adalah sukmanya sudah bisa berperan sebagai roh, rohnya sudah bisa melihat/mendeteksi keberadaan roh lain.

Setinggi-tingginya kekuatan sukma seseorang kemampuan sukmanya akan terbatas bila orang itu sendiri tidak melatih kegaiban sukmanya. Orang-orang kebatinan jaman dulu memiliki kegaiban sukma yang tinggi dari lakunya manembah, dari sukmanya yang menyembah Tuhan. Pada orang-orang itu peka rasa dan batin, weruh sak durunge winarah, melihat gaib, terawangan gaib, melolos sukma, medhar sukma, dsb, biasanya merupakan kemampuan yang tidak terpisahkan dari kegaiban sukma mereka, merupakan kemampuan gaib yang menyatu dengan diri mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang linuwih dan waskita. Biasanya kemampuan atas ilmu-ilmu tersebut tidak secara khusus dipelajari, tetapi terjadi dengan sendirinya sebagai efek dari kegaiban sukma mereka, efek dari ketekunan penghayatan kebatinan/spiritual, laku prihatin, semedi dan tapa brata mereka.

Pada jaman sekarang ini salah satu cara kita melatih kegaiban sukma adalah dengan tekun menjalankan apa yang tertulis di tulisan berjudul Kebatinan Dalam Keagamaan. Itu bisa menjadi sarana kita memperdalam laku ketuhanan yang bila itu tekun dijalani, dan cara dan hasilnya sesuai dengan yang dituliskan disitu, sukma kita bisa menjadi sukma yang berkegaiban tinggi.

Karena itu untuk orang-orang yang ingin bisa melihat gaib tetapi tidak juga berhasil bisa melihat gaib, termasuk walaupun sudah menjalankan latihan olah rasa atau sudah dibukakan mata ketiganya, lebih baiklah bila ia melatih kegaiban sukmanya dulu dengan cara yang disebutkan di atas untuk lebih dulu menggali potensi kegaiban rohnya.


sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists

Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.