Pengkultusan Makhluk Gaib
Contoh pengkultusan adalah tentang Ibu Ratu Kidul yang penampilannya seperti seorang perempuan putri keraton berparas cantik berpakaian tradisional jawa berwarna hijau. Tentang beliau ada banyak pengkultusan di banyak kalangan, sehingga mereka, termasuk orang awam, walaupun belum pernah bertemu langsung, tetapi bisa bercerita tentang beliau. Dan jika suatu saat mereka bertemu/melihat sesosok gaib yang penampilannya mirip seperti itu, maka mereka menganggap bahwa mereka telah bertemu dengan Ibu Ratu Kidul, atau prajuritnya, sehingga banyak orang yang "merasa" pernah bertemu/melihat beliau, padahal ada banyak sekali di alam ini mahluk halus yang penampilannya putri keraton seperti beliau yang mereka itu sebenarnya bukan Ibu Ratu Kidul.
Ada juga dogma pengkultusan bahwa sesosok halus yang datang kepada seseorang dan kemudian menjadi khodam pendampingnya disebut khodam dari leluhur. Begitu juga mahluk halus yang berdiam di dalam tubuh seseorang (ketempatan mahluk halus), sering disebut khodam dari leluhur. Apalagi bila dengan adanya mahluk-mahluk halus tersebut orangnya menjadi memiliki kemampuan supranatural tertentu. Padahal mahluk-mahluk halus itu sama sekali tidak ada hubungan asal-usul dengan dirinya ataupun leluhurnya, mereka datang sendiri kepada orang tersebut.
Adanya pengkultusan seperti contoh-contoh di atas, selain tidak mengungkapkan kegaiban yang sebenarnya, seringkali juga menjadikan orangnya senang dan menjauhkannya dari niat "membersihkan" dirinya, walaupun sebenarnya keberadaan sesosok halus yang bersamanya bersifat tidak baik dan "harus" diusir pergi. Pernyataan pengkultusan di atas sering berasal dari orang-orang yang mengalami ketidak-akuratan melihat gaib karena faktor no.1, 2, 3 di atas.
Karena penglihatan gaibnya adalah berupa ilusi/halusinasi, pencitraan, dsb, seringkali orang-orang tersebut memunculkan cerita-cerita kegaiban yang lebih banyak bersifat dogma, pengkultusan, mitos dan tahayul, yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan oleh orang lain yang sama-sama bisa melihat gaib. Apalagi bila orang itu hidup di lingkungan agamis atau menjadi tokoh di lingkungan keilmuan tertentu.
Pada orang-orang itu yang kebanyakan penglihatan gaibnya adalah berupa ilusi/halusinasi, pencitraan, dsb, oleh orang lain yang juga bisa melihat gaib seringkali tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Dari 10 orang yang cara melihat gaibnya sama seperti itu, jarang sekali ada penglihatan gaib mereka yang sama, padahal objek yang mereka lihat sama, dan hanya satu. Itulah bedanya ilusi, pencitraan, dsb, dengan yang benar melihat gaib, sehingga penglihatan gaib mereka itu yang berupa pencitraan atau ilusi tidak bisa dicocokkan dengan penglihatan orang lain yang sama-sama bisa melihat gaib, termasuk dengan penglihatan gaib teman-teman dan guru mereka sendiri.
Karena itu atas penglihatan gaib seseorang (termasuk penglihatan gaib Penulis) sebaiknya janganlah itu dianggap sebagai benar, cukuplah diartikan bahwa mungkin memang benar ada sesuatu yang gaib. Lebih baik bila kita sendiri bisa membuktikan benar-tidaknya dan tahu sendiri sosok wujud aslinya.
sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists
Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.