Potensi Alami Indera Keenam
Ada banyak kejadian yang ketika orang sedang dalam kondisi tidak sadar, tidak dengan sengaja ingin melihat / mendeteksi gaib, di matanya / pikirannya ia mendapatkan gambaran gaib adanya sesosok mahluk halus, tapi hanya sekelebatan saja. Kejadian-kejadian itu lebih sering lagi terjadi pada orang-orang yang berkhodam atau memiliki sesosok gaib yang mendampinginya, atau pada orang-orang yang ketempatan mahluk halus. Dari adanya kejadian-kejadian yang umum itu sebenarnya bisa dimengerti bahwa orang-orang itu mempunyai potensi bisa melihat gaib. Sebenarnya itu terjadi pada banyak orang, hanya saja tidak semua orang menyadarinya, tidak menyadari bahwa itu adalah potensi dirinya bisa melihat gaib, sehingga tidak dilatih.
Biasanya itu terjadi ketika kita sedang tidak sadar, ketika baru memejamkan mata, ketika dalam kondisi setengah tidur atau ketika baru terbangun dari tidur, ketika sedang melamun, atau bahkan ketika kita sedang dalam kondisi sibuk bekerja. Artinya, kondisinya terjadi ketika kita sedang tidak fokus berpikir tentang mahluk halus atau ketika pikiran kita sedang kendor, yang dalam kondisi itu sukma kita bekerja. Dalam kondisi yang tidak disengaja itu biasanya gambaran gaibnya hanya sekelebatan saja, tidak jelas.
Sebenarnya itulah yang dilatih dalam meditasi olah rasa, yaitu untuk dengan sengaja mengendorkan pikiran, belajar mengedepankan kepekaan rasa dan batin dan belajar fokus pada gambaran gaib yang diterima supaya gambaran gaibnya lebih jelas dan lebih mendetail, tidak lagi hanya sekelebatan saja dan tidak mengawang-awang, apalagi berilusi / berhalusinasi.
Latihan olah rasa adalah untuk kita belajar memberdayakan kemampuan sukma kita yang adalah roh, supaya sukma kita bisa juga berperan sebagai roh, tidak lagi melulu terbelenggu secara biologis, supaya bisa juga mendeteksi dan melihat roh lain (melihat gaib) dan supaya bisa memberitahukan segala sesuatu yang tidak tertangkap oleh panca indera biologis kita.
Jadi kalau anda mau melatihnya mungkin anda juga akan bisa melihat gaib (secara batin). Bisa dengan cara latihan khusus olah rasa atau cukup dengan anda berdiam diri di luar rumah di malam hari membuka kepekaan rasa pada kegaiban di sekitar anda atau fokus pada khodam pendamping atau khodam benda gaib anda sendiri. Sesekali perlu juga sambil berdiam diri itu anda memejamkan mata. Kalau anda masih takut kepada gaib-gaib liar, setidaknya anda bisa kontak rasa dengan khodam anda, atau fokus kepada gaib-gaib yang tinggal di rumah anda untuk anda belajar mendeteksi keberadaannya dan untuk belajar bisa membedakan yang tidak baik yang harus anda usir.
Mengenai kekhawatiran terhadap mahluk-mahluk halus dan apakah anda dapat mengusir gaib-gaib yang tidak baik, itu tergantung kemampuan anda sendiri. Anda bisa melakukan pengusiran dengan bantuan khodam pendamping, khodam jimat atau pusaka. Kalau ingin melakukannya dengan kekuatan sendiri tapi belum mampu, anda bisa menyambungkan kekuatan batin anda kepada Tuhan. Kalau anda mampu benar-benar menyambungkan kekuatan batin anda kepada Tuhan kami yakin anda akan mampu mengusir gaib-gaib yang tidak baik setinggi apapun kekuatannya. Kami anjurkan supaya anda menjaga ketersambungan anda dengan Tuhan. Caranya adalah dengan anda tekun dan rajin melakukan penghayatan kebatinan seperti dicontohkan dalam tulisan berjudul Kebatinan Dalam Keagamaan.
Tulisan singkat ini mudah-mudahan bisa memberikan gambaran kepada kita mengenai sikap hati dan batin orang jawa dulu sehari-harinya.
Biasanya rasa kekeluargaan dan rasa ikatan batin orang-orang jawa dulu itu cukup kuat, terutama para anggota masyarakat yang tinggal di desa yang sama. Apalagi bila disitu ada seorang sesepuh kebatinan yang mengayomi masyarakat dalam hal ibadah dan keagamaan, dan ada waktunya sendiri mereka bersama-sama beribadah menghadap kepada Tuhan di atas sana. Kegiatan-kegiatan itu membantu memperkuat rasa kekeluargaan dan rasa ikatan batin orang-orang jawa antar sesama mereka.
Selain itu ada juga orang-orang yang secara khusus lebih mendekat lagi kepada sang sesepuh kebatinan. Biasanya selalu saja ada acara-acara yang mereka adakan sebagai sarana mereka untuk sering kumpul di rumah sang sesepuh seperti mengadakan acara gendingan, yaitu memainkan lagu-lagu jawa dengan alat-alat musik jawa. Pada jadwal waktu yang lain ada penyanyinya laki-laki. Pada jadwal waktu yang lain lagi ada penyanyinya / sinden perempuan. Biasanya acara-acara seperti ini diselenggarakan pada malam hari.
Ada juga yang suka ngobrol dengan sang sesepuh untuk hal-hal yang umum sehari-hari. Misalnya masalah benih dan waktu menanam padi, tentang beternak ayam dan bebek, dsb. Tapi biasanya mereka akan belajar juga cara-cara mengobati orang sakit, mulai dari yang dengan ramuan herbal daun-daunan, akar-akaran, atau yang dengan sugesti kekuatan kebatinan, sampai yang dengan doa meminta langsung pertolongan kepada Tuhan. Kalau sudah bisa mengobati, mudah-mudahan bisa juga kemudian mereka menangkal.
Bila yang datang berkumpul adalah kaum perempuan dan ibu-ibu biasanya mereka mencari-cari acara untuk bisa belanja besar bersama, masak besar bersama. Setelah dimakan bersama keluarga sesepuh kebatinan, mereka dan suami-suami mereka, sisa masakannya dibagi-bagi di antara mereka untuk mereka bawa pulang. Mereka semangat sekali bila akan ada acara besar di desa mereka, seperti acara sedekah bumi, ritual ucap syukur, dsb.
Dengan cara-cara normal seperti itu saja, dengan pergaulan normal, belajar mengobati dan menjalani ibadah menghadap kepada Tuhan mereka di atas sana, tanpa belajar khusus untuk menaikkan kekuatan sukma, sukma mereka sudah aktif bekerja, kekuatannya juga tinggi walaupun mereka sendiri tidak pernah mengukurnya, dan dengan kekuatan sukma mereka itu mereka sudah bisa mengusir mahluk halus, mengobati orang sakit, dsb.
Tapi juga sudah umum bila ada sesuatu yang bersifat pribadi seperti adanya rasa tertentu tentang sesuatu, mereka hanya menyimpannya saja di dalam hatinya. Dirasa-rasa sendiri apa penyebabnya, kenapa. Atau hanya dibicarakan saja dengan teman dekat.
Selebihnya mereka akan merenungkan sendiri jawabannya.
Dalam merenung itu juga dilakukan tidak secara khusus, tapi bisa dilakukan di sela-sela bekerja di sawah, atau di malam hari di sawah saat mengontrol mengalirnya air irigasi di sawah mereka. Ide dan ilham dibiarkan mengalir sendiri. Dengan cara alami seperti itu saja mereka bisa menjadi peka rasa dan peka batin, peka firasat dan peka sasmita.
Tidak buru-buru harus saat itu juga jawabannya harus ketemu. Mungkin saja ide dan ilham yang muncul malam itu adalah jawaban tentang sesuatu yang sudah terjadi jauh-jauh hari yang lalu. Jawabannya itu kemudian dirangkum sendiri di pikiran mereka, dirasa-rasa lagi, dibatin lagi, apalagi bila jawabannya itu ternyata berhubungan dengan sesuatu yang sifatnya lebih tinggi lagi.
Itu adalah kehidupan yang umum pada jaman dulu. Tetapi yang banyak dikeluhkan orang / pembaca situs ini adalah sebagai orang jaman sekarang mereka merasa sulit untuk bisa benar-benar peka rasa dan peka batin dan sulit untuk bisa menguasai latihan olah rasa di halaman ini hingga bisa mencapai hasil seperti di tahap akhir latihannya.
Orang-orang jaman sekarang harus menyadari bahwa sikap hidup dan sikap berpikir mereka sangat berbeda dengan orang-orang jaman dulu. Untuk tujuan latihan olah rasa setidaknya kita bisa perhatikan sikap hidup orang dulu itu. Untuk latihan olah rasa dan mengaktifkan indera keenam orang memang harus mengendorkan pikirannya, jangan malah keras berpikir. Itu adalah syarat yang harus terpenuhi. Dan dalam latihan-latihannya juga diusahakan di tempat-tempat yang cukup sepi dan gelap, yang menunjang aktifnya indera keenam, dan jangan dilakukan buru-buru seperti mengejar target.
Orang-orang jaman dulu memang tidak pernah secara khusus latihan olah rasa. Itu sudah terbentuk dengan sendirinya dalam kehidupan mereka yang harus terbiasa hidup di kegelapan hanya mengandalkan cahaya bulan dan api obor.
sumber: https://sites.google.com/site/thomchrists
Semua pertanyaan terkait artikel ini, bisa menghubungi penulis aslinya diwebsite tersebut.