Ketidak Akuratan Dalam Berkomunikasi Dengan Gaib
Orang-orang yang sudah bisa melihat gaib belum tentu ia bisa juga berkomunikasi dengan gaib. Begitu juga sebaliknya, orang-orang yang sudah bisa "mendengarkan" suara-suara gaib, atau yang sudah bisa berkomunikasi dengan gaib, peka rasa dan firasat, peka sasmita, menjadi spiritualis atau praktisi ilmu gaib atau kebatinan, jagonya ilmu gaib, punya banyak amalan dan mantra, bisa penarikan gaib, sudah sering bertirakat ngelmu gaib, belum tentu ia bisa juga melihat gaib.
Masing-masing kemampuan itu, melihat dan berkomunikasi dengan gaib, tidak otomatis terjadi bersamaan, harus dipelajari sendiri-sendiri.
Berkomunikasi dengan gaib berarti berbicara dan mendengarkan, berkomunikasi 2 arah dengan mahluk gaibnya. Syaratnya harus bisa peka rasa dan kontak batin untuk menyampaikan komunikasi dan untuk mendengarkan jawaban komunikasinya.
Sama dengan melihat gaib yang dilakukan dengan kepekaan batin, berkomunikasi dengan gaib (berbicara dan mendengar, komunikasi dua arah) juga dilakukan dengan kontak rasa dan batin yang secara awam disebut mengalirnya ilham atau bisikan gaib. Kalau sudah terbiasa nantinya menyampaikan komunikasinya bisa juga dengan cara berbicara. Tapi dengan berbicara itupun sebenarnya masih kontak batin juga, karena walaupun kita menyampaikan komunikasi dengan cara berbicara dan kita "merasa" mendengar suara mereka berbicara, sebenarnya "suara" mereka itu kontak batin juga, hanya kita saja yang bisa mendengar suaranya, orang lain di dekat kita tidak mendengarnya.
Pada prinsipnya dalam hal melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaib, seharusnya roh pancer kita sendiri yang sudah bisa melihat gaib, sudah bisa berperan aktif sebagai roh sehingga pancer kita bisa juga melihat dan berkomunikasi dengan roh-roh lain, tidak lagi hanya berperan secara biologis saja. Sedangkan sedulur papat kita hanya bersifat mendampingi dan membantu pancernya saja.
Pada proses awal melihat gaib, yang melihat gaib pertama adalah sedulur papat kita. Kemudian atas apa yang dilihatnya itu sedulur papat memberitahukannya kepada pancernya, sehingga kemudian kita sebagai pancer merasa bisa melihat gaib. Karena itulah kalau seseorang hubungan pancer dan sedulur papatnya kurang baik, kurang baik dalam penyatuan dan keselarasan rasa, biasanya dalam melihat gaib ia hanya bisa melihat sekelebatan saja, hanya bersitan saja, gambaran gaibnya tidak utuh dan tidak jelas.
Begitu juga dalam hal berkomunikasi dengan gaib.
Dalam berkomunikasi dengan gaib umumnya prosesnya adalah roh pancer (kita sendiri) menyampaikan maksudnya kepada sedulur papatnya, kemudian sedulur papat kita itulah yang berinteraksi dengan mahluk halus yang dituju. Dan jawaban komunikasi gaib yang kita terima sebenarnya adalah jawaban dari mahluk halusnya kepada sedulur papat kita yang kemudian oleh sedulur papat kita itu disampaikan kepada kita (pancer), bukan jawaban yang kita (pancer) terima langsung dari mahluk halusnya.
Sedulur papat bisa mengetahui semua yang terpikirkan oleh pancernya, termasuk keinginan untuk melihat/berkomunikasi dengan gaib, karena sedulur papat itu sebenarnya adalah satu kesatuan dengan pancer sebagai sukma manusia. Bahkan sebenarnya antara pancer dan sedulur papat itu juga sering berkomunikasi. Biasanya kita akan merasakannya sebagai mengalirnya ide/ilham di pikiran kita. Paling terasa adalah ketika kita sedang melamun, ada semacam tanya dan jawab yang mengalir begitu saja diluar kontrol kita.
Tetapi bila diri kita ketempatan mahluk halus, atau diri kita berkhodam, biasanya peranan sedulur papat kita itu diambil alih oleh khodam atau mahluk halus yang bersama kita itu. Melihat gaib dan berkomunikasi dengan gaibnya sama dengan melihat gaib dengan bantuan khodam.
Ketidak-akuratan dalam berkomunikasi dengan gaib paling banyak terjadi dalam proses "mendengar" jawaban dari sosok gaibnya. Penyebabnya banyak, sama seperti ketidak-akuratan dalam melihat gaib.
Paling banyak terjadi kalau di dalam pikiran kita berkecamuk bermacam-macam pikiran, atau selama berkomunikasi itu kita juga aktif dengan pikiran, bukan batin, sehingga pikiran kita tidak jernih dan tidak bisa membedakan aliran jawaban dari sosok gaib yang kita ajak bicara dengan bersitan pikiran kita sendiri. Karena itu kita harus bisa hening, fokus kepada sosok gaibnya, mengendorkan pikiran, mengedepankan rasa dan batin.
Penyebab lain yang paling banyak terjadi adalah jika kita mempunyai sosok halus pendamping atau ada sosok gaib lain yang bersemayam di dalam tubuh kita, sehingga "suaranya" bercampur, kadang kita tidak bisa membedakan itu suaranya siapa, apakah berasal dari sosok halus yang kita ajak berkomunikasi ataukah itu sebenarnya suaranya khodam kita itu.
Biasanya sosok halus pendamping yang baik, yang berwatak baik, keberadaannya akan mempermudah kita berkomunikasi dengan sosok gaib mana saja, karena walaupun kita tidak bisa menyampaikan komunikasi dan tidak bisa mendengar "suara" jawaban sosok gaib yang kita ajak berkomunikasi, sosok pendamping kita itulah yang akan menyampaikan komunikasi dan jawabannya kepada kita (berupa ilham yang mengalir dalam pikiran kita). Atau seandainya pun sesosok gaib yang kita ajak bicara tidak memberikan jawaban, sosok pendamping kita itu yang akan memberitahu kita jawabannya (sosok pendamping kita itulah yang aktif berinteraksi dengan sosok gaib yang kita tuju dan menyampaikan jawaban interaksinya kepada kita).
Tetapi sosok pendamping yang tidak baik, yang berwatak tidak baik, apalagi jika sosok pendamping kita itu dari jenis sukma/arwah jahat yang bersemayam di dalam badan/kepala kita, atau jin golongan hitam, biasanya keberadaannya akan menyesatkan usaha komunikasi kita dengan sosok gaib mana saja. Biasanya sosok pendamping kita yang tidak baik itu akan sengaja memberikan jawaban yang salah, sengaja menipu dan menyesatkan kita, sengaja membuat kita keliru, atau mereka sengaja menutup-nutupi kebenarannya, karena mereka mempunyai tujuan tertentu.
Baik melihat gaib ataupun berkomunikasi dengan gaib, apa saja yang dilakukan/dirasakan oleh seseorang ketika ia melihat gaib atau berkomunikasi dengan gaib itu tidak semuanya sama, hanya orangnya saja yang tahu, sehingga apa saja yang menjadi kesulitan orang per orang dalam melakukannya kita tidak bisa menentukannya dengan pasti.
Ada kasusnya gaib yang kita berkomunikasi dengannya itu memang sengaja menipu kita, atau kita ditipu oleh gaib yang bersama kita (banyak terjadi pada orang-orang yang dirinya ketempatan mahluk halus).
Tetapi kalaupun gaibnya tidak menipu, ada kasusnya juga yang kita sendiri tidak benar dalam berkomunikasi.
Kalau kita bisa berkomunikasi dengan kontak rasa dan batin, bahasa di dalam komunikasi gaib itu akan terkonversi menjadi bahasa yang kita mengerti.
Tapi ada kalanya juga kita sendiri yang tidak benar dalam berkomunikasi.
Ada kasusnya yang kita mengikuti jalan pikiran kita sendiri, bukan mengikuti aslinya komunikasi dari gaibnya.
- Kasusnya ada yang mirip seperti saat kita sedang mengobrol, yang saat itu kita seperti sedang melamun, pikiran kita mengawang-awang, sehingga kita tidak utuh "mendengarkan" perkataan dari gaibnya, mungkin malah kita terbawa pikiran kita sendiri,
- Kita tidak sepenuhnya mengedepankan kontak batin, kita masih mengikuti pikiran kita sendiri, belum utuh mendengarkan komunikasinya tapi sudah mengambil kesimpulan sendiri, sehingga seringkali kesimpulan kita atau pembacaan kita dari hasil komunikasinya tidak sepenuhnya akurat.
Dalam kasus-kasus di atas seringkali komunikasi yang kita tangkap hanya berupa bersitan-bersitan pikiran saja, tidak bisa dirunut teratur seperti halnya percakapan yang sistematis, sehingga kesimpulan yang kita buat juga bukan berasal dari keseluruhan hasil percakapan yang sistematis, tapi adalah kesimpulan kita sendiri dari bersitan-bersitan pikiran kita sendiri.
Jadi seringkali ketidak-akuratan itu terjadi karena kita sendiri yang mengikuti pikiran kita sendiri. Karena itu sama halnya seperti melihat gaib, dalam kita berkomunikasi dengan gaib juga dituntut untuk kita bisa fokus batin pada percakapan gaib itu, jangan membiarkan munculnya bersitan-bersitan pikiran yang mengganggu fokus batin kita, dan jangan beralih menggunakan pikiran yang menyebabkan komunikasinya terputus.
Perhatian:
Dalam semua latihan maupun praktek sesungguhnya melihat gaib, terawangan gaib, olah rasa atau menayuh, Penulis sangat menekankan supaya para pembaca belajar keras untuk bisa membedakan mahluk halus yang baik dan yang tidak baik. Itu adalah upaya kita untuk berhati-hati.
Dalam kita menayuh, melihat gaib, menerawang atau mendeteksi sesuatu yang gaib usahakan supaya secara otomatis kita bisa langsung mengetahui apakah yang sedang kita terawang itu perwatakannya baik ataukah tidak baik.
Jika awalnya kita sudah merasakan bahwa sosok gaibnya itu tidak baik wataknya, sebaiknya terawangannya jangan dipertegas, jangan sampai karena adanya kontak rasa dan batin, yang tidak baik itu menjadi perhatian kepada kita, atau malah mendatangi kita. Karena itu untuk langkah awal kehati-hatiannya lebih baik kalau kita menggunakan minyak jafaron dan membuat pagaran gaib untuk perlindungan kita.
sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists
Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.